Holla hollaa 🤗
Akuu ngga mau banyak cing-cong taa gaess 🙏😅
And Then, Happy reading yaa all 🙆💃
***
"Try to think widely. Nggak semua yang terlihat cocok, pantas untuk disandingkan"
~Rakana Raizan~"Butuh tumpangan?"
"Raka?"
"Iya. Jadi?"
Sesil nampak berfikir sejenak, sebelum akhirnya menggeleng pelan.
"Maaf ya Ka. Aku nggak bisa" Sesal Sesil dengan wajah sedihnya.
"Nggak apa-apa. Gimana kalo gue temenin jalannya?"
"Aduh. Nggak perlu Ka. Aku nggak apa-apa jalan sendirian. Lagian dari sini udah nggak jauh-jauh banget dari sekolah" Ujar Sesil merasa tak enak hati akan tawaran Raka.
Raka menggeleng tegas. Kinipun dia sudah turun dari motornya.
"Kita udah temenan kan?" Tanya Raka dengan serius.
"Mm.. Iya"
"Jadi, nggak ada salahnya seorang teman, nemenin temannya yang lagi sendirian kan?"
"Mm. Iya juga sih. Hehehe" sahut Sesil sambil menggaruk-garuk keningnya dengan terkekeh garing.
"Jadi? Gue boleh kan temenin lo?"
"Boleh" Jawab Sesil kalem dengan tersenyum canggung.
"Yaudah. Gaslah"
Sesil dan Rakapun berjalan bersebelahan. Tak lupa Raka juga sambil menuntun motornya tepat disamping trotoar.
Sepanjang perjalanan, Raka menanyakan beberapa hal termasuk alasan Sesil bisa berada di halte. Padahal seingat Raka, sebelumnya Sesil mempunyai sebuah Scoopy. Dan jawaban Sesil adalah 'Scoopy aku masuk bengkel, jadi tadi naik bus kesini'.
Alasan yang klise bukan? untuk sebuah kenyataan yang menampar.
***
Di SMA GOLDEN MEDAL
Seantero sekolah dibuat heboh, disaat melihat Raka dan Sesil berjalan bersama memasuki gerbang sekolah. Ditambah lagi, akan gestur keduanya yang nampak sudah akrab meskipun baru saling mengenal.
Bahkan sebagian dari mereka ada yang menyatakan diri sebagai shipper mereka. Namun, semua berbanding terbalik dengan ekspresi Daffa yang tengah berdiri bersandar pilar di depan kelasnya dengan kedua tangan yang mengepal erat didalam saku celananya. Rautnya nampak sangat tidak bersahabat dan penuh akan emosi yang terpendam.
Dalam kesal, dia mengambil ponselnya di saku dan mengetikkan sesuatu lalu mengirimnya. Setelahnya dia memegang erat ponselnya, hingga urat-urat tangannya mencuat. Beruntung ponselnya tidak sampai remuk.
Disisi lain, Sesil dan Raka yang menjadi pusat utama pembicaraan, nampak santai-santai saja berjalan menyusuri koridor sekolah.
Hingga bunyi notif ponsel dari dalam tote bagnya Sesil, menghentikan langkah mereka.
Dengan cepat Sesil membuka sebuah pesan chat, setelah memastikan Raka tidak ikut membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
DaffaLia
Teen Fiction"backstreet and hurt in one side" *** Sebagian kisah, mungkin menganggap 'backstreet' adalah kisah yang tenang dan meminimalisir kehebohan publik. Tapi, berbeda halnya dengan Sesil. Dia harus memendam beribu luka, dikala dia harus menjalin kisah dia...