°9°

436 82 6
                                    

.
.
.
.
.

"Bawakan dokumen selanjutnya. " ujar Bakugou selagi dia menggulung satu dokumen terakhir yang baru saja selesai dia kerjakan.

"Sudah tidak ada, Yang Mulia. " jawab Koshi.

Bakugou mengernyit. "Apa maksudnya tidak ada? Ini baru tumpukan kedua yang kau bawa, masih ada satu lagi, kan? "

"Memang benar biasanya ada tiga, tapi hari ini sudah habis. "

"Kemana sisanya? Atau memang dokumen yang masuk lebih sedikit?"

"Nona Midoriya sudah menyelesaikannya. "

Kedua alis Bakugou terangkat. "Hah? Dia? Sejak kapan dia bisa mengerjakan dokumen? "

Koshi tersenyum. "Yang Mulia pasti saat itu tidak benar-benar mendengarkan saya. Saya sudah meminta Nona untuk mulai belajar mengurus berkas istana. Setelah sebulan saya kemudian membawanya untuk bekerja di kediaman utama. Sekarang sudah sekitar dua minggu Nona membantu Anda langsung di sini. "

Dua minggu? Tapi Bakugou merasa tidak pernah melihat kehadiran gadis itu di pusat.

"Setiap hari kinerjanya meningkat. Hari ini dia mengurus satu tumpukan, bukankah itu bagus? Yang Mulia bisa sedikit bersantai setelah kesibukan berbulan-bulan. "

"Kenapa aku tidak pernah melihatnya?" Bakugou mengabaikan soal masalah kinerja barusan.

"Nona hanya datang tiga hari dalam seminggu. Saya rasa karena Yang Mulia juga sibuk jadi kalian tidak pernah bertemu. Nona saya tempatkan di bangunan utama ketiga, tapi hari ini dia sudah kembali ke kediaman utama. Saya menyarankannya untuk pulang sebelum gelap."

Bakugou terdiam sejenak. "Begitu. " ujarnya pendek.

Koshi menghela napas pelan, tapi dia tak khawatir soal hubungan Bakugou dan Midoriya yang sama sekali belum ada perkembangan. Masih ada banyak waktu untuk mencoba mendekatkan mereka.

"Baiklah Yang Mulia, lebih baik Anda istirahat lebih awal hari ini. Sudah berminggu-minggu Yang Mulia tidur larut, jadi istirahatlah selagi bisa. Besok akan menjadi hari sibuk lainnya. "

.
.
.
.
.

Midoriya berhenti tiba-tiba saat dia tengah sibuk menorehkan pena bulunya ke atas kertas. Tinta di penanya sudah harus kembali dicelup. Saat dia mencelupkan ujung pena ke dalam botol kecil, penanya hanya menembus masuk tanpa terisi tinta baru.

"Tintanya habis... " ujar Midoriya setelah dia melihat ke dalam isi botol.

Kirishima yang tengah membereskan lemari dokumen menoleh. "Akan kuambilkan yang baru. " penjaga itu bergegas keluar menuju gedung persediaan.

Menunggu Kirishima mendapatkan botol tinta yang baru, Midoriya meregangkan tangannya ke atas. Berkutat sejak pagi dengan posisi menulis yang sama membuatnya kadang merasa pegal.

"Ugh.... bertahanlah, punggungku... " gumamnya.

Terdengar suara langkah mendekat di pintunya. Midoriya berpikir jika Kirishima kembali begitu cepat, menoleh ke arah pintu.

"Sudah dapat tintanya–"

Ucapannya terhenti saat dia mendapati jika sosok yang ada di depan pintunya bukanlah Kirishima. Melainkan sosok dengan pakaian yang lebih mewah juga berkharisma.

Sontak Midoriya bangkit dari duduknya, menunduk hormat. "Yang Mulia. " sapanya.

Kedatangan Bakugou begitu mengejutkannya. Sejak dia mulai bekerja di pusat belum pernah sama sekali dia bertemu dengan putra mahkota. Dia pikir itu karena mereka berjarak sekitar dua bangunan dan masing-masing sibuk di dalam ruangan.

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang