Kalo bosen sama ceritanya, boleh banget kalo mau skip part ini.
Hehe***
—Lombok.
Siang hari begitu terik. Matahari bersinar begitu sempurna memantulkan sinarnya di atas lautan biru. Angin pantai berhembus membuat daun kelapa bergerak seirama dengan arah angin. Suara deburan ombak terdengar begitu jelas. Pasir putih membentang. Sejauh mata memandang hanya terlihat lautan biru luas yang nampak seperti tanpa batas. Pemandangan yang begitu indah dan sangat memanjakan mata. Siapa pun pasti akan betah berlama-lama menikmati pemandangan tersebut.
Setelah puas menghabiskan waktu beberapa hari di Malang, Barra bersama dua sahabatnya pun langsung menuju Lombok. Sebelumnya saat di Malang, mereka sempat mengunjungi beberapa tempat wisata dengan Elang yang menjadi pemandu Barra dan Ryan. Salah satu tempat yang mereka kunjungi adalah gunung Bromo. Seingat Barra, terakhir kali ia ke sana saat masih sekolah dulu dan baru saat ini lagi ia mendatanginya. Tentu saja sudah banyak yang berubah.
Kemudian ide untuk ke Lombok dicetuskan begitu saja oleh Ryan saat ketiganya sedang memikirkan rencana tujuan untuk hari selanjutnya. Hal itu bermula saat ada seorang teman Ryan yang menawarkan tiket menonton pertandingan motoGP secara langsung. Barra dan Elang langsung menyetujui sebab sebelumnya mereka memang kehabisan tiket. Lagipula ketiganya juga sedang mengambil cuti, tak ada salahnya juga liburan sebentar. Menghilangkan penat.
Hari ini merupakan hari ketiga mereka di Lombok. Sebelumnya mereka sudah puas menikmati kuliner khas kota Lombok dan menonton pertandingan motoGP. Pengalaman yang sangat mengesankan bagi Barra dan dua temannya karena dapat menyaksikan pertandingan tersebut secara langsung. Bahkan disaat Barra dan Ryan sudah merasa pasrah karena kehabisan tiket rupanya masih ada jalan lain yang membuat mereka dapat menonton pertandingan yang memang sudah mereka tunggu-tunggu sejak lama.
Saat ini Barra bersama dua temannya sedang berada di salah satu pantai yang berada di Lombok. Ada yang kurang jika ke Lombok tetapi tidak mengunjungi salah satu pantai yang memiliki pemandangan menakjubkan di sana. Pria dengan kemeja casual berlengan pendek hitam dan celana panjang broken white terlihat sedang duduk seorang diri di bawah pohon kelapa. Tadi ia bersama Ryan dan Elang. Namun, entah dimana keberadaan dua temannya itu.
Tatapan mata Barra menatap lurus ke pantai. Dirinya memang terlihat seperti orang yang sedang liburan. Namun, bukan seperti itu yang Barra rasakan. Raganya memang berada di Lombok tetapi hati dan jiwanya berada di Jakarta. Mungkin sebagian orang menganggapnya keterlaluan karena pergi berlibur saat nasib rumah tangganya seperti sedang di ujung tanduk. Namun, menurut Barra, ia membutuhkan hal seperti ini untuk memikirkan semuanya agar ia tahu langkah apa yang harus ia ambil setelah kembali ke Jakarta.
Barra mengunjungi banyak tempat wisata, mencicipi banyak makanan lezat tetapi itu semua tak mampu mengalihkan pikirannya. Sejak kemarin—bahkan sejak hari-hari sebelumnya—pikirannya selalu saja dipenuhi oleh satu nama. Siapa lagi kalau bukan Manda. Lalu hari ini, setelah meninggalkan Jakarta selama beberapa hari Barra merasa merindukan Manda. Merindukan istrinya. Rindu ingin melihat wajahnya.
Setiap hari ia selalu bertanya-tanya bagaimana kabar Manda? Apakah ia masih sering menangis? Apa yang sedang dilakukannya? Apa Manda merindukan dirinya? Namun, semua pertanyaan itu hanya terus bersarang di kepala Barra tanpa pernah bisa ia ungkapkan. Ia ingin sekali menghubungi Manda tetapi ragu gadis itu mau menjawab panggilannya. Sungguh. Barra benar-benar merindukannya. Ingin bertemu dengan istrinya.
Pria itu menghela nafas melalui mulut begitu menyadari saat kembali ke Jakarta nanti dirinya tidak akan tinggal di apartemen yang sama lagi dengan Manda. Sudah pasti itu akan membuatnya jarang melihat istrinya sendiri. Mengenai kepindahan Barra, semua ini tidak tiba-tiba tetapi Barra memang sudah merencanakannya sejak lama. Sebenarnya rumahnya pun sudah selesai dibangun sejak dua minggu lalu tetapi Barra masih menahan diri untuk tidak pindah ke sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua [Completed]
ChickLitDewangga Barra; dokter gigi. Putra sulung dari keluarga Budiatma. Memiliki tubuh tinggi, bola mata kecoklatan, alis tebal, hidung mancung, rahang tegas dengan brewok tipis. Senyumnya manis yang mampu memikat banyak perempuan. Amanda Ayudita; pegawai...