Doain biar aku rajin up yaa
Gue pun terduduk lemes dilantai. Ini kenapa lagi ya Tuhan.
"Hey, sayang tenang. Jangan khawatir." Heeseung berusaha menenangkan gue. "Aku bawa Areum ke kamar mandi, biar aku yang mandiin dia. Mau ikut?" Gue menggeleng lemah.
Gue capek..
"Kamu baik - baik disini. Sebentar." Heeseung pergi ke arah kamar mandi. Gue menyadari ada secarik kertas yang berisi kata - kata, gue mengambil dan membaca isi kertasnya.
Buat lo Ara,
Masih gak sadar juga ya? Kalau Heeseung butuh yang lebih baik dari lo. Lo pembawa buruk bua Heeseung dan anak lo sendiri. Gue kalo jadi anak lo kasian sih punya ibu kayak lo, apalagi lo pembawa buruk. Pembawa masalah, habis ini gue yakin banyak masalah yang akan menimpa lo kedepannya. Gue cuma doain buat lo aja sih, gak mungkin kan gue doa gitu ke Heeseung yang bakal jadi calon suami gue setelah ini. Saran gue mending lo pergi dari kehidupan Heeseung bawa anak lo juga. Kasian Heeseung jadi banyak beban gara - gara lo, masalah lo dan anak lo. Semoga kalau anak lo udah gede gak jadi kayak ibu nya ya. Jadi perebut cowo orang alias pelakor.
Rose lagi? Padahal gue kira udah jadi baik, ternyata sama aja. Ada tulisan lagi dibalik kertas, buat suami gue lagi. Huftt sabar.
Untuk masa depan,
Hai masa depan gue. Capek ya jadi suami Ara? Mending jadi suami gue aja dijamin gak ngerepotin. Baik - baik ya, bentar lagi Ara bakal cerai in lo kok. Tinggal ditunggu aja tanggal yang pas. Bye masa depan, hati - hati.
/brak!/
Gue mukul lemari, sekarang perasaan gue campur aduk. Sedih, marah, kecewa, semuanya kecampur aduk.
Gue frustasi, gue gak mau kehilangan Heeseung. Gue gak mau, jangan sampe Rose bisa ngerebut Heeseung dari gue.
Dalam pikiran gue sekarang cuma, apa bener yang dikatakan sama Rose? Apa bener gue cuma jadi beban buat Heeseung? Apa gue bukan istri dan ibu yang baik buat keluarga kecil gue? Apa bener gue perebut cowo alias pelakor?
"Ara, hey." Panggil Heeseung. Tapi gue tetep fokus memikirkan pertanyaan - pertanyaan itu dikepala.
"Ara sayang." Ketika Heeseung mengelus kepala gue, gue langsung menyadari ternyata dari tadi Heeseung manggil gue bersama Areum yang udah bersih dari cairan darah. Rumah gue jadi bau amis.
"Iya kenapa?" Tanya gue.
"Kamu kenapa? Ini Areum udah aku mandiin. Aku mau beresin rumah, kamu diem aja duduk sama Areum. Jangan ngapain - ngapain, cukup duduk aja." Ucap Heeseung.
"Aku mau ngecek keadaan kamar sama Areum boleh?" Harus izin dulu lah ya.
"Hati - hati, kalau ada apa - apa panggil aku." Gue cuma mengangguk dan mengambil Areum dari gendongan Heeseung.
Gue segera ke atas, yang pengen gue cek lemari di kamar gue. Karena disitu banyak barang berharga yang di kasih sama Heeseung.
Segera gue mempercepat langkah ke kamar + ngecek kondisi kamar.
Deg..
Isi lemari gue semuanya tumpah, gak ada yang tersisa di lemari. Gue mencoba cek brankas, perhiasan dari Heeseung hilang semua.
Gue sedih karena gue merasa gak bisa jaga barang dari dia, itu pun mahal dan baju couple gue hilang. Rose ada dendam apalagi sih sama gue?
Gue menaruh Areum ke kasur dan mencoba pelan - pelan membereskan ini semua. Untung banget Areum anteng, gak rewel.
Makasih ya nak udah ngertiin mama.
Tapi ada yang gue pikirkan dari tadi..
Apa gue harus cerita kalau perhiasan sama baju couple dari dia hilang gara - gara Rose?
Si Rose nih ya, jangan emosi ya temen temen
KAMU SEDANG MEMBACA
My Family | Lee Heeseung
RandomSequel dari Dijodohin | Lee Heeseung dan Perfect daddy | Lee Heeseung [ COMPLETED ] "Sayang, anak kita lucu banget sih." Ucap Ara "Iya lah mamanya lucu begini gimana anaknya gak lucu coba." Ujar Heeseung "Ih gombal!" My Family cerita tentang seputa...