I.2. SEKOLAH SIHIR

273 44 2
                                    

Setelah pelayan meninggalkan empat cangkir teh dan beberapa biskuit, Edward Heath memerintahkan mereka untuk meninggalkan kantornya, menyisakann ia dan anak angkatnya di sana. Eleanor duduk resah di atas sofa beludru, memuntir ujung gaunnya dengan tidak sabar. Kantor ayahnya terbilang bagus, dengan perapian pualam indah menghadap ke jendela-jendela panjang berbingkai.

Dengan sedikit kesal, Eleanor bangkit dan berjalan ke jendela, memandang kota London dengan jam Big Ben kebanggannya. Saat itulah, ketika berdiri membelakangi ruangan, api hijau terang mendadak berkobar di perapian, di bawah rak pualamnya. Eleanor berjengit sementara ayahnya berusaha tidak menunjukkan keterkejutannya ataupun ketakutan ketika dua orang laki-laki mendekati pertengahan dua puluh tahun  muncul di dalam kobaran api itu, berputar secepat gasing. Beberapa detik kemudian mereka melompat dari perapian ke permadani antik yang bagus, mengibaskn abu dari mantel mereka yang panjang, topi bowler berwarna hitam di tangan mereka.
 
“Selamat pagi, Anda pasti Edward Heath.” Sapa penyihir hitam tinggi dengan lambat dan dalam, rambutnya cepak dan berbahu lebar.
 
Edward merangsek maju dari kursinya, berjalan mendekati dua orang yang baru muncul itu dan menjabat tangan mereka.
 
“Perkenalkan, aku Kingsley Shacklebolt,” Kingsley menjabat tangan Edward, “dan ini rekanku, Nebulas Colate.”
 
Kingsley menunjuk pria tegap dengan rambut kuning tembaga yang rapih menunjukkan wibawa, wajahnya rupawan dengan rahang tajam dan terlihat tangguh. “Suatu kehormatan bertemu dengan Anda, Mr Heath.” Katanya ketika menjabat tangan Edward.
 
Edward masih terpesona pada mata hazel Nebulas saat laki-laki itu beralih pada Eleanor kecil. Eleanor bersembunyi di balik tubuh ayahnya memperhatikan keanehan yang dimiliki Nebulas.
 
“Kau pasti Eleanor,” kata Nebulas, bahkan Eleanor juga terpesona oleh sosok Nebulas yang sekarang sedikit membungkuk untuk melihatnya.
 
Edward berdeham sebentar dan Nebulas kembali ke samping Kingsley.
 
“Maafkan aku, Mr Heath. Aku suka lupa diri jika melihat anak-anak.”
 
“Silahkan duduk, gentlemen.”
 
Kingsley dan Nebulas duduk di sofa beludru berseberangan dengan Edward. Sementara Eleanor, yang telah dilatih untuk menuangkan teh seperti apa yang selalu ia lakukan di pesta munum teh bersama  anak-anak Ratu Elizabeth, tidak menyadari ada kekaguman dua penyihir di depannya melihat bagaimana Muggle menyuguhkan teh dengan anggun untuk mereka.
 
“jadi, kami diutus oleh Men—“
 
Kalimat Kingsley terhenti dengan lambaian tangan Edward, “langusng saja pada intinya,” potongnya. “Apa itu Sekolah Sihir Hogwarts?”
 
Eleanor membenarkan posisi duduknya, tertarik dengan pertanyaan ayahnya kemudian Kingsley mulai menjelaskan tentang sihir kepada mereka. Tentang bagaimana mereka mengetahui bahwa Eleanor adalah seorang penyihir, tentang bagaimana cara kerja sekolah sihir Hogwarts, tentang apa yang bisa mereka lakukan setelah lulus dari sana.
 
Sementara Kingsley menjelaskan, Nebulas akan menyela dengan entah bagaimana menjawab pertanyaan yang muncul di kepala Edward atau Eleanor. Bahkan Eleanor lupa untuk memakan biskuit yang berada di tangannya saat mendengarkan mereka, dirinya tertarik sekaligus tertantang mendengar apa yang mungkin ia lakukan di sana.
 
Setelah hampir satu jam mendengarkan penjelasan Kingsley dan Nebulas, Nebulas mengjukan pertanyaan pada Edward dan Eleanor, “Jadi, Apa anak Anda tertarik untuk datang ke Hogwarts?”
 
Edward dan Eleanor saling pandang, kemudian Eleanor melihat Kingsley lalu Nebulas. “Bagaimana jika aku bukan penyihir? Bagaimana jika di sana aku tidak cocok sebagai penyihir?” tanya Eleanor di luar dugaan.
 
“mudah saja,” sahut Nebulas, “mereka akan memulangkanmu secepat mungkin, menghilangkan semua ingatanmu tentang dunia sihir dan Hogwarts.”
 
“Apa bisa dia tidak besekolah di sana?” kali ini pertanyaan dari Edward. “aku akan mendaftarkannya di sekolah yang bagus, sekolah yang sama dengan Putri Anne.”
 
“Tentu saja bisa.” Sahut Nebulas lagi, yang sepertinya menjadi begian untuk menjawab semua pertanyaan. “aku yakin Anda sadar anak Anda berbeda, bersekolah dan bermain adalah hal yang berbeda untuk penyihir. Mungkin Eleanor mudah bersosialosasi dengan Muggle –begitu kami menyebut orng-orang tanpa sihir. Anak Anda akan sulit bersekolah dan memperlajari pelajaran-pelajaran Muggle. Walaupun anak Anda memiliki jabatan yang cukup bergengsi, tidak menutup kemungkinan anak Anda akan dikucilkan karena tidak bisa mengikuti pelajaran mereka. Selain itu, menahan bakat sihir yang dimiliki putri Anda juga dapat membahayakan.”
 
