17. Sesendok Tiramisu

413 43 2
                                    

SAAT matanya menatap nanar keluar jendela, lamunannya lantas sirna saat Denis datang menyuguhkan dua gelas minuman dingin berukuran besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SAAT matanya menatap nanar keluar jendela, lamunannya lantas sirna saat Denis datang menyuguhkan dua gelas minuman dingin berukuran besar. Nathan menegapkan badannya, dan segera meletakan sedotan itu ke bibirnya. Seteguk kopi dari Denis ia harap bisa membuatnya terus berbesar hati dengan segala kenyataan pilu yang menunggunya di beberapa waktu mendatang.

Sunggingan senyum penuh ironi jelas Denis lihat. Mata pria itu seolah berbicara padanya jika munculnya Fara secara tiba-tiba lah yang menyebabkan Nathan begini. Seperti ada sebagian cahaya dan energi telah diambil darinya secara paksa. Membuat Denis menyimpulkan betapa besar rasa kecewa serta luka yang Nathan tutupi seorang diri selama ini.

"Masih banyak ikan di laut Pak."

Pria itu mengeluarkan sebungkus rokok dari dalam saku jas yang sejak tadi ia sampirkan di sandaran kursi cafe.

"Nggak bisa berenang gue" sahutnya singkat.

"Ah itu mah bukannya nggak bisa kali, lo nya aja yang nggak mau." ejek Denis. Rasanya aneh saja melihat sisi Nathan yang seperti ini. Pria yang biasanya cengengesan dengan segudang bahan roasting untuknya itu kini terlihat lebih diam dari sebelumnya. Diamnya Nathan bukan karena malas meladeni Denis, tetapi seperti ada sesuatu yang mengganjal dan tiba-tiba memenuhi isi kepalanya.

"Emang Sandy cerita apa? Perasaan gue nggak gitu sering ketemu dia."

"Cerita apa ya... Itu doang kok. Soal pertunangan lo sama Fara. Hehehe... nggak usah di bahas deh kalau nggak mau. Bisa sesek napas lo nanti karena nggak bisa berenang."

"Udah tenggelem ini... Sialan emang. Orang-orang kalo ketemu gue, pasti yang ditanya duluan tuh soal dia. Seolah-olah tuh kayak... waktu gue udah mulai berenang naik, tiba-tiba ada yang narik gue lagi buat kembali ke dasar laut."

Denis dibuat tertawa dengan perumpamaan yang Nathan tuturkan, ia hampir tersedak dengan minumannya sendiri. "Duh gue harus ketawa apa sedih nih? Bahasa lo beneran kayak Mas-Mas pujangga galau Nat!"

"Tadi Om-Om, sekarang Mas-Mas... terus lo apa? Nenek-nenek? Mau lo gue sebut gitu?!" dengus Nathan.

"Yah, gitu aja ngegas. Yang ikhlas lah Pak... nanti bakalan Tuhan ganti yang lebih baik kok. Percaya deh!"

"Ikhlas mah udah Nis. Cuma kadang suka gedeg aja kalau keingetan lagi hahaha." Nathan lalu tertawa singkat setelah asap rokok itu menyembur dari mulutnya.

Seorang pelayan datang menyuguhkan hidangan manis pendamping kopi. Tak perlu menunggu lama, Denis menyendok sepotong tiramisu yang ia pesan, setelah hilang di mulutnya kemudian ia berkata, "Beneran cantik ih ternyata, udah gitu Sandy juga pernah cerita katanya Fara itu keras banget orangnya. Kalau dia maunya A ya harus A, nggak boleh nggak."

"Gimana ya... Adek lo nggak sepenuhnya salah sih. Sebenernya Fara bisa kok nurut, tapi cuma sama Dino. Nggak akan berhasil sama gue yang keliatannya becanda mulu begini. Padahal mah sebenernya kalau serius ya serius. Banget malah."

Sweet Escape [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang