Kali Kedua - 21

20.4K 1.5K 33
                                    

Barra semakin mempercepat laju mobil. Saat ini ia dalam perjalanan menuju kantor Manda untuk menjemputnya. Meskipun hari sudah hampir gelap tetapi beruntungnya jalanan sedang lengang sehingga tidak membuat Barra harus berjibaku dengan kemacetan ibukota. Ia juga sedang tidak ingin terjebak macet sebab setelah menjemput Manda nanti, ia harus langsung menuju ke rumah mertuanya bersama Manda.

Mobil hitam milik Barra terlihat memasuki area gedung perkantoran. Dari kejauhan ia bisa melihat istrinya yang menunggu di depan lobby. Hari ini Manda terlihat cantik dengan rok navy selutut dan blouse biru muda berlengan sesiku. Ada aksen pita di bagian leher yang semakin mempermanis penampilannya. Rambutnya dijepit setengah dengan jepitan membuatnya semakin terlihat cantik. Namun, Barra sedang tidak ingin terus membahas penampilan sang istri yang menurutnya memang selalu terlihat cantik kapan pun. Sebab ada sesuatu yang sepertinya lebih penting dari hal tersebut.

Begitu Manda masuk ke mobil. Barra tidak langsung kembali melajukan mobil, ia menunggu sampai Manda mengenakan seatbelt dengan benar. Setelahnya ia kembali melajukan mobil meninggalkan area gedung perkantoran. Manda menoleh menatap Barra yang fokus menyetir. "Mama Lita juga telepon kamu?"

Pria itu bergumam. "Mama minta kita untuk langsung ke rumah orang tua kamu."

"Kira-kira ada apa, ya? Kok aku jadi khawatir gini."

Kepala Barra menoleh sekilas. "Aku juga enggak tahu."

"Tapi orang tua kita baik-baik aja, kan?"

"Aku harap begitu."

Setelahnya terdengar suara helaan nafas pelan dari mulut Manda seraya gadis itu yang memilih menatap keluar jendela mobil. Sesungguhnya sejak tadi ada yang mengganggu pikiran keduanya. Setengah jam yang lalu mama Lita menghubungi Barra dan memintanya untuk ke rumah mama Heni saat itu juga bersama Manda. Ternyata mama Heni pun menghubungi Manda dijam yang sama, ia meminta putrinya untuk datang bersama Barra.

Sampai dengan saat ini keduanya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun, dari nada suara keduanya yang berbeda dari biasanya membuat Manda dan Barra menjadi merasa cemas. Dan kalimat mereka seakan tak terbantahkan meminta mereka untuk segera datang. Tak biasanya mereka seperti ini. Tentu saja hal tersebut membuat Barra dan Manda semakin bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Barra menoleh sekilas saat dari ekor matanya melihat Manda yang bergerak gelisah. Ia tahu istrinya sedang khawatir dan dirinya pun merasakan hal tersebut. Hanya saja Barra berusaha menutupinya. Berbagai pikiran negatif sudah memenuhi benak keduanya. Namun, ia terus berusaha menampik itu semua. Keduanya terus meyakinkan diri kalau semuanya baik-baik saja. Tidak terjadi apapun pada keluarga mereka. Sayangnya sulit sekali untuk mensugesti diri sendiri disaat sedang khawatir seperti ini.

Mobil Barra sudah bergerak memasuki area perumahan keluarga Gunawan. Detak jantung Manda semakin berdetak cepat, ia semakin gelisah dalam duduknya. Berusaha untuk menenangkan diri pun rasanya sulit. Saat mobil sudah berhenti tepat di depan rumah orang tuanya, Manda hanya bisa menarik nafas kemudian menghembuskan perlahan. Ia menoleh melihat Barra yang sudah menatapnya sejak tadi. Manda menganggukkan kepala begitu juga Barra yang menganggukkan kepala seraya tersenyum lembut berusaha menenangkan.

Keduanya keluar mobil secara bersamaan. Disaat itu pula ponsel hitam milik Barra menyala menampilkan sebuah chat yang baru saja masuk. Sayangnya, Barra melupakan ponselnya dan meninggalkan benda pipih tersebut di mobil.

Bitha
Mas, maaf kalo aku buat semuanya kacau. Aku enggak tahu harus gimana tapi aku rasa aku harus melakukan ini. Sekali lagi aku minta maaf.

Kemudian mereka bisa melihat mobil hitam yang biasa digunakan papa Budiatma terparkir di perkarangan rumah Gunawan. Rumah dua lantai tersebut terlihat sepi dari luar. Manda yang melihatnya sedikit merasa lega. Sebab sejak tadi ia sudah memikirkan sesuatu yang sangat buruk terjadi pada salah satu kedua orang tuanya. Ia membayangkan saat ia tiba sudah ada bendera kuning yang tertancap di pagar depan rumah. Namun, ia terus menepis pikiran negatif tersebut. Tidak. Semuanya akan baik-baik saja.

Kali Kedua [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang