Baik atau tidaknya kabar kehamilan ini yang jelas membuat suasana hati Keisya tidak menentu. Antara senang dan sedih juga risau bercampur menjadi satu. Keisya Shakira Jasmine-si manja, kekanak-kanakan ini ternyata mendapat anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa telah diberi titipan seorang janin di dalam rahimnya.
Keisya aneh. Gadis itu malah menitikkan air matanya tatkala dua garis biru di benda kecil itu terlihat olehnya dan juga Indra--sang suami. Indra yang berada di sampingnya pun merasa keheranan atas sang istri.
"Kamu kok nangis, sih?" tanya Indra. "Harusnya seneng dong kalau sebentar lagi kamu bakal jadi seorang Bunda dan aku ayahnya. Iya, gak? Cocok, kan, kita? Kamu nggak usah manja lagi, belajar jadi perempuan dewasa!" Nadanya terdengar seperti peringatan.
Indra keluar dari kamar mandi. Akan tetapi, samar-samar Keisya mendengar suara seseorang memanggil mami dan papinya. Ah, mungkin itu Indra. Pikirnya yang kemudian Keisya keluar memgikuti Indra. Namun, Keisya terduduk lemas di tepi ranjang.
Semenit setelahnya Indra datang bersama kedua orang tua Keisya. Pasangan suami istri lanjut usia itu pun mengulang pertanyaan serupa beberapa kali. Bosan rasanya pertanyaan tersebut diulang terus. Bagaimana Keisya sekarang? Apa iya harus mempertahankan dan turut senang atas kabar bahwa dirinya hamil?
Apa iya aku hamil?
"Sayangku. Anak kesayangan Mami sama Papi," kata Geisya memeluk Keisya bersamaan dengan Wilan.
Seketika Keisya merasa pengap mendapat pelukan sekaligus seperti itu. "Mami, Papi! Stop dong, Kei sesak ini. Aduh, kok rasa-rasanya mual lagi sih?"
"Maaf-maaf, Sayang. Mami sama Papi seneng banget kalau ternyata kami sebentar lagi bakal gendong cucu, tapi kamu mulai sekarang harus lebih bisa jaga diri baik-baik terus jangan terlalu manja dan repotin suamimu, ya! Harus mandiri dan jadi perempuan kuat, ingat itu."
Kenapa? Kenapa harus dituntut untuk tidak manja dan dewasa sebelum waktunya? Jika dibilang belum waktunya, Keisya sudah cukup seharusnya untuk bisa mandiri, tidak manja dan bersikap layaknya perempuan lain pada umumnya. Akan tetapi, tidak bisakah tuntutan itu dihentikan untuk sejenak?
Malam yang dingin berteman dan hanya berteman bintang dan bulan, Keisya duduk di atas jendela sembari ditemani oleh Indra. Ups, ralat. Tidak ada yang meminta ditemani, ya hanya saja Indra yang terlalu baik mau menemaninya meski tidak ikut duduk di tempat yang sama.
"Malam ini indah, ya? Ada banyak bintang di atas sana, bulan juga ikut berada di antara bintang itu. Cahaya berkilau di atas sana, tetapi hati Keisya bimbang, Kak."
Indra membenarkan posisi duduknya. "Ada apa? Kalau mau cerita ya cerita aja, cewek omes kayak kamu pasti suka mungkin blak-blak ... aaarghh, sakit, Kei!" seru Indra setengah merintih lantaran Keisya menamparnya. "Papa kayaknya salah nikahin aku sama kamu, Kei. Menantunya galak banget."
Mendengar kalimat terakhir Indra, tiba-tiba saja raut wajah Keisya mendadak murung.
"Kenapa lagi? Udah bagus tadi galak, sekarang malah murung kayak gitu. Jeleknya makin bertambah tahu," ledek Indra lagi.
"Kak Indra kalau gak suka sama Keisya kenapa masih mempertahankan Keisya, sih? Ceraikan aja gampang, kan?" Akhirnya gadis itu mengutarakan alasan kecemberutannya. "Kak Indra juga tadi kenapa harus bela-belain berdiri di lapang, panas-panasan, nggak masuk kantor atau kafe pun terus cari Kei segala. Maunya Kak Indra apa, sih? Nggak ngerti sumpah."
"Suatu saat nanti kamu akan tahu alasan kenapa aku bersikap berubah sama kamu, Kei. Nggak lagi jutek, tapi bukan sekarang," jawabnya sok misterius.
"Ah, Kak Indra nggak seru. Sok main tebak-tebakan. Ya udah kalau gitu Kei mau terjun aja ke bawah. Bodo amat mati sekalian dah."
Ancaman hanya tinggal ancaman. Gadis itu berhasil diangkat dari atas jendela oleh Indra. Meski pada ujungnya mereka berdua terjatuh. Keisya tidak masalah. Ia sama sekali tidak menyentuh lantai, tetapi masalahnya di sini seluruh badan Indra terasa remuk. Selain tertimpa Keisya, ia berusaha menahan gadis itu supaya tidak terluka.
"Kak Indra sakit?" tanya Keisya polos bak anak kecil saja.
Indra yang malang hanya berpura-pura baik-baik saja. "Kamu tidur, gih. Aku mau ke bawah dulu mau ambil minum."
Terlihat seperti ada yang disembunyikan oleh Indra. Ingin ia mengetahuinya, tetapi ia tidak tahu harus berbuat apa. Alhasil, Keisya menurut untuk tidur lebih cepat mengingat ada janin di dalam kandungannya, sehingga rasanya kurang pantas kalau ibu hamil tidur terlalu larut malam.
Sementara itu, setelah menyaksikan istri naik ke atas ranjang. Indra berusaha bangkit, berjalan perlahan keluar sembari memegangi pinggangnya. Sempat terdengar sesekali pemuda itu merintih, tetapi secepatnya menutup mulut.
"Aduh. Kok Kei nggak tenang, ya. Kak Indra ngapain keluar kamar? Apa Kei susul aja, ya?"
Meski dipaksakan segera tidur, kedua bola matanya sulit untuk menutup. Lagi dan lagi Keisya bangun. Dering telepon berbunyi dan malam-malam begini siapa yang menghubunginya?
Saat dilihat di layar ponselnya terpampang jelas nama Madina Andini. Sang sahabat karib tercinta. Pukul 23.00 WIB gadis itu belum juga tertidur?
"Halo, Madina? Kamu belum tidur?" tanya Keisya. Nada suaranya terdengar melemah.
Madina Andini, menyapa balik sahabatnya. "Halo Keisya. Selamat malam, assalamualaikum. Apa aku ganggu, gak? Maaf sebelumnya kalau ganggu, tadi aku baru pulang dari rumah Tante Diandra. Denger-denger apa iya kamu sempet mual dan pas dicek pake testpack garisnya ada dua?"
What? Demi apa pun mengapa Madina dan Tante Diandra sampai harus tahu sekarang soal kehamilannya? Apa berita ini mereka dapatkan dari maminya? Mengingat selama ini Geisya-selalu apa-apa sosial media dan segala yang terjadi sosial media ujungnya. Tahu, kan? Uploading. Kalau benar? Huft, seluruh dunia bakal tahu kalau gadis manja anti dekat-dekat lawan jenis ternyata sudah menikah dan hamil.
"Halo, Kei? Apa bener?" Madina mengulang kembali pertanyaannya.
'Mami sama Papi bener kayaknya. Mulai sekarang Keisya harus bisa mandiri, nggak boleh malu dan harus menerima pernikahan ini. Mau sekarang atau nanti sudah sukses, ujungnya nanti pasti nikah juga. Tapi-tapi, Kei bakal tetep sih cari tahu alasan mami maksa Kei nikah muda,' batinnya.
"Iya, Din. Kei memang lagi hamil, nih. Sore tadi pas Kei kabur tiba-tiba ngerasain mual gitu, ya dipikir, kan hanya karena masuk angin dan pokoknya aneh gitu. Untung Mami sama Papi nemuin Kei di jalan dan bisa pulang deh," tutur Keisya menjelaskan.
Seakan penasaran dengan apa yang terjadi, Madina terus mengulik informasi dari Keisya dan gadis itu menjelaskan semuanya.
"Madina. Udah dulu, ya! Kei mau lihat Kak Indra nih, dia keluar dari kamar. Tapi ampe sekarang belum datang juga. Ke mana, ya?"
"Ya udah. Maaf ganggu, ya, Kei. Sekali lagi selamat sebentar lagi kamu bakal jadi seorang Ibu. Besok aku sama yang lain ke rumahmu, ya."
"Hah?! Ke rumah? Ma-maksudnya?"
~ Bersambung ~
KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding [ Revisi ]
RomancePernikahan adalah hal yang menakutkan menurut Keisya. Dengan alasan itulah, ia selalu menolak untuk berpacaran. Namun, saat memasuki dunia perkuliahan, bisnis keluarganya mengalami kebangkrutan. Tidak ada pilihan, kedua orang tua Keisya berniat menj...