—Malang.
Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Seperti biasa malam hari di Malang terasa lebih dingin dibandingkan saat siang hari. Malang pun terlihat begitu ramai seperti halnya di ibukota. Malang merupakan salah satu kota yang memiliki cukup banyak tempat wisata. Siapa pun yang datang ke Malang tidak akan kehabisan ide untuk berlama-lama berwisata di sana.
Malam ini Barra terlihat berada di sebuah restoran hotel tempatnya menginap. Ia tidak sendirian, melainkan bersama Ryan. Mereka memang pergi bersama untuk menjadi salah satu narasumber dalam sebuah seminar yang berhubungan dengan kesehatan gigi. Seminar sudah diselenggarakan saat pagi tadi dan esok hari mereka masih harus menghadiri satu seminar lagi. Seharusnya kedua pria itu merasa senang karena sambil bekerja mereka dapat mencuri waktu untuk liburan sejenak. Namun, sayangnya bukan itu yang mereka rasakan.
Pergi berlibur saat sedang dihadapi sebuah masalah bukan lah pilihan yang tepat. Meskipun pemandangan sekitar terlihat begitu bagus, makanan terasa begitu lezat, liburan tak terasa nikmat jika isi kepala terasa begitu penuh. Terlalu banyak hal yang dipikirkan. Padahal sebelum berangkat, Ryan sudah mengatakan pada Barra kalau mereka harus bisa melupakan masalah mereka di Jakarta dan bersenang-senang di Malang. Namun, kenyataannya tak seperti itu.
Permasalahan mereka di Jakarta, mereka bawa hingga ke Malang. Sejak tadi keduanya lebih banyak melamun. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Untung saja mereka tetap bisa fokus saat menjadi narasumber di seminar. Meskipun mereka sudah berusaha untuk menyingkirkan permasalahan mereka sejenak. Tetap saja suara-suara di kepala seakan terus mengingatkannya.
Seperti saat ini, kedua pria tersebut terlihat melamun sambil menunggu seseorang yang sebelumnya sudah berjanji untuk bertemu dengan mereka. Barra terlihat menatap keluar jendela restoran, melihat kota Malang dari ketinggian yang terlihat begitu indah. Sementara Ryan terlihat melamun dengan ponsel yang menyala di hadapannya.
Meskipun tatapan Barra menatap keluar jendela tetapi benaknya sedang berkelana memikirkan pertengkaran dirinya dan Manda kemarin. Selama mereka menikah, entah sudah berapa kali mereka bertengkar. Menurut Barra selama ini pernikahannya hanya dipenuhi oleh kepalsuan dan juga pertengkaran antara keduanya. Jujur saja, ini semua melelahkan bagi Barra.
Ia pun menginginkan sebuah pernikahan yang bahagia seperti pasangan lainnya. Dimana suami dan istri terlihat saling mencintai dan melengkapi satu sama lain. Namun, mengapa itu semua seakan begitu sulit untuk Barra wujudkan. Atau memang tidak ada kebahagiaan untuknya? Atau memang dirinya tak pantas bahagia? Kenapa sulit sekali untuknya bahagia?
Padahal Barra memiliki niat yang baik. Ia ingin tetap melanjutkan pernikahan mereka. Mempertahankan rumah tangganya. Kalau memang semuanya masih bisa dipertahankan, kenapa harus berpisah. Dulu, saat Barra melihat hubungan Manda dengan Deryl pernah sekali ia berpikir untuk tidak lagi melanjutkan pernikahan mereka. Setelah kontraknya selesai, semuanya pun akan berakhir karena merasa tidak ada yang bisa dipertahankan lagi.
Namun, saat ia semakin menyadari perasaannya pada Manda. Barra merasa tidak bisa berpisah dengan istrinya. Meskipun semua ini karena kesalahan Manda tetapi pria itu bisa memaafkan dan masih ingin memberikan kesempatan lagi untuk Manda. Apa semua ini salah? Mengapa begitu sulit bagi Manda untuk tetap melanjutkan pernikahan ini?
Barra berjanji akan terus berbicara pada mamanya agar mau menerima Manda kembali. Ia akan terus berusaha meluluhkan hatinya. Barra pun akan terus menemani Manda saat harus bertemu dengan mama Lita. Seharusnya Manda dapat berpikir kalau ini semua resiko yang harus ia tanggung karena perbuatannya. Manda pun tidak akan menghadapinya sendirian, Barra akan menemaninya. Namun, gadis itu terlalu takut dengan semuanya. Ia hanya berani berbuat tetapi tidak berani untuk menanggung resiko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua [Completed]
ChickLitDewangga Barra; dokter gigi. Putra sulung dari keluarga Budiatma. Memiliki tubuh tinggi, bola mata kecoklatan, alis tebal, hidung mancung, rahang tegas dengan brewok tipis. Senyumnya manis yang mampu memikat banyak perempuan. Amanda Ayudita; pegawai...