Segala kebaikan datangnya dari Allah SWT, sedangkan segala keburukan datang karena kesalahan manusia. Cerita ini murni sebagai hiburan tidak ada unsur menjelekkan suatu ajaran agama.
Baca sampai akhir 🫐
-----
Tengah malam saat mereka tidur, Ale terbangun. Dia tidak dapat tidur sedsri tadi, dia pun memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Abi. Dia menatap wajah lelap sang kekasih dengan tatapan sendu.
"Ini malam terakhir gue bisa liat lu secara langsung Anaabi. Bisa nyentuh lu secara langsung. Bisa sedeket ini." Batin Ale merasa begitu sesak.
Beberapa hari ini dia mencoba untuk menahan air matanya karena tak ingin menambah beban pikiran Abi. Namun malam ini nampaknya dia tak dapat menahan rasa sakit di hatinya.
Ia menggigit bibir bawahnya yang bergetar dengan kuat. Ia metakkan tel telapak tangannya di pipi hangat Abi, ia mendekatkan bibirnya dan mengecup lama bibir Abi dengan napas yang mulai terengah.
Ia tak dapat membayangkan bagaimana kehidupannya tanpa sang pria di pondok. Hidup berjauhan tanpa dapat mengabari setiap harinya.
"Hiks Yang!!" Tangisan Ale pecah.
Dia memeluk erat tubuh Abi dan menangis dengan kuat. Membuat Abi membuka matanya dengan lebar.
"Hiks Yang.. hiks hiks ntar pagi lu udah pergi Yang.." lirih Ale menangis sesenggukan.
Ale mengeratkan pelukannya, menyembunyikan wajahnya di dada bidang Abi. Ia meremas bahu Abi melampiaskan rasa sesak di dadanya.
"Sshh.." lirih Abi sembari merengkuh tubuh bergetar Ale.
Ale menjerit dengan kuat di dada bidangnya, memukuli punggung Abi dengan pelan.
"Haahh hiks hiks g-gue ga bisa meluk lu lagi Anaabi. Kalo gue hiks--kangen gimana? Kalo gue sakit siapa yang ngerawat gue? Hiks kalo gue ga bisa ngerjain pr siapa yang bantu gue? Ughh terus terus yang marahin Hasbi kalo jahil ke gue siapa? Yang.. bisa ga sih lu ga pergi?" Ujar Ale di sela isak tangisnya.
Abi mengeraskan rahangnya dengan kuat, dia memejamkan matanya menghalau air matanya namun justru membuat air matanya semakin deras.
"Sayang.." lirih Abi dengan suara bergetarnya.
Ale melilit tubuh Abi dengan kedua kakinya, dia meraung di tengah melam memanggil nama sang kekasih.
"Anaabi.. hiks harusnya gue ga boleh nangis hiks harusnya gue ga boleh gini. Hiks hiks tapi gue ga bisa nahan." Cicit Ale sembari semakin mengeratkan pelukannya.
Abi menyembunyikan wajahnya di atas puncak kepala Ale. Dadanya berdenyut sakit mendengar suara tangisan pilu sang kekasih. Dia pun tak ingin melakukan hal ini namun dia tak mempunyai pilihan lain.
Dia menanggung resiko besar di masa depan jika tanpa persiapan yang matang dalam karirnya.
"Gapapa nangis aja Sayang. Mas masih ada di sini buat kamu. Hm?" Abi mengelus bahu bergetar Ale dengan lembut.
Air mata Ale semakin deras, suara berat Abi yang begitu lembut mengalun indah di telinganya. Dan malam ini adalah malam terakhir dia akan mendengarnya.
"Yanghh.. hiks--hiks suatu saat kalo lu udh menjemput Hidayah Allah--lu bilang ke gue yak. Eungh hiks kasih kabar gue, biar gue tau dan sakitnya ga terlalu gede." Ujar Ale dengan suara tercekat.
Air mata Abi semakin deras kala mendengar ucapan sang pujaan hati. Dia pun hendak menarik wajah Ale namun bocah itu menggelengkan kepalanya dan semakin mendesak dada bidangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABI-ALE SEASON 3 (21+) BL END
Teen Fiction⚠️Boyslove gay homosexual lgbtq lgbt yaoi boyxboy BL ⚠️ DISINI BUKAN LAPAK CERAMAH! JUST BLOCK, DON'T REPORT! ⚠️ GOSAH SEBAR² DI PLATFORM LAIN! ⚠️ Diharapkan membaca Abi-Ale season 1 & 2 lebih dulu. Kisah percintaan Dek Ale yang barbar dan Mas Abi y...