Sakti tidak tahu bahwa kejadian malam itu malah mendorongnya ke lubang petaka yang tidak bisa dilewatinya dengan mudah.
Kini, di hadapannya ada seorang gadis berpakaian sederhana yang sedang menatapnya dengan mata berkaca-kaca, meminta sesuatu yang tidak bisa Sakti sanggupi sampai kapan pun.
Paginya yang seharusnya indah, mendadak menjadi suram lantaran sebuah fakta yang dibawa oleh gadis itu. Benar-benar tidak terduga dan benar-benar hampir membuat Sakti gila ketika mendengarnya. Ia bahkan masih hanya memakai kaos oblong tanpa lengan yang sudah kusut serta celana pendek. Khas seperti orang yang baru bangun tidur. Ya, karena dirinya memang baru saja bangun tidur.
Nyawanya belum sepenuhnya kumpul tapi malah dibuat hampir serangan jantung setelah mendengar apa yang dikatakan gadis di hadapannya sekarang.
"Sakti, jadi gimana? Kenapa kamu diam aja?"
Astaga ...!
Kenapa bisa gadis itu mengetahui namanya sedangkan Sakti sendiri tidak mengenal gadis itu. Mungkin karena ketampanannya, ck! Sekarang bukan waktunya untuk kepedean, sebab bukan ketampanannya yang membuat gadis itu kenal dirinya, tapi karena kejadian malam itu. Sakti tahu pasti.
Sebelum menjawab pertanyaan gadis itu, Sakti memijat pelipisnya.
"Gue nggak tahu! Gue pusing anjir!" serunya kesal.
Dapat Sakti saksikan gadis itu menitikkan air mata untuk kesekian kalinya.
"Aku takut ...." lirihnya pelan, namun masih dapat sakit dengar.
"Lo pikir gue setan?! Ah nggak! Lo pikir gue nggak takut? Gue juga takut! Gue takut kalau bokap gue dengar ini, bisa-bisa gue dicoret dari daftar warisan."
Gadis itu menatap Sakti tidak percaya. Disaat ia ketakutan oleh sesuatu yang genting, lelaki itu malah takut kehilangan hak warisannya.
Sakti yang sadar ditatap pun langsung menatap balik gadis itu. "Apa? Lo nggak senang dengarnya?" tanyanya ketus. Gadis itu hanya menghela nafas lelah.
Omongan Sakti adalah sebuah kejujuran. Ia takut tidak mendapatkan warisan bila ayahnya tahu ia telah melakukan sebuah kesalahan besar dan juga fatal.
Bayangkan, ia telah menghamili anak gadis orang! Konyolnya mereka tidak saling mengenal!
Ya, gadis itu tiba-tiba mendatangi rumahnya untuk meminta pertanggungjawaban atas janin yang ada di dalam rahimnya, bersama sebuah testpack yang kini berada ditangannya.
"Sebentar, gue mendadak ragu kalau ... anak yang dikandung lo itu pure anak gue," ucapan Sakti sukses membuat gadis dihadapannya mendongak bingung. "Maksud kamu apa?"
"Kita terakhir melakukan itu hampir lebih dari sebulan yang lalu, tiba-tiba lo datang dan mengaku bahwa sedang hamil anak gue. Bisa aja itu anak pria lain karena setelah berhubungan dengan gue, lo main dengan pria lain diluar san--"
Plak!
Sebuah tamparan keras melayang ke pipi Sakti hingga lelaki itu melotot tajam tidak percaya.
"Brengsek! Kenapa lo tampar gue?!"
"Kamu yang brengsek! Bisa-bisanya kamu menuduh aku sebagai wanita murahan seperti itu, aku nggak begitu! Aku hanya melakukannya sekali dan itu hanya sama kamu!" seru gadis itu sambil terisak.
Nggak cuma sekali, tapi tiga kali!
Rasanya Sakti ingin memukul batinnya karena menyerukan sebuah kebenaran. Ya, gadis itu mengira hanya melakukannya sekali, tapi Sakti sadar betul ia melakukannya tiga kali dan sialnya sampai membuahkan hasil begini.
Ternyata, teriakan gadis itu di dengar sang Bunda.
"Sakti, ada apa ini?"
Jelas Sakti panik luar biasa, mengetahui sang Bunda keluar dari rumah.
"Kenapa teman kamu nangis begini?" Bunda mendekati gadis itu yang tangisnya semakin histeris bahkan sampai terjatuh di rerumputan sebab mereka berada di halaman depan rumah mewah milik orang tua Sakti.
"Astaga!" jerit Bunda panik. "Sakti, kenapa kamu diam aja? Ini teman kamu kenapa?"
Dia bukan teman aku, Bun. Aku nggak kenal dia tapi dia sedang hamil anak aku.
Sial! Tubuh Sakti semakin kaku melihat bagaimana Bundanya begitu khawatir dengan keadaan gadis itu yang masih menangis.
"Aku ... ke sini ingin meminta pertanggungjawaban ... kamu ... tapi kenapa kamu tega tuduh aku begitu ...." ucap gadis itu sesegukan.
Bundanya jelas bingung, ia berusaha untuk menenangkan gadis itu tapi tangisannya malah semakin menjadi.
Karena geram, sang Bunda bangkit menghadap langsung ke arah Sakti.
"Jawab jujur Sakti, kamu udah melakukan apa sama gadis muda ini? Kamu nggak macam-macam kan sampai dia menangis seperti ini?"
Nggak macam-macam Bun, cuma satu macam tapi langsung jadi anak.
Sialan! Batin monyet! Sakti ingin teriak karena rasanya pikirannya penuh. Apa lagi saat ditanya-tanya seperti ini.
"Sakti jawab Bunda!" Sang Bunda mengguncang lengannya hingga kesabaran Sakti habis.
"Damn! Aku udah hamili dia, Bunda! Sekarang dia minta pertanggungjawaban aku atas kehamilannya!"
Bersambung ....
*
*
*
*
Halo, selamat malam semua!
Pasti pada bingung kan kenapa aku tiba-tiba posting cerita baru lagi, padahal yang lain aja belum pada tamat.
Hehehe maklum aja gais, aku ini lagi gabut jadi kepingin update cerita baru. Tenang, ini cuma buat test ombak aja, kalo ramai ya lanjut kalo sepi ya nunggu ramai dulu.
Sedikit informasi, cerita ini alurnya bakal maju mundur syantik hehe. Jadi kita bakal tahu kehidupan dua cast utama sebelumnya. So, jangan lupa tambahkan cerita ini ke library dan list baca kalian ✨❤️
Jangan lupa berikan banyak cinta dan dukungan kalian untuk cerita ini🥳❤️
Yuk komen dan vote sebanyak-banyaknya 🔥✨
Bekasi, 24 September 2022
Lyantri Lian
KAMU SEDANG MEMBACA
Result Of Mistake
General FictionSama-sama berusia muda, sama-sama masih ingin merasakan kebebasan namun karena satu kecerobohan yang diperbuat semua berubah dalam sekejap. Menjalin sebuah ikatan dengan cara terpaksa merupakan mimpi buruk bagi keduanya. Bersama tanpa cinta seperti...