Di ruang makan. Sepasang suami istri sedang memakan makan siangnya. Mereka melewati waktu sarapannya hanya untuk bergulat di atas ranjang. Hingga mereka puas dan merasa lelah.
Sebenarnya patokannya pada satu orang, siapa lagi kalau bukan pria gagah itu. Ryann. Ia memakan makanan yang dimasak oleh istrinya sendiri. Meskipun ada beberapa sayuran yang sudah tidak lagi fresh.
Karena semalam tidak ditaruh dalam lemari pendingin. Namun, setidaknya masih ada makanan cepat saji yang masih bisa mereka makan. Spaghetti yang sudah Anna rencanakan untuk makan malam. Berganti menjadi makan siang di hari esoknya. Tidak apa.
"Siapa dia?" Dua kata yang menjadi pemecah keheningan.
Anna mengerutkan keningnya. "Siapa dia? Dia siapa?" Tanya balik Anna.
"Pria kemarin." Balas singkat Ryann.
"Oh. Itu…" Anna baru tersadar. Ia ragu untuk mengatakan siapa yang ia temui kemarin. "Memangnya apa urusannya denganmu? Tidak penting juga bukan?" Elak Anna.
Ryann malas dengan jawaban elakan dari Anna. Ia pun memilih untuk berdiri dari duduknya dan beranjak pergi meninggalkan Anna seorang diri. Anna bingung melihatnya. Karena makanan Ryann pun juga belum habis.
Tidak lama Ryann kembali lagi dengan sebuah map coklat di tangannya dan ditaruh di samping piring makan Anna. Disertai pulpen di atasnya.
"Apa ini?" Anna menatap Ryann.
"Kau tidak bodoh kan? Bukalah. Lagipula kau juga semalam sudah menolak untuk menerimanya. Pasti kau sudah tahu apa isi di dalamnya."
Anna mengangkat alisnya. Apa? Dalam benaknya ia juga bingung. Dari kata semalam yang ia ingat hanya kejadian di atas ranjang saja. Belum bisa mengingat selebihnya.
Tanpa bertanya lagi. Anna menghentikan makannya sejenak untuk membuka map coklat itu.
"Selesaikan dulu makanmu bodoh!" Sarkas Ryann kesal melihat Anna yang menghentikan makannya begitu saja untuk melihat isi map coklat darinya.
"Heh! Bodoh, bodoh…, siapa yang bodoh? Aku begitu? Enak saja! Kau kali yang bodoh."
Ryann diam tidak menanggapi.
"Dasar gila." Cibir Anna sama sekali tidak ditanggapi oleh Ryann.
Anna pun mau tidak mau mendengarkan perkataan Ryann. Ia menghabiskan makanannya dulu hingga habis.
"Kenapa tidak dimakan?" Anna bertanya sekaligus menunjuk makanan Ryann dengan arah matanya.
"Tidak enak." Jawabnya.
Anna membulatkan matanya. Mulut Anna komat-kamit kesal dengan jawaban Ryann yang begitu spontan. Padahal rasanya tidak ada masalah sama sekali.
Bahkan, menurutnya saja spaghetti bikinannya ini adalah spaghetti terenak menurutnya. Apalagi makanan kesukaannya pula.
Memang manusia aneh. Batin Anna.
Selesai makan. Anna langsung membuka map coklat itu. Isinya selembar kertas yang tidak beda jauh dengan selembar kertas yang sebelumnya pernah ia terima juga.
"Ini yang sudah di revisi?" Anna bertanya tanpa menatap Ryann dan tetap fokus membaca setiap poin dari surat perjanjian itu.
"Hmm." Ryann sembari menegak air mineral di depannya.
"Yaa…, baiklah. Tidak apa. Walaupun aku hanya berkontribusi satu poin terakhir saja." Anna menghela nafasnya. Tidak terlalu peduli juga dengan adanya surat perjanjian. Yang penting ia hanya ingin bebas saja seperti biasanya. "Aku tanda tangan disini?" Anna memastikan.
"Punya mata?" Ryann mengangkat alisnya.
"Iya, iya punya." Kesal Anna. "Tinggal jawab iya saja susah banget." Gumamnya.
Ryann memperhatikan Anna yang menandatangani surat perjanjian itu. Ryann sudah lebih dulu tanda tangan sebelum Anna.
"Setelah ini cepat siap-siap. Ku tunggu dibawah." Ucapnya seraya mengambil surat perjanjian itu serta map coklatnya.
Lalu, melenggang pergi tanpa menunggu jawaban Anna. Keluar dari kamar hotel meninggalkan Anna sendirian. Anna hanya bisa menghela nafasnya saja. Harus sabar kalau tidak mungkin bisa saja ia akan berubah menjadi darah tinggi nantinya.
Bersambung.
Terima kasih ya yang sudah baca episode terbaru... 💛
Andreana Salma Vs Dokter Ryann
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya... 💙
Jaga kesehatan kalian dan salam sayang untuk kalian semua..💚
See u on the next episode 👋💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Andreana Salma VS Dokter Ryann
RomancePerjodohan demi memenuhi keinginan orang tua. Namun, niat baik tidak berjalan mulus dengan kenyataannya. "Aku tidak ingin menikah. Hanya memuaskan keinginan orang tua saja. Paham?" Ryann. "Aku paham. Tidak perlu memberitahuku, aku pun tidak ingin...