Bom Samarinda

14 0 0
                                    

              Sekitar pertengahan tahun 2014, seorang yang bernama Juhanda mantan narapidana kasus teror bom buku tahun 2011 di Tangerang Selatan.
        Setelah bebas dari Lapas Kelas I Tangerang pada 2014,dia pergi ke Parepare, Sulawesi Selatan. Setelah itu, dia pindah ke Samarinda atas ajakan AP, sesama pelaku teror yang menghuni Lapas Tangerang.
Selama di Samarinda, Juhanda bergabung bersama Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Kaltim.

              Pada Hari mnggu tanggal 13 November 2016 sekitar pukul 10 di gereja hkbp samarinda, terlihat anak anak sekolah minggu yang sedang bersiap siap untuk kembali gedung gereja usai mereka sekokah minggu, dan pada saat itu trinity bertanya kepada alvaro "eh alvaro, kamu nanti pulang naik apa?

"aku pulang nanti bareng papa mamaku naik mobil"ucap alvaro.

"ohh bareng papa mamamu, nanti kita jadi main game bareng kan? ucap triniry

"wahhh kalau itu pasti dong.ucap alvaro

"Sip"

dan mereka pun menunggu orang tua mereka selesai beribadah sambil bermain di area teras gerja. Dan selang beberapa menit tiba tiba datang seorang pria tidak dikenal datang dari arah gerbang gereja  dengan mengendap ngendap  menggunakan baju polos dan celana berwarna hitam yang membuat trinity,alvaro,Intan dan teman temannya bingung
trinity pun bertanya kepada alvaro
"siapa yaa pria yang mengendap ngendap itu ya varo?

alvaro pun berkata
"Aku pun bingung mengapa pria itu berlagak aneh"

dan tiba tiba pria itu melemparkan bom/molotov ke halaman teras gereja tersebut dan *duaaaaarrrrrrrrrrrrrrrr* *duaaaaaaaarrrrrrr**duaaaaaaaaarrrrrrrrrrrr*terjadilah beberapa kali ledakan ledakan yang cukup keras sehingga membuat jemaat gereja yang ada disitu berhambur ke luar ruangan untuk melihat situasi tersebut. dan yaa,orang tua dari anak anak tersebut pun melihat anak mereka yang sudah tergeletak dan dibagian tubuh mereka pun penuh dengan darah yang bercucuran.
          TANGIS BOCAH MALANG PECAH
Tangis keempat bocah itu pecah bersama tangis orangtua dan kerabat mereka. Wajar, keempat bocah yang rata-rata masih berusia di bawah 5 tahun itu menagis. Luka bakar mencapai 80 persen yang mereka derita sangat perih terasa. Apalagi yang dirasa Intan korban luka bakar yang paling parah dan kini dalam keadaan kritis.
        Intan sama sekali tak bisa bergerak. Seluruh tubuhnya dibalut perban. Matanya tampak berkaca-kaca seakan memberi isyarat betapa perihnya luka bakar yang dideritanya.
Kondisi keempat bocah itu tentu menyayat hati.

       Para korban langsung dievakuasi ke RSUD IA Moeis,dan empat unit sepeda motor yang diparkir di depan gereja dilaporkan ikut terbakar

         Dan dalam peristiwa ini sekitar 3 orang anak yang mengalami luka bakar yang membuat tubuh mereka menjadi kurang sempurna dan 1 orang balita yang meninggal dunia.
           Sementara itu, pelaku pelemparan bom langsung melarikan diri ke arah Sungai Mahakam dan menceburkan diri. Warga yang melihat pelaku langsung melakukan pengejaran dan pelaku akhirnya berhasil ditangkap saat berada di tengah Sungai Mahakam, kemudian dinaikkan ke atas perahu pengangkut pasir dan kemudian diserahkan ke polisi.
        Dan juga, kobaran api yang berasal dari bom tersebut belum padam. Sejumlah relawan dan petugas pemadam kebakaran langsung ke lokasi kejadian untuk menjinakkan si jago merah yang mulai membakar kendaraan. Agar kobaran api tak merambah ke rumah ibadah tersebut.

        Kapolsekta Samarinda Seberang, Kompol Bergas Hartoko tak banyak member keterangan mengenai kejadian tersebut. Dia mengaku semua terduga pelaku pengeboman gereja tersebut masih dalam pemeriksaan. “Masih dikembangkan,” kata Bergas ditemui di lokasi kejadian. Agar kasus tersebut tidak berbias, dia mengaku akan kembali mengumpulkan sejumlah tokoh masyarakat dan agama di wilayah hukumnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bom SamarindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang