33| Gets Caught in a Storm

32 5 0
                                    

Tidak sepatah kata pun yang keluar dari mulut Edgar, selama perjalanan yang tidak seberapa lama untuk pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak sepatah kata pun yang keluar dari mulut Edgar, selama perjalanan yang tidak seberapa lama untuk pulang. Keduanya saling hanyut dalam pikiran masing-masing. Bergelut dalam diam, untuk mempertahankan ego yang membumbung tinggi.

Shena kira mereka sudah sama-sama dewasa dalam hal ini, lebih tepatnya Edgar yang lebih dewasa dengan bisa membicarakan ini dengan kepala dingin. Nyatanya apa yang ia kira hanya berakhir sebuah ekspektasi.

"Gue harap lo pikirin lagi apa yang gue bilang tadi." Ucap Shena sesaat setelah Edgar benar-benar menghentikan laju mobilnya di tempat yang mereka tuju.

Edgar mungkin tidak melihat senyum miris yang Shena tunjukkan. Karena laki-laki itu sama sekali tidak berniat mengalihkan pandangan kepada perempuan yang sedang bersuara di sampingnya.

"Thanks udah nganterin pulang. Thanks juga udah jadi pacar yang baik buat gue walau awalnya dilandasi kontrak dan kepura-puraan."

Sebuah pukulan benda keras yang menghantam tubuh Edgar hingga membuatnya serasa terpelanting. Seolah mampu menghancurkannya saat itu juga. Kalimat Shena seketika menyadarkannya pada kenyataan bahwa ia baru saja mendengarkan kalimat perpisahan.

Edgar mendesah keras, segera menarik handle untuk keluar. "Shena!"

"Maksud lo apa ngomong barusan?"

Dicekalnya pergelangan Shena untuk menahan perempuan itu menghindar. Berhasil mematahkan egonya kali ini melihat ada linangan air mata yang Shena sembunyikan. "Lo mau kita selesai?"

Shena menarik napas dalam. Berusaha menutupi suaranya yang bergetar, tapi akhirnya gagal. "Bukannya itu emang tujuan lo? Setelah lo mainin perasaan semua cewek yang lo pacarin, lo tinggalin mereka gitu aja."

"Lo udah mainin gue dan lo udah dapetin apa yang lo mau dari gue, 'kan?"

"Oke, gue tau gue salah. Gak seharusnya gue bentak lo kayak tadi."

"Shena, please, dengerin gue dulu," kali ini Edgar meraih kedua tangannya. Menatapnya dengan sorot mata gentar yang menguasainya.

Takut. Bahkan Edgar tak segan memperlihatkan apa yang ia rasakan kepada Shena.

"Gue gak pernah cinta sama cewek sebegininya. Cuma sama lo, Shena. Sama lo gue rela ngelakuin apa pun itu asal lo bahagia."

Tangisnya pecah begitu saja saat Edgar merengkuh tubuhnya. Mendengar semua kalimat Edgar terasa begitu menyakitkan sampai ke telinganya. Shena tidak benar-benar yakin untuk melepaskan Edgar.

Shena tidak pernah siap untuk itu.

Setiap keping detik yang berputar menjadi menit terasa begitu berat untuk berlalu. Tangis dukanya teramat pilu sampai Shena tak lagi mampu membendungnya. Hening disulap dengan suara redam nelangsa yang disembunyikan dalam rengkuhan Edgar.

Shena merasa menjadi manusia paling berdosa karena masih diam tentang suatu hal yang harusnya Edgar tahu.

Serbuan badai yang menghantam kapalnya kali ini tidak dapat dielakkan. Dan Shena terjebak semakin dalam untuk menyulitkannya keluar dengan selamat.

STALEMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang