Bab 17

8K 386 5
                                    

"Mas, aku tidur sama ibu ya... " ucap Naila yang muncul di ruang kerja Robi dengan piama berwarna hitam yang senada dengannya.

Robi mengangguk pelan lalu kembali menelfon dan fokus pada pembicaraannya. Tapi Naila malah memeluknya mengecup keningnya sebelum keluar dari ruangan Robi dan kembali ke kamar ibunya.

Robi tersipu tapi tetap harus melanjutkan pembicaraannya di telefon. Meskipun di hatinya ingin membawa Naila ke kamar atau memangkunya sambil menelfon seperti perempuan lainnya. Tapi Naila sudah pergi duluan dan Robi tak mau menghalanginya.

Robi untuk pertama kalinya tidur tanpa di temani istrinya. Tanpa di peluk, tanpa mengobrol sebelum tidur, tentu saja tanpa bercinta juga. Kamarnya sepi seperti awal sebelum ada Naila.

"Sepi... " gumam Robi yang tetap tidur di sisi kiri tempat tidur meskipun Naila tidak ada di sisi kanannya.

Robi pindah di tengah, robi berpikir mungkin karena ia masih berbagi tempat tidurnya ia jadi kesepian. Tapi saat ia memejamkan mata ia tiba-tiba teringat pada Naila. Bagaimana kalau nanti Naila pindah ke kamarnya lagi? Jadi Robi kembali tidur di posisinya semula.

"Ngapain aku jadi kayak gini... " gumam Robi yang menyadari dirinya tidak melakukan hal yang biasanya.

Robi berusaha tidur dan baru bisa tidur menjelang dini hari itu pun setelah ia memastikan Naila sudah tidur nyenyak di kamar ibunya.

"Eng... " geram Robi pelan saat Naila yang sudah bangun pagi dan jelas sudah mandi membangunkannya.

"Mas, tadi ada telfon dari dokter... " ucap Naila sambil mengelus punggung Robi agar bangun.

Robi menarik Naila salam pelukannya. "Naila... " rengek Robi manja.

Naila kaget Robi tiba-tiba merengek manja padanya refleks melepaskan pelukan Robi. "Kamu siapa?! " jerit Naila yang merasa ada yang lain dari Robi.

"Suamimu Na... " ucap Robi lalu bangun sambil mengerutkan keningnya.

"Tadi Mas ngerengek manja banget, aku takut kalo bukan Mas..." ucap Naila lalu duduk di samping Robi.

"Masak?" tanya Robi tak percaya. Ia merengek, Robi hanya merengek pada satu orang. Hanya pada ibunya, Frida. Sampai sekarang ia belum pernah merengek manja lagi pada siapapun.

Naila mengangguk. "Mas, tadi doktermu telfon. Kepala pelayan kasih telfon ke aku tapi aku suruh tunggu kamu bangun buat telfon balik... " ucap Naila lalu mengambilkan air minum untuk Robi.

Robi mengangguk lalu meminun air yang di berikan istrinya. Setelah itu Robi memeluk pinggang Naila. "Aku masih ngantuk... Temenin tidur... " ucap Robi sambil memejamkan matanya dan bersandar di dada Naila.

"Iya, aku temenin ibu sarapan dulu ya nanti temenin Mas ya... " ucap Naila lembut sambil mengelus rambut Robi lembut.

Robi cemberut lalu mengangguk lesu dan kembali tiduran. Naila berjalan keluar lalu turun menemuimu ibunya tak lama kembali dan tidur di samping suaminya sambil memeluk dan mengelus perutnya dengan lembut.

"Kamu tidur disini terus ya, sampe hamil baru boleh pindah kamar ya... " ucap Robi sambil menghela nafas dan membalas memeluk Naila.

Naila mengangguk lalu mencium pipi Robi lembut. "Makasih ya Mas udah bantin ibuku, aku ga bisa gantiin apa-apa... Tapi nanti kalo aku dah kerja aku gantiin... " ucap Naila lembut.

"Kerja?!" Robi yang semula sudah damai dan dalam mood yang baik karena Naila memanjakannya tiba-tiba kaget tau Naila akan berusaha mengganti apa yang ia berikan benar-benar kaget.

Naila mengangguk lalu tersenyum. "Minggu depan ijazahku bisa di ambil, aku bikin linkedin buat cari kerja semalem... " ucap Naila yang makin membuat Robi kaget.

"Hah! Gak usah! " Robi langsung mengambil ponselnya dan mencari akun linkedin milik istrinya yang masih sepi. "Hapus! Ga usah kerja! " larang Robi.

Naila cemberut. "Ibu kemarin juga bilang gitu... " lirih Naila.

"Kita lagi program, itu lebih penting dari apapun. Gausah mikir yang aneh-aneh. Kamu kerja jadi istriku aja. Nantiku kasih uang bulanan... " ucap Robi lalu bangun dan memutuskan untuk memulai harinya.

●●●

Naila duduk menemani Robi sarapan sebelum pergi ke dokter. Hari ini kegiatan Robi tidak padat. Ia bisa olah raga dan mendatangi undangan acara kesenian atau pergi menemani Naila saja.

Usai sarapan Robi dan Naila pergi ke dokter. Memeriksakan diri dan kesuburan mereka. Tapi pemeriksaan kali ini berbeda. USG menunjukkan kemungkinan ada pembuahan yang berhasil. Tapi Robi tak senang dengan kabar tak pasti itu. Robi muak dengan ketidak jelasan hasil pemeriksaan Naila.

"Kita bisa tunggu sampai bulan depan Mas, baru kita cek lagi kalo aku ga mens... " ucap Naila lembut sambil menggenggam tangan Robi meminta pengertian.

Robi hanya diam lalu keluar dari ruang pemeriksaan lebih awal. Naila memejamkan matanya lalu mengikuti suaminya keluar setelah merasa sedikit lebih baik dan bisa mengontrol emosinya.

"Aku ga pernah minta apapun yang menyulitkan ke kamu. Aku cuma minta kamu kasih aku anak. Itu doang. Terserah cowok atau cewek. Aku ga peduli. Aku cuma mau punya anak. Kenapa sulit sekali... " geram Robi yang membuat Naila menundukkan kepalanya merasa bersalah.

"Mas, tapi bayi ga tumbuh dalam beberapa malam saja. Dia manusia, bukan tumbuhan... " ucap Naila membela diri.

"Kita bayi tabung kalo sampe bulan depan ga ada perubahan sedikitpun! " putus Robi kesal.

Naila hanya diam sambil memalingkan wajahnya. Ia sedih dan bingung harus bagaimana sekarang. Menghadirkan bayi dalam perutnya di luar kendalinya sebagai manusia. Itu sulit dan Robi terus memaksanya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Heir Baby [Tamat] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang