Bertemu Seseorang (1)

612 61 3
                                    

Malam ini Sunghoon dan gue diundang untuk makan malam atau apalah istilahnya itu. Sunghoon pake jas hitam sama kemeja hitam formal. Sedangkan gue ingin berpakaian seperti dia tapi dia bilang gak usah. Jadinya gue cukup pakai kemeja putih dan dibalut sama sweater coklat serta celana kulot panjang. Gak lupa memoleskan lipen warna merah muda di bibir dan bedak biar gak keliatan pucet-pucet banget. 

"Cantik sekali. Kita gak usah ikut makan malam deh ya, meding aku makan kamu aja" 

"Jangan macem-macem ya kamu!" 

Gue mendelik ke arah Sunghoon lewat cermin karena dia lagi memeluk tubuh gue dari belakang. 

"Sunghoon ah! Ayo berangkattt, kurang lima belas menit lagi jam 7 entar kita telat"

"Biarin aja telat. Gak usah dateng sekalian." Kata dia sembari mengendus-endus leher gue.

Gue berasa punya anak kucing yang sedetikpun gak mau pisah dari induknya.

Akhirnya gue pukul kecil kepala Sunghoon. Tapi dianya lebay, ngaduh kesakitan seakan-akan gue timpuk pake palu. 

"Aku udah siap-siap rugi dong kalau gak dateng. Lagian kita udah janjian juga sama orang tua kamu"

"Cium dulu, baru berangkat" 

Gue mengecup Sunghoon, tapi dengan kurang ajarnya dia membalas bukan dengan kecupan pula tapi ciuman yang.... errr... begitulah. Berkat drama yang Sunghoon buat, kami berdua telat datang ke rumah orang tuanya. Belum lagi di mobil gue mesti menghapus lipen di bibir gue yang udah mencong sana-sini karena ulah Sunghoon kampret. 

Untung aja jalan menuju rumah ortunya Sunghoon kaga grudakan. Jadinya gue bisa dengan tenang untuk melipen ulang bibir gue. Heran gue, makin hari kok suami gue nafsunya makin tak terkira-kira. Dimanapun dan kapanpun pasti nyuri-nyuri kesempatan. 

"Bentar, kamu jangan keluar mobil dulu. Sini hadap ke aku" 

Sunghoon nurut dan dengan itu gue mengambil tisu basah yang selalu gue simpan di tas mini gue. Gue mengelap dengan lembut noda kemerahan bekas lipen gue yang tertempel di sudut-sudut serta bibir Sunghoon.

"Dingin" 

"Iya ini tisu basah"

Lanjut gue, "Sudah bersih"

Sunghoon keluar lebih dulu dan lanjut membukakan pintu mobil untuk gue keluar. Dia menggandeng tangan gue dan kemudian tangan dia pindah memeluk pinggang ramping gue. Para pelayan dan penjaga rumah pada nunduk 90 derajat ketika gue dan Sunghoon berjalan melewati mereka. 

"Kak Sunghoon!" 

Hah?!

Waduh... dari suaranya kaga asing nih. Suara cempreng dan khas itu berteriak menggelora di ruang makan. Dan benar dugaan gue siapa pemilik suara itu. 

"Kak Sunghoon kok baru sampai? Kami semua udah nungguin dari tadi loh." Yup, siapa lagi kalau bukan Ken. Dia berlari kecil ke arah Sunghoon dan menarik-narik tangan Sunghoon hingga terlepas dari pinggang gue. 

"Jangan deket-deket gue, lo bau" 

Ken gak lagi senyum ceria seperti pertama kali menyambut kami berdua. Dia murung dan melepas tangannya dari Sunghoon lantas berjalan lebih dulu mendahului kami berdua. 

Sesampainya di meja makan, gue melihat Ayah Ken juga turut hadir sedang duduk di kursi dengan seorang wanita bergaun merah. Mungkin emak tiri Ken kali yak? Soalnya ngobrolnya keliatan mesra gitu. Karena mereka berdua duduk membelakangi Gue dan Sunghoon yang baru sampai, jadi gue gak bisa melihat secara jelas wajah emak tirinya. Tapi dari belakang aja udah cantik, rambutnya hitam panjang dan tebal.

Ini ngapa gue jadi tanpa sadar malah fokus ke emak tirinya sih...

"Ken kenapa kok cemberut Nak?"

Itu maminya Sunghoon yang nanya. 

"Emang bau badan aku gak enak ya Mi?"

Mami Sunghoon menggeleng. "Wangi gini kok. Bau bayi, mami malah seneng nyiumnya"

"Tapi tadi Kak Sunghoon bilang aku bau" 

Buset. Nih anak masa kaga ngarti sih kalau Sunghoon risih?

"Sunghoon! kamu tuh ya jahil terus sama Ken!" Mami Sunghoon menegur dan Sunghoon hanya mengangkat bahu.

Semua yang ada disitu ketawa dan wanita bergaun merah tadi berbalik ke arah kami berdua. "Sunghoon gemes ya sama Ken. Perbedaan umur kalian sedikit jauh juga 5 tahun, jadi lucu. Ken, kamu tuh dianggap adek sama Sunghoon"

Gue melongo. Ditengah suasana bahagia tapi gue sendiri yang diam membisu. Gue inget banget suaranya dan wajah seseorang yang telah lama pergi ninggalin gue dan Ayah.

Gak jauh berbeda dengan keadaan gue, wanita itu juga sama terkejutnya. Walau wajah gue berubah dari wajah ketika kecil, tapi tentunya dia tau bahwa laki-laki dihadapannya saat ini adalah gue. Gue yakin dia gak lupa dengan nama anaknya sendiri dan beberapa kemiripan wajah gue yang sekarang dengan wajah waktu kecil.

Gue gigit bibir gue. Gue gremet tangan Sunghoon. Sunghoon yang juga sadar dengan apa yang terjadi, segera pamit sebentar ingin bicara berdua dengan gue.

Dia ajak gue ke kamarnya.

"H-Hoon.... itu bunda... aku gak salah lihat kan?! Kamu juga lihat kan???!"

Dia peluk gue dan mengangguk kecil.

"Kita pulang aja ya, sayang?"

Gue gatau. Tiba-tiba pikiran gue ngeblank bahkan ketika tubuh gue diangkat ke atas pangkuan Sunghoon gue masih diem berusaha mencerna kejadian yang baru saja terjadi.

Porsi buat dia di hati gue hanya ada kebencian, kecewa, dan amarah. Kenapa hidup penjahat seperti dia malah bahagia dan bisa tertawa lebar tanpa beban setelah membuang gue dan Ayah?

Apakah dia sekalipun gak pernah mempertanyakan gimana keadaan gue yang mana merupakan darah daging dia sendiri? Apakah gue makan dengan baik? Ataukah Ayah dan gue bisa menjalani kehidupan normal setelah dia pergi?

Pintu kamar Sunghoon diketok dan mami Sunghoon udah nyuruh untuk kita berdua turun ke bawah.

"Sayang? Aku ngomong sama Mami ya biar kita pulang"

Kalau gue pulang dan memilih untuk tidak muncul dihadapan dia sama aja gue kalah. Gue harus nunjukin ke dia bahwa kehidupan gue jauh lebih bahagia sekarang.

Tanpa ada dia.

"Enggak. Aku pengen ikut makan malam itu Hoon. Aku pengen liat gimana reaksi Bunda ketika melihat anak kandung yang udah dia buang ada didepan matanya"

Sunghoon menggeleng. "Gak. Kita pulang sekarang."

"Plis, ak- aku pengen nunjukin kalau aku bukan Jake yang lemah. Aku bisa berdiri dan punya kehidupan bahagia sama suami aku tanpa campur tangan dia"

Gue natap Sunghooon memelas. Berharap dia mengabulkan keinginan gue yang satu ini.

Sunghoon menghela napas. "Okey. Tapi cuman makan sebentar, setelah itu kita pulang"

Gue dan Sunghoon berjalan menuruni tangga menuju ruang makan. Disana semua orang telah menunggu kedatangan kami berdua. Tanpa sengaja gue bertatapan dengan wanita itu.

Satu pertanyaan besar lainnya kini bersarang di otak gue.

Apakah lelaki yang dulu merebut Bunda itu adalah Ayahnya Ken?








SETAHUN?! (Sungjake) Sampe Tanggal 29 (+-)🔒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang