"Pak Bri di dalam?" Darren tiba-tiba muncul, mengagetkan cewek yang tengah berkutat di mejanya. Cowok berkemeja cokelat itu memasukkan kedua tangannya dalam saku. Aleesha mendongak, lalu berdiri."Iya, Pak. Pak Bri belum keluar sejak meeting dengan Pak Harva," jawabnya.
Darren menautkan alis. Sebelum akhirnya mengulum bibir hampa. Yah, Darren sudah menduga. Akhir-akhir ini Brillian tampak sibuk. Bahkan Darren dengar dari sekretaris mungil ini Brillian sempat tumbang. Temannya itu memang mengkhawatirkan.
"Belum makan siang?"
"Belum. Katanya nanti, Pak." Aleesha menggeleng. Aleesha sudah menawarkan akan membeli Brillian makanan. Tapi, bosnya itu menolak. Parahnya dengan angkuh. Aleesha jadi sebal sendiri mengingat tawaran baiknya dibuang sia-sia.
Aleesha sendiri juga belum makan siang sebenarnya. Selain sibuk mengurusi pekerjaannya, ia berniat memaksa Brillian ketika dirinya sudah rampungan. Kali nanti akan lebih keras.
"Ah, anak itu." Darren berdecak. Seperti ayah yang kesal karena sang anak sibuk bermain hingga lupa makan. Aleesha mengerjap dua kali. Darren menyunggingkan senyum kecilnya. "Saya ke dalam dulu."
Aleesha mengangguk. Darren berlalu dan masuk dalam ruangan Brillian. Darren menahan napas melihat Brillian masih lupa diri dengan pekerjaannya. Brillian bahkan tidak menyadari keberadannya. Temannya ini benar-benar workaholic.
Menghampiri Brillian, Darren langsung duduk di sofa ruangan itu. Ia merentangkan kedua tangan, menyandarkan punggung dengan kaki menyilang. Darren menatap jengah Brillian. Mulai menyadari keberadaan seseorang, Brillian melirik sekilas. Dia mendengkus.
"Ngapain?"
"Makan. Gue laper."
Brillian menaruh laporannya sebentar, melempar pandangan memicing, cowok itu menjawab, "Gue bukan emak lo. Gue masih sibuk jadi mending lo hilang dulu dari hadapan gue."
"Sekretaris lo belum makan juga, noh. Sekalian bareng aja." Darren menyedekapkan kedua tangannya. Seharian ia cuma melihat Alex mengekori Brillian dan duduk di mejanya. Darren jadi prihatin pada Alex. Mendapat bos songong begini, ia bisa jadi lebih kurus.
Brillian mengernyitkan kening. Atensinya mulai tertarik. Ia menelengkan kepala, memberi sorot bertanya. "Alex? Gue udah suruh dia duluan tadi."
"Dia juga masih sibuk kelihatannya. Lo sih gebu-gebu, bikin orang lain ikutan gak makan juga, kan."
"Ck, teserah." Brillian tidak mengindahkan Darren lagi. Ia kembali menyibukkan diri.
"Buru, Bri. Gue mau makan. Jadi, ayo kita makan di luar. Si Geo udah nunggu di bawah, tuh." Darren berdiri. Ia menatap sebal Brillian. Tapi, si lawan bicara masih tidak mengacuhkan. Menjawab tanpa mengangkat kepala sedikit pun.
"Enggak. Gue sibuk. Minggat sendiri sana!"
"Ya, udah biar gue sama Alex aja." Darren mendengkus. Ia berjalan keluar. Meninggalkan Brillian yang entah bagaimana dibuat diam.
Brillian meletakkan laporan di tangannya. Ia menggulirkan manik, memandang lurus, menatap pintu yang baru saja tertutup. Brillian menyangga pelipisnya, berpikir sebentar. "Alex belum makan?"
Brillian mendengkus. Ia segera memberesi laporannya, mengambil jas yang terlampir di kursi, lalu memakainya sambil berjalan. Brillian tidak boleh melwatkan ini. Bisa-bisanya Darren, Geovan, dan Alex makan siang tanpanya. Brillian tidak menyangka Darren akan menyerah sebegitu mudahnya membujuknya.
Ia buru-buru masuk dalam lift. Tangannya merogoh ponsel, Brillian mencoba menelepon Aleesha. Tapi, cewek itu tidak mengangkat panggilannya. Meski Brillian sudah mengulangi beberapa kali. Mendesis kesal, Brillian segera keluar begitu lift terbuka. Berjalan keluar kantor. Berdiri di halaman pintu masuk, Brillian menoleh ketika ada mobil hendak lewat.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIRL IN SUIT (SUDAH TERBIT)
RomansaAleesha Wijaya rela menyamar sebagai laki-laki dan menjadi sekretaris Brillian Langitra, CEO perusahaan saingan sang kakak, Keandra, untuk mengulik informasi dan menjatuhkan perusahaannya. Demi sang kakak yang selama ini membencinya, Aleesha bahkan...