Happy reading 🖤
Pagi ini Nanda turun lebih dulu. Setelah semalam menidurkan 2 bayi besar, kini Nanda harus berkutat dengan peralatan makan. Menyiapkan bekal untuk ia bawa ke sekolah. Sebenarnya bisa saja ia minta dibuatkan kesalah satu maid tapi membuat bekal bukanlah hal yang sulit bagi Nanda. Intinya bukan Nanda banget kalau harus nyuruh orang lain kerjain hal sepele.
Dengan seragam yang sudah melekat apik ditubuhnya, sesekali Nanda bersenandung agar suasana tidak terlalu sepi. Matahari sudah semakin tinggi tapi kenapa kedua kakaknya belum juga bangun. Nanda berniat setelah selesai menyiapkan bekal ia akan membangunkan mereka.
Sedangkan dilain tempat lebih tepatnya di kamar yang bernuansa putih. Laki-laki dengan proporsi tubuh nyaris ‘perfect' mulai bergeming karena sinar mentari mulai menerpa wajah. Keningnya berkerut saat meraba tempat sebelahnya dan tidak mendapati siapa pun. Decakan keluar saat menyadari hanya dirinya yang berada dikamar.
Awal pagi yang buruk. Mood-nya hancur total. “Bangsat!” umpatan tidak terbendung lagi. Lian mengusap wajahnya kasar. Ingatannya kembali saat di mana ia tidur bersama Nanda. Berharap pagi ini masih berlangsung, namun kenyataan menamparnya.
Lian memutuskan untuk mandi dan bersiap berangkat sekolah. Semoga saja rubah kecilnya belum berangkat. Ia harus segera membuat kesepakatan yang tentu saja akan sangat menguntungkan bagi dirinya sendiri.
Ritual pagi Lian selesaikan dengan singkat. Tak perlu rapi yang penting seragam terpasang di badan. Lian menyambar tas putih yang tergeletak dilantai. Berjalan keluar dari kamar sebelum suara notifikasi chat menghentikannya.
Visya
Lian...
Jangan lupa berangkat pagi
Aku tunggu di ruang OSISTanpa membalas Lian langsung menyimpan kembali ponselnya. Menuruni tangga dengan tergesa. Matanya menangkap punggung kecil yang sedang berkutat di dapur. Seketika senyumnya mengembang. Ada rasa senang saat mengetahui orang yang ia cari masih berada di dekatnya.
Satu kotak bekal berukuran sedang sudah hampir siap. Saking fokusnya, Nanda sampai tidak menyadari keberadaan orang lain di belakangnya.
“Miss you.”
Nanda langsung berbalik saat suara rendah berbisik tepat ditelinga kirinya. Mendapati Lian sedang tersenyum manis. “Ngagetin! Hampir aku lempar tutup bekal.”
Melihat Lian yang mengubah ekspresi kembali datar, Nanda kelimpungan, jangan-jangan kakaknya tersinggung. “Bercanda kak.” Nanda mengeluarkan jurus andalannya yang mampu membuat emosi Lian mereda. Mengecup singkat pipi kanan Lian lalu kembali berkutat dengan bekalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRISON [END]
Подростковая литература[END] Terjebak seperti dalam penjara? Begitu dingin dan juga mengekang. Posesif dan juga menggairahkan. Romantis dan juga cemburu. Sakit tapi candu. Nanda dengan kedua kakak tirinya. Sanggupkah Nanda menahan rasa sakit yang 'mereka' berikan? Nanda h...