Edward menelan ludah. Membiarkan anaknya begabung dengan komunitas asing sudah cukup buruk namun membiarkan Eleanor dikucilkan di sekolah adalah yang terburuk. Namun ia tidak sepenuhnya mengerti maksud Nebulas. “Apa maksudmu membahayakan? Aku yakin tempat Putri Annne bersekolah tempat yang aman dan beradab.”
 
“Maafkan aku,” Nebulas berdeham sambil mebenarkan posisi duduknya. “Saya yakin Anda telah memilih sekolah terbaik yang ada di Inggris, dan sejujurnya, saya juga yakin putri Anda tidak akan mendapatkan kesulitan yang berarti dalam menguasai pelajaran Muggle. Namun, menahan kekuatan sihir yang ada di dalam Eleanor akan menciptakan Obscurus. Obscurus adalah energi—yang dalam hal ini sihir—yang ditekan dari seorang penyihir muda.” Ia melirik Eleanor. “penyihir tersebut secara sadar menahan kemampuan magisnya atau dipaksa melakukannya sehingga memanifestasikan dirinya sebagai entitas terpisah yang dapat meletus dalam amukan yang dahsyat dan merusak.”
 
“Sejarah kami—“ Kingsley menyela, “dunia sihir sendiri telah mencatat beberapa Obscurial—penyihir yang ternyata memiliki Obscurus—dengan akhir tidak cukup baik karena tidak dapat menyalurkan bakat sihirnya sesuai dengan tempatnya.”
 
Edward menelan ludahnya sendiri walaupun ia tidak sepenuhnya mengerti perkataan Nebulas dan Kingsley, tapi ia yakin,  ia tidak menginginkan akhir itu untuk putrinya.
 
“Jadi?” tanya Kingsley menatap Eleanor.
 
Eleanor mengangguk, “izinkan aku pergi ke Sekolah Sihir, Dad…” bujuknya lembut pada Edward yang matanya sedikit berkaca-kaca seakan enggan meninggalkan ayahnya menuju dunia asing yang ia sendiri tidak tahu.
 
Kingsley dan Nebulas terenyuh melihat ayah dan anak di depan mereka, ini adalah hal di luar dugaan jika seseorang mendapat undangan dari Hogwarts. Mereka tentu saja tidak mengerti itu karena dilahirkan sebagai darah murni penyihir, mendapatkan surat dari Hogwarts adalah hal yang pasti bagi mereka.
 
“Baiklah,” kata Edward.
 
Kingsley dengan cepat mengeluarkan burung hantu cokelat dari saku jubahnya, membuat mata Edward terbelalak dan Eleanor berteriak.
“BAGAIMANA KAU BISA MENGELUARKAN BURUNG HANTU DARI SANA!”
 
Magic.” Jawab Kingsley enteng.
 
“Silahkan Anda menulis surat balasan ke sekolah, Pak Menteri, dan kami akan mengirimkannya dengan burung hantu ini.”
 
Edward berjalan ke meja kerjanya, menulis surat balasan untuk Hogwarts di sana dan tak lupa membubuhkan tanda tangan formalnya kemudian memasukan ke dalam amplop yang selalu tersedia di laci. Terakhir, ia manambahkan cap keluarganya untuk menambahkan kesan penting di sana.
 
Setelah selesai dengan suratnya, Kingsley menerima amplop itu dari Edward dan mengeluarkan tongkatnya. Eleanor terperangah saat Kingsley menyihir pita di sekeliling salah satu kaki burung hantu sehingga suratnya menggantung di sana, ia kemudian mendekati jendela dan membukanya, membiarkan Eleanor membututinya dari belakang.
 
“Kau mau melepaskannya?” tanya Kingsley.
 
Eleanor mengangguk bersemangat. Kingsley menyerahkan burung hantu ke tangan Eleanor. “bagaimana—“
 
“Lempar ke atas, biarkan dia terbang.”
 
Eleanor mengangkat tangannya sedikit lebih cepat dari yang diperkirakan si burung hantu, sehingga burung itu terlontar pelan sebelum terbang. Eleanor terkikik melihat burung yang menghilnang di langit cerah di siang hari. “ke mana dia pergi?” tanya Eleanor.
 
“Ke sekolahmu yang baru.”
 
Eleanor melihat Kingsley dan tersenyum. Di sofa beludru, Edward ikut tersenyum melihat anaknya yang tertawa tanpa rasa risih saat orang lain melihatnya. Detik itu juga, ia yakin pilihannya tepat.
 
“Kalau begitu sampai jumpa bulan Agustus, Pak Menteri.” Kata Nebulas, membuat Eleanor dan Kingsley mendekati mereka.
 
“Apa yang akan kita lakukan di bulan Agustus?” tanya Edward.
 
“Kita harus pergi ke Diagon Alley.” Jawab Nebulas.
 
“Diagon Alley?” tanya Eleanor.
 
“Ya, kita harus membeli peralatan sekolahmu.”
 
“Apa kita bisa membelinya?” tanya Eleanor.
 
“Ya, jika kau tahu tempat yang tepat tentu saja.”
 
Edward mengangguk mengerti. “Sampai bertemu di bulan Agusatus, Colate.” Ia menjabat tangan Nebulas.
 
“YEAY!” Eleanor berteriak gembira  ayahnya menjabat tangan Kingsley, ia tidak sabar untuk melihat dunia sihir.

Kingsley dan Nebulas masih sempat membalas lambaian tangan Eleanor saat mereka berada di dalam perapian, sebelum api hijau menelan mereka.

SIRIUS: A Story Behind The Brightest StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang