[1] one day

325 19 0
                                    

Rumah sederhana di perumahan usang yang menjadi tempat tinggal keluarga kecil Daneswara. Rumah sederhana dengan kebahagiaan layaknya arti keluarga, meskipun yang lain hanya sibuk dengan pekerjaan masing masing.

Argantara Keefandra Daneswara, putra sulung dari keluarga terpandang yang menyandang gelar 'Daneswara'. Dua raga dengan satu jiwa, bersama sama melihat dunia pertama kali sejak lahir ke dunia. Namun tidak ada yang mengetahui perihal takdir, usia manusia. Begitupula Argantara yang mengalami kecelakaan tabrak lari di saat ia belum memberikan perpisahan sebelum meninggalkan keluarganya. Memberi kabar duka dan kesedihan yang begitu hebat bagi yang ditinggalkan

Sebelum musibah yang menimpa terjadi, keluarga Daneswara merupakan keluarga yang penuh tawa. Seakan akan dengan musibah yang menimpa merupakan suatu hal yang mengharuskan mereka tuk bersedih, seperti saat ini.

Argantara yang suka sekali menjahili putra bungsu Daneswara dan si bungsu yang mudah menangis jika dijahili maupun ditinggal kemanapun ia pergi.

••

Langit cerah menandakan kebahagiaan, katanya. Di balkon rumah, terdengar perdebatan dua anak kecil yang begitu lucu jika dilihat.

"Adek, jangan es krim terus ih nanti dimarahin mama!"

"Nouno noo! Terakhir ini aja deh, enak tau masa nda mau? Yakin, enak loh."

Arga hanya menjawab sebisanya, karena sungguh Arsha mudah sekali sakit dan ia juga harus memberikan contoh yang baik walaupun sesungguhnya sama inginnya.

"Nda, nanti kalau kakak ikutan, siapa yang mau jaga kamu?" kata Arga kesal merujuk ke gemas dengan yang lebih muda.

"Nanti kita jaga diri bareng bareng hehe."

Hening sejenak, atensi si sulung yang duduk menatap langit biru dan si bungsu yang terhanyut dalam kenikmatan melahap makanan favoritnya.

Tidak berselang lama, Arsha memanggil Arga yang kemudian dibalas dengan deheman pelan.

"Arsha mau ke taman sama yayah tapi kapan pulangnya, kak?"

"Biasanya ayah pulang bentar lagi, abis itu ke taman kok." kata Arga berusaha membujuk agar tak ada rengekan yang timbul.

Arsha merengek kecil, "Aih sekarang aja, ya kak?"

Arga mengangguk pasrah, tidak ingin si bungsu Daneswara merengek sampai bibi nya harus ikut meredakan tangisan tanpa alasan tak logis.

Yang kemudian tangan kecil milik Arsha ditarik pelan oleh Arga supaya si bungsu dapat berganti baju dan memakai jaket terlebih dahulu.

"Ganti baju, pakai jaket sana, kakak tunggu disini okay?" ujar Arga mengusak surai yang lebih muda.

"Ay ay captain!"

Arsha berlari kecil dengan tubuhnya yang mungil.

Saat hendak menaiki tangga, Arsha bertemu dengan wanita paruh baya yang tersenyum hangat. Wanita tersebut ialah bunda Ren dari dua putra kembar nya, Lauren Daneswara.

"Adek mau kemana sampai buru buru?"

Arsha hanya tersenyum menunjukkan gigi gigi kecilnya yang telah tumbuh.

"Mau ke taman sama kakak, awalnya mau sama yayah tapi pasti pulang nya masih lama. Mau sama bibi Jo tapi bibi masih sibuk, kala nda pasti ga boleh." jelasnya dengan menunduk.

"Yaudah adek sama kakak ke taman dulu, nanti bunda nyusul ya?"

Arsha tersenyum sembari memeluk pinggang ramping sang ibunda.

Tak berlangsung lama, Arsha telah berganti baju dan memakai jaket sesuai perintah yang lebih tua.

Segera Arsha menghampiri sang kakak yang telah siap dengan sepeda nya. Menunggu Arsha naik ke atas bangku belakang sepeda yang kemudinya telah diambil alih Arga.

"Ayo naik, kenapa melamun?"

"Takut jatuh."

Arsha takut sepeda nya akan oleng kembali dan membuat mereka terjatuh hingga terluka bersama.

"Aman dek, buruan aih."

Arsha memilih tuk menurut daripada tidak jadi ke taman untuk beli ice cream kesukaannya.

Di sepanjang jalan, hanya ada suara pengemudi lain hingga Arsha membuka suara. Walaupun Arga dan Arsha hanya berjarak menit, namun Arga tetap berusaha menjadi tameng bagi yang lebih muda.

Roda sepedanya melaju pelan di pinggir jalan raya, menghindar dari keramaian lalu lintas sekaligus Arga yang belum berani tuk mengemudikan sepeda lipatnya di antara banyaknya kendaraan lain.

"Kak"

"Apa dek? Ngomong yang keras, ga denger ini."

Arsha hanya menghela nafas kasar, "NDAA NANTI NYUSUL KE TAMAN, JADI NANTI SEPEDA NYA DI TARUH DI PINGGIR TAMAN AJA!"

Untung saja Arga dapat mendengar serta memiliki reflek yang lumayan bagus, walaupun tubuhnya terkejut karena yang lebih muda berteriak cukup kencang.

Arga yang malu dilihat orang banyak karena Arsha berteriak akhirnya hanya memberikan tanda oke pada Arsha.

10 menit Arga mengayuh sepeda, kini dua anak kembar telah sampai di taman yang dikelilingi berbagai jenis makanan dan orang orang asing.

Arsha berlari semangat menuju penjual ice cream yang berada 400m dari hadapannya.

"ADEK JANGAN LARI, NANTI JATUH!"

"HIH ARSHAKA JANGAN LARI!"

Dihiraukan, orang orang yang berada di sekitar Arga dan Arsha hanya tertawa geli melihat interaksi mereka yang menggemaskan.

Belum sempat Arga melangkahkan kaki untuk menyusul, Arga telah dihampiri wanita asing yang bertanya sesuatu.

"Kalian kembar ya?"

"Ah iya bu, ada apa ya?"

"Tidak apa kok, saya hanya mau bertanya dimana tempat yang menjual es krim enak di sekitar sini untuk anak kembar saya juga."

"Ah, mari ikut saya bu, adek saya kebetulan maniak es krim yang lagi beli es krim langganan nya disini."

Wanita asing tersebut hanya terkekeh mendengar ucapan anak kecil yang berjalan disebelahnya dengan ocehan tentang adik kembar nya.

"Disini bu tempatnya, saya mau menghampiri adek saya dulu."

Wanita asing tersebut hanya mengangguk dengan senyuman dan berterimakasih.

"Arsha! Kenapa beli banyak?"

"Eh ka gaga ko lama? Aih ini yang pink buat mama, yang coklat buah kakak, yang hijau buat papa, yang putih sama ungu buat aku hehe." jelas Arsha panjang sembari menunjuk ice cream yang telah terbungkus rapi.

"Tadi ada yang tanya, udah sini es krim nya biar ga jatuh."

Arsha menyerahkan kantung plastik nya pada tangan Arga yang telah terulur, kemudian berlari setelah mengingat bahwa sang ibunda akan menyusul.

Benar saja, terlihat Lauren yang tetap terlihat cantik dengan dress putih nya, tidak menggunakan daster seperti ibu ibu pada umumnya.

"NDA, ADEK DISINI!" teriak Arsha lantang dengan tangan kecilnya yang melambai lambai ke arah Lauren.

Arsha berlari menuju Lauren, tidak melihat kanan dan kiri nya terlebih dahulu. Menyepelekan keselamatan berakhir kehilangan.

"ARSHA! AWAS ADA MOBIL!"

Ya, Arsha yang berlari dengan semangat menghampiri Lauren tiba tiba langkahnya terhenti sejenak saat cahaya putih dan suara klakson dari kendaraan di sekitarnya memasuki indra penglihatan serta pendengarannya. Belum sempat berlari menjauh, mobil tersebut telah menabrak Arga yang berusaha melindungi, sehingga tubuhnya terpental cukup jauh sedangkan Arsha yang terbentur batu karena terdorong.

Namun siapa yang salah, siapa yang tau, waktu terus berjalan, terasa salah, karena tiada yang tau tentang masa depan dan takdir.

Tbc.

the starsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang