Sesekali, Aleesha ingin tidak peduli. Mengabaikan perkataan orang lain, melupakan segala kesakitan yang pernah mampir. Aleesha cuma ingin egois. Mementingkan dirinya sendiri hingga tidak perlu terluka sendirian. Tapi, ia tidak bisa. Aleesha terlalu lemah. Ia selalu bergantung pada manusia lain. Pada mereka yang bahkan tidak pernah menginginkan kehadirannya.Ia tidak pernah memiliki siapa pun. Sejak kecil diasingkan, dianggap sebagai putri seorang pelakor, putri yang tidak pernah diharapkan, seharusnya Aleesha sudah terbiasa. Harusnya Aleesha tidak lagi memikirkan perkataan mereka. Namun, sedikit pun, hingga kini Aleesha tidak pernah terbiasa.
Aleesha bahkan tidak tahu di mana mamanya. Dia menghilang setelah Lena mengetahui segalanya. Mama Keandra itu sempat syok berat sampai dilarikan di rumah sakit. Gara-gara perselingkuhan Garda dan Intan, mama Aleesha, Keandra dan Lena terluka.
Aleesha tidak tahu harus bersujud minta maaf bagaimana lagi. Aleesha juga sama sekali tidak menginginkan semua ini. Ia tidak tahu apa-apa. Tapi, Keandra terlalu dibutakan amarah dan dendam. Keandra terlalu tenggelam dalam kegelapan yang melukainya.
"Al?"
Yang dipanggil menoleh. Darren menjentikkan jemari di depan wajah Aleesha. Menelengkan kepala, melayangkan tatapan khawatir pada sekretaris sahabatnya itu. Aleesh berkedip sekali, kembali menapak di bumi.
"Kamu gak apa-apa?"
Aleesha menatap sekeliling. Brillian dan Geovan menatapnya bertanya. Mereka masih di restauran dekat kantor sejak beberapa menit lalu. Aleesha tidak tahu kenapa dirinya bisa terlempar ke memori beberapa tahun silam. Cewek itu menegakkan punggung, menyunggingkan senyum tipis.
"Saya gak apa-apa, Pak."
"Yakin? Kamu ngelamun, lho. Kalau ada masalah cerita aja sama kami. Anggap kami teman lama kamu." Darren memberi senyuman tulus. Aleesha menatapnya terpukau. Cowok ini benar-benar dewasa dan baik sekali.
"Lo gak lagi mikirin pacar, kan?" Geovan yang bertanya.
Brillian tersedak. Ia terbatuk beberapa kali, membuat ketiga orang di sana menoleh spontan. Aleesha buru-buru mengambil air. Brillian langsung meminumnya. Mendengkus heran, Darren menatap aneh Brillian.
"Kenapa, Pak Bri? Anda kelihatan kaget."
"Siapa yang kaget?" Brillian meninggi nada bicaranya. Ia mengambil tisu lalu mengelap punggung tangannya. "Gue cuma agak sial aja bisa keselek."
Geovan menepuk pundak Brillian dua kali. "Gue pikir lo cemburu gara-gara Alex."
"Lo pikir gue cowok apaan?!"
Geovan mengedik, mengerjap dua kali. "Maksud gue lo cemburu karena Alex udah ada pacar sedangkan lo masih jomblo."
"Gue sama sekali gak ada niatan buat jalin hubungan sama cewek mana pun. Hama kayak mereka mending musnah aja di bumi."
"Emak lo cewek, An. Jangan lupa." Geovan mengingatkan.
"Selain nyokap gue!"
"Emang kamu punya pacar, Alex?" Darren beralih bertanya pada Alex. Mengerutkan dahi, sedikit tidak percaya dalam hati. Geovan memajukan kursi, mencondongkan tubuh ikut penasaran. Sedang Brillian memutar bola mata malas, memilih memalingkan muka berlawanan.
Aleesha diam. Batinnya memprotes perkataannya dulu pada Brillian. Karena mengaku memiliki pacar pada sang bos, Aleesha tidak mungkin berkata hal berlawanan di sini. Di depan Brillian. Cara satu-satunya yang paling efektif dan efisien ...
"Udah putus. Kemarin baru aja putus."
Brillian menoleh di saat Darren dan Geovan mengangguk mengiyakan. Cowok berjas hitam dengan kemeja dalam putih dan rompi navy itu menyandarkan punggung, melipatkan kedua tangan di depan dada. "Kenapa? Gara-gara dalemam cewek kamu kamu bakar kemaren?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GIRL IN SUIT (SUDAH TERBIT)
RomanceAleesha Wijaya rela menyamar sebagai laki-laki dan menjadi sekretaris Brillian Langitra, CEO perusahaan saingan sang kakak, Keandra, untuk mengulik informasi dan menjatuhkan perusahaannya. Demi sang kakak yang selama ini membencinya, Aleesha bahkan...