Namaku Suryo, umurku 24 tahun. Aku tidak punya orang tua jadi mungkin disini awal mula masalahnya. Karena pendidikanku terakhir SMP tidak banyak tawaran pekerjaan yang bisa aku dapatkan. Pekerjaan terakhirku adalah jadi tukang jaga counter hape tapi aku malah dituduh nyuri uang oleh karyawan lain. Aku dipecat tanpa bisa membela diri.
Karena terpepet aku sempat pinjam uang dari pinjol tapi rupanya ini kutukan karena sekarang bunganya lebih banyak daripada jumlah uang yang aku pinjam. Aku bingung karena aku sudah diancam-ancam.
Karena pusing aku curhat sama Lek Yono, temanku yang sudah aku anggap omku sendiri karena dia sering sekali membantuku. Kalau aku tidak punya makanan, aku bisa makan di rumahnya gratis. Tapi kan aku tidak bisa tiap hari makan di rumahnya. Mau ditaruh dimana mukaku? Itu sebabnya aku pinjam uang di pinjol.
"Opoo kowe (kenapa kamu)?" Tanya Lek Yono.
Aku ceritakan semua masalahku ke Lek Yono. Selesai bercerita dia malah memukul kepalaku. Katanya kalau aku ada masalah kenapa tidak cerita jujur kepadanya.
"Yokpo yo Lek (Gimana ya Om)?" tanyaku putus asa.
"Utangmu okeh, aku raiso bantu (hutangmu banyak, aku tidak bisa membantu)," katanya kesal.
"Enak dadi wong wedok, iso dodolan awak. Lah aku lanang i, ga iso ngelonte, (enak jadi perempuan bisa jualan badan. Aku laki-laki ga bisa jadi perek)," candaku di sela-sela kesedihanku.
"Tenanan ki (beneran nih)?" Tanya Lek Yono.
"Opo?" Tanyaku balik.
"Arep ta ngelonte (mau jadi perek)?"
"Payu po (emang laku)?" Tanyaku balik.
Lek Yono memalingkan muka.
"Yo tapi raiso milih-milih (tapi ga bisa milih milih)," kata Lek Yono.
"Sopo sing gelem karo lanangan ireng elek koyo aku Lek (siapa yang mau sama cowok jelek item kayak aku om)?" tanyaku makin putus asa.
"Ono tapi lanang sisan (ada tapi laki juga)," jawab Lek Yono.
Tadinya aku kira dia bercanda. Tapi wajahnya serius. Lagian dia tidak mungkin bercanda saat aku nelangsa seperti sekarang.
"Wonge pasti arep bayar gedi. Opo maneh lek kontolmu gedi (orangnya mau bayar mahal, apalagi kalo kontomu gede)," lanjut Lek Yono.
"Wegah lek lanang Lek, gak doyan aku (gak mau kalau cowok, aku ga doyan)," kataku.
"Yowis tapi aku yakin wonge iso bayar utangmu kuwi (ya gpp tapi aku yakin orangnya bisa bayar utangmu)," lanjut Lek Yono.
Perkataan Lek Yono membuatku terngiang-ngiang malam harinya. Apalagi sms sms debt collector makin seram. Aku tak punya pilihan lain.
Pas aku bilang Lek Yono kalau aku setuju asalkan utangku lunas, Lek Yono nyuruh aku ngirim foto ngaceng. Kalau ini kejadian wajar, aku pasti menganggap Lek Yono bercanda. Tapi aku sudah putus asa. Kalau kontol ini bisa jadi jalan keluar masalahku, kenapa tidak.
Kalau ada yang bisa membuat orang lain terkejut dengan diriku ya kontol ini. Tinggiku standar 170 cm, berat badan ya standar. Aku memang ada otot karena kerja serabutan, jadi kuli bisa, angkat-angkat barang juga bisa. Wajah biasa saja, cenderung dekil karena tidak pernah skin care-an. Tapi kontolku dari dulu luar biasa. Teman-teman SMPku dulu menamaiku Kobra karena kontolku paling besar.
Sekarang justru lebih gede dari pas SMP. Ngaceng full sampai 23 senti dan tebel banget. Setebel botol You C-1000 bagian bawahnya. Aku kalau coli pakai dua tangan. Kepala dan batangnya proporsional jadi bentuknya memang menarik perhatian.
Aku elus bentar dan karena aku dasarnya ngacengan, gak butuh lama aku udah ngaceng. Aku foto dan aku kirim ke Lek Yono. Gak lama kemudian dia bilang, "Asu kontolmu gedi men."
Gak sampai lima menit, kata Lek Yono orangnya mau. Besok Lek Yono mengantarkanku ke orangnya.
Jujur aku takut sekaligus penasaran. Cowok macam apa yang mau dengan kontolku? Terlebih lagi, aku kira kira disuruh ngapain ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Lurah Ganas
Romancecerita dewasa bertema lgbt. kalo ga suka, skip aja. jangan report, kasihan akunya 🥲