Part 14

918 86 41
                                    

Singto terbangun di sebuah ruangan yang gelap dan serba hitam dengan posisi tangan dan kaki yang terikat, ia juga tak menggunakan pakaiannya.

Pintu ruangan terbuka, Krist berjalan masuk sembari membuka satu persatu kancing kemejanya sambil terus menatap ke arah Singto.

"O-om... Ku mohon jangan... Lubang ku benar-benar masih sakit." Ucap Singto yang paham dengan tatapan Krist.

Namun Krist tak menghiraukan itu, Singto benar-benar seperti tak mengenal Krist sekarang, Krist melipat lengan kemeja putihnya hingga siku dan duduk di ranjang dekat kaki Singto.

Ia membelai lubang Singto yang sedikit terluka akibat ulahnya semalam dan memasukan satu jarinya membuat Singto merintih kesakitan.

Ia membelai lubang Singto yang sedikit terluka akibat ulahnya semalam dan memasukan satu jarinya membuat Singto merintih kesakitan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"O-om... Ingat aku sedang hamil sekarang." Ucap Singto.

"Bukankah kemarin sudah kamu gugurkan?" Ucap Krist.

"Phi Natt memang meminta ku untuk menggugurkannya dan kami sudah ke rumah sakit tapi aku berubah pikiran, aku menyayangi anak ku jadi kami tak jadi membuangnya." Ucap Singto.

Krist mengusap perut datar Singto, berarti anaknya masih berada di dalam perut Singto. Tidak... Krist tak boleh luluh hanya karna ada anaknya.

"L-lepaskan aku, om." Ucap Singto memohon.

"Tidak." Ucap Krist dingin.

Singto benar-benar kelu, entah kenapa ia menjadi sangat takut pada Krist sekarang, apa karna dia sudah mengetahui aslinya Krist seperti apa? Entahlah, Singto juga dapat melihat di wajah Krist terdapat banyak pancaran amarah tak seperti dulu Krist selalu menatap dirinya penuh cinta.

Krist membelai lubang Singto dan mulai memasukan jarinya satu persatu membuat tubuh Singto bergetar hebat dan menggeliat, Krist menggerakan jarinya sembari menatap wajah Singto yang memerah, Krist mencium perut Singto kemudian naik hingga ke dadanya, ia memelintir puting pink yang sudah menegang kemudian mendaratkan bibirnya di sana, Krist menghisapnya dengan rakus membuat Singto merasa geli dan mendesah keras tangannya yang terikat membuat Singto tak dapat berbuat apa-apa.

Krist memberi tanda di seluruh lekuk tubuh Singto, di mulai dari dada, leher, lengan, perut dan paha dalamnya, ia membelai penis Singto dan mengulumnya, jari tangan Krist bergerak keluar masuk di lubangnya membuat tubuh Singto benar-benar merasakan kenikmatan yang luar biasa, Singto mendesah keras tatkala ia mengeluarkan cairan pertamanya.

Singto mengambil nafas dan menatap Krist tengah membuka seluruh pakaiannya, Singto dapat melihat jika penis besar Krist sudah ingin di lepas dari sarangnya dan siap masuk ke lubangnya, entah kenapa Singto menjadi ngeri sendiri melihatnya.

Singto masih berusaha melepas ikatan di tangannya namun ikatan tersebut sangat kuat. Krist melepas ikatan di kaki dan tangan Singto kemudian mengikat kaki dan tangannya menjadi satu, ia menatap lapar tubuh polos Singto di hadapannya. Lubang pink Singto terus berkedut seakan menyapa dirinya.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang