Hari ini aku berangkat sekolah di jemput sama Sagara. Tadi dia telepon aku, katanya dia udah ada di depan rumahku. Kebetulan sekali aku sudah selesai mandi dan memakai seragam. Aku pun dengan segera keluar kamarku, berlari menuruni tangga."Thalia, sarapan dulu." Teriak mama dari dapur yang melihatku berlari ke arah pintu utama.
"Nggak Ma. Sagara udah nungguin aku di depan."
"Suruh masuk aja, dan tungguin kamu disini."
"Enggak Ma, Thalia mau berangkat sekarang."
"Yaudah, minum susunya dulu. Baru mama bolehin kamu pergi."
Aku menghela nafas, lalu menghampiri mama di dapur. Mengambil gelas yang sudah terisi susu coklat kesukaan aku. Lalu meminumnya dengan sekali teguk.
"Sudah Ma. Kalo gitu Thalia berangkat dulu." Ucapku mengambil tangan mama, dan mencium punggung tangannya.
Aku berjalan keluar rumahku dengan langkah gontai. Sebenarnya aku masih marah sama mamaku tentang semalam. Tapi aku mencoba untuk melupakannya. Untung cuma seminggu, bukan sebulan.
Saat sudah dekat pagar, aku melihat Sagara yang berdiri di samping motornya.
Mengerutkan keningnya. "Kenapa sih. Masih pagi juga mukanya udah di tekuk kaya gitu. Ada masalah?."
Aku menggelengkan kepala. "Nggak kok. Gue cuma masih ngantuk aja." Bohongku soalnya aku lagi males dengerin ceramahannya.
Sagara menarik tanganku, dan dia memakaikan helm padaku. "Sudah. Ayo naik." Kata Sagara, menepuk kepalaku yang sudah di pakaikan helm dan menyuruhku naik motornya.
Diperjalanan aku banyak diam gak seperti biasanya. Aku tuh masih gak terima uang jajanku dipotong. Tapi mau gimana lagi, minta ke papa pun gak bakal di kasih.
Saat sedang melewati sebuah halte, aku melihat teman abangku. Aku tersenyum lalu menyuruh Sagara menghentikan motornya.
"Sagara, berhenti." Ucapku menepuk-nepuk bahu Sagara.
Sagara menghentikan motornya di pinggir jalan. "Kenapa Tha?" Tanya Sagara
"Gue turun disini aja."
Sagara mengedarkan pandangannya. "Sekolah masih jauh loh Tha."
Aku turun dari motor dan melepaskan helm, lalu menyerahkannya pada Sagara.
"Kalo itu gue juga tahu kali."
"Terus kenapa Lo mau turun disini."
"Gue ada urusan mendadak."
"Urusan apa sih, emangnya penting."
"Penting banget. Pokoknya gue turun disini, Lo duluan aja."
"Gue temenin."
"Gak usah, nanti Lo telat lagi. Masa ketua OSIS telat sih."
"Tapi..."
"Udah gak ada Tapi-tapian. Lo duluan aja ke sekolah, nanti gue naik bus." Kataku lalu pergi meninggalkan Sagara.
Aku menyeberang jalan, untuk ke halte. Aku merapikan penampilanku, lalu menghampiri teman Abang itu yang sedang duduk sambil memainkan ponselnya.
Tanpa rasa malu aku duduk di sampingnya. Dia masih fokus pada ponselnya, tidak menyadari keberadaan ku. Aku berpura-pura melirik ke kanan dan ke kiri. Lalu....
"Kak Dean." Panggil ku pada orang yang berada disampingku. Ya, teman Abang yang aku maksud itu kak Deandra.
Kak Dean menoleh lalu menatapku, menaikkan satu alisnya. "Adiknya Tegar?" Tanyanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny
Ficção AdolescentePerasaan nyaman yang datang tiba-tiba, berubah menjadi rasa suka, dan timbulah rasa cinta.