Hydrus

181 21 9
                                    

🌠🌠🌠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌠🌠🌠


Luna mengulurkan tangannya, "Selamat ya, Ma!" Ia lalu berganti ke pria di samping Hanum, "selamat ya, Om!"

Baik Hanum maupun Fadli tersenyum senang. Mereka tahu, tak akan sesulit itu membujuk anak-anak mereka. Dan pada akhirnya, keduanya resmi menikah hari ini. Tidak ada pesta. Acara digelar dengan sangat tertutup. Hanya beberapa saksi saja yang datang.

Meski Luna tidak sebahagia mereka, cewek itu tidak ingin membuat keduanya kecewa dengan menampilkan wajah sedih. Ia lalu melirik Eli yang mungkin juga tengah berusaha memamerkan senyum terbaik.

Sekarang, mereka berempat harus tinggal bersama. Untungnya Luna tidak harus berbagi kamar dengan saudari barunya. Lagipula, Fadli terlalu kaya jika harus menggabungkan kamar kedua putrinya.

"Hah … Gue nggak tau harus ngomong apa sama lo," kata Heliana sesaat sebelum menyeret kopernya.

Luna memutar malas bola matanya. Ia melakukan hal yang sama. Melangkah masuk ke rumah baru yang akan ia tinggali bersama rivalnya. "Ya udah, nggak usah ngomong," katanya. Melangkah cepat untuk mendahului Heliana.

"Lun!"

Panggilan itu sukses menghentikan langkah Luna yang tengah menyeret koper. Ia berbalik dengan tanda tanya.

"Gue temen deketnya Mentari dulu! Lo sahabatnya kan?"

🌠🌠🌠

Langkah Luna terhenti di depan sebuah gerbang yang menjulang tinggi. Seorang pria berpakaian satpam menghampirinya.

"Cari siapa ya, Dek?"

Pertanyaan itu tidak langsung dijawab Luna. Karena jujur, ia juga tidak tahu harus menjawab apa.

"Luna?"

Suara berat dari seseorang mengalihkan keduanya. Untuk sesaat, Luna tertegun. Ia menatap seorang pria yang juga membeku menatapnya.

Tidak bisa dipungkiri kalau Luna merindukan sosok yang kini tergesa membuka pintu gerbang.

Setelah tidak ada penghalang dan jarak, pria itu memeluknya erat. Sambil terus mengungkapkan betapa rindunya ia.

Pelukan hangat yang terasa nyaman. Meski awalnya ragu, Luna balas memeluk tubuh pria itu setelah beberapa lama hanya berdiam diri.

"Luna ... Papa kangen banget sama kamu ...."

🌠🌠🌠

"Kalian udah nyiapin kamar gue?" tanya Luna seraya meletakkan tas berisi baju ganti di atas kasur.

Devan sudah berbaring duluan di sana. Cowok itu mengangguk. Senyumannya lebar yang justru membuat Luna sedikit merinding. Tak pernah ia melihat Devan dengan senyuman selebar itu. Takutnya bibir cowok itu sampai sobek.

Semesta Bercerita (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang