32| It's Getting Worse

36 6 0
                                    

Warning: Harsh words, physical violence

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warning: Harsh words, physical violence.

___

"Mama ke toilet sebentar, ya."

Tamara berjalan menjauh meninggalkan Edgar dan Shena bukan tanpa alasan. Ia kembali merasakan nyeri yang memenuhi dada kirinya. Tidak berniat merusak hari bahagia ini, Tamara justru ingin menyembunyikan rasa sakit yang ia rasakan dari putranya.

Langkahnya semakin melamban ketika ia sudah berhasil meraih dinding untuk menahan tubuhnya. Napasnya yang tersengal belum juga membaik juga dengan rasa nyerinya yang semakin terasa menembus punggung.

Tamara masih mencoba mencari nitrogliserin miliknya dari dalam tas, tetapi yang ia dapatkan adalah sia-sia. Obat itu tidak ada di sana yang mungkin akan memperburuk nyeri dadanya. Berjalan tertatih mencoba keluar menemui Edgar. Tamara justru melihat keriuhan yang semakin sulit membuatnya tenang. Melihat Edgar sedang beradu mulut dengan seseorang disertai amarah yang memuncak.

"Lo anjing! Gak pantes jadi bagian dari keluarga gue!"

"Kenapa? Lo gak mau gue ambil alih posisi lo karena lo tau gue juga anak Bokap lo, iya?"

"For your information, gue juga anaknya Herman Dargadana." Lanjut Hayden begitu ringan yang seketika membuat Edgar tidak lagi segan untuk memukul wajah laki-laki di hadapannya itu dengan keras. Bahkan berkali-kali, tanpa putus.

Seperti mimpi yang baru ia lihat, tubuhnya tiba-tiba limbung. Wanita dengan langkah terseok itu pun jatuh ke lantai yang seketika mengalihkan perhatian Shena.

"TANTE!" pekiknya lalu berlari menghampiri Tamara dan mulai dikerumuni oleh orang-orang di sekitar mereka.

Bagai sebuah anak panah yang dilepaskan hanya dengan satu tarikan. Menusuk terlalu dalam hingga menembus jantung. Edgar melepas cengkeraman di kerah baju Hayden secara kasar lalu segera menghampiri Tamara tanpa pikir panjang. Meraih tubuh Mamanya yang terkulai lemah. Perasaan takut bercampur resah terlihat jelas dari gurat wajah Edgar.

"Ma?"

"Mama denger Edgar, 'kan?" tanya Edgar mencoba tetap menyadarkan Tamara.

Tak lama berselang, seorang pria berseragam hitam datang dengan sedikit berlari, "Mas, ambulansnya sudah datang." Ucapnya kemudian.

" Ucapnya kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
STALEMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang