+

1.1K 174 30
                                    

i'm not the only one — James Smit


— Chanisa menguap lebar beberapa kali, sambil menatap jalanan ibu kota yang tengah di guyur hujan. Gadis itu juga bergelung dalam balutan jaket sang kekasih, mencari kehangatan dan sesekali mengendus-endus wangi Mark.

Heran, kenapa jaket Mark bisa sewangi ini.

Sniff sniff— dia ketagihan.

"what perfume do you wear?" tanya Chanisa menoleh ke arah sang kekasih yang sedang menyetir.

Mark bergumam sebelum memutar stir lalu baru menjawab pertanyaan Chanisa, "ngga pake??" kesan nya ragu.

"Bohooong." ucap Chanisa mengejek.

"Serius, sometimes aku ngga punya waktu jadi cuma aku semprotin ke kulit."

"Tapi ini wangi nya enak banget beb."

Mark terkekeh kecil, "you can hug me evertime kalo mau nyium wangi nya terus."

Mendengar penuturan sang kekasih yang terkesan tiba-tiba, membuat pipi gembil gadis itu tampak memerah.

Ia juga seketika menenggelamkan wajahnya pada jaket milik Mark, sebelum menggeleng-nggelengkan kepala dengan senyuman kecil.

Sedangkan Mark yang melihat jadi merasa aneh, kekasih nya itu kenapa?

"Hei hei hei what's wrong." ucap nya sambil melirik Chanisa dua kali.

"i melting tau, stop doongg."

"Ya ampun kirain kenapa, aku udah panik tadi." kata Mark lega.

Mata Chanisa memincing seperti kucing, "emang you kira i kenapa!"

"Kesurupan, contoh."

Bugh— tangan Chanisa memukul bahu Mark main-main, karena merasa tidak terima.

"Enak aja!"

Tapi Mark malah pura-pura mengaduh, "aduh sakit babe :("

Chanisa menatap Mark dari atas ke bawah, "ihh lebay orang ngga kenceng."

"Tapi sakit :( harusnya di elus-elus."

"Itu mah you aja modus!"

Gantian Mark yang sensi, "ngga papa kan modusnya ke pacar sendiri."

"Tapi cadangan mu banyak." guman Chanisa lirih biar ngga di denger sama Mark.

.
.
.

Mark tampak risih saat sang kekasih heboh menyuruhnya menggunakan masker, karena takut jika ada yang melihat mereka berdua makan bersama.

Padahal menurut lelaki blesteran Indo-kanada tersebut, selain berada di kampus sepertinya tidak masalah bila terang-terangan berpacaran.

toh— dia juga mau seperti yang lain.

Ingin nyaman melakukan apapun saat bersama tanpa takut dan terkesan di batasi. Mereka bukan artis, harusnya Chanisa berhenti menuruti ketakutan nya sendiri.

"Sayang kita cuma mau makan." ucap Mark dengan lembut.

Chanisa mengangguk tahu, "iya tau tapi buat jaga jaga aja." balas nya sebelum memakai kacamata sebagai sentuhan terakhir.

Di sana Mark cuma bisa menghela nafas pasrah saja, sebelum keluar dari mobil duluan menuju restoran hits yang sering di kunjungi anak-anak milenial.

Dan setelahnya di ikuti Chanisa yang menggunakan pakaian tertutup sekali, sampai benar-benar seperti bukan Chanisa. Gadis gembil itu memang benar-benar totalitas, ia hanya takut jika ada anak kampus yang tau.

Itu akan menjadi heboh dan bakal banyak rumor-rumor menyebar ke esokan harinya, hufft membayangkan nya saja Chanisa merinding.

Mereka memasuki restoran sebelum memilih meja, duduk berhadapan sambil membuka buku menu. Lalu pelayan muncul dan Mark langsung menyebutkan pesanan, sekalian milik Chanisa.

Sambil menunggu— Mark membuka topik percakapan setelah menaruh smartphone nya untuk melihat chat masuk.

"Kamu jadi camila, udah tau belum?" tanya Mark memastikan.

"Iya tau, liat di grup." jawab Chanisa sambil memainkan smartphone.

Mark mengangguk-ngangguk paham dengan bibir mengerucut, "kamu keberatan ngga sayang kalo iya biar aku usulin."

Mendengar hal itu Chanisa terdiam sebentar sebelum menggeleng, "ngga usah."

"But you okay if aku sama Mina??"

Chanisa berhenti ngetik dan langsung mendongak menatap sang kekasih. Ia terlihat menatap cukup lama dengan raut tanpa ekspresi, sebelum mengangguk ke sekian kali.

"i ngga papa babee." ucap Chanisa meyakinkan.

Sebelum tiba-tiba ada suara teriakan perempuan yang memanggil Mark, dan itu membuat Chanisa panik.

"Markkkkkkk." Itu suara Patricia, entah candangan Mark yang ke berapa.

Mark mendongak dan tersenyum saat tau siapa yang menyapa, "omg! hai Patriii." sapa Mark sambil berdiri untuk memeluk Patricia yang mendekat.

Sedangkan Chanisa buru-buru menutup kepalanya dengan jaket sang kekasih, sebelum diam-diam pergi dari sana menuju toilet.

"Who are with you in here?" tanya Patricia setelah melepas pelukan.

"Oh i sama—" kata Mark terpotong karena celingak-celinguk mencari Chanisa.

"With??" lanjut Patricia sambil ikut celingak-celinguk.

Habis itu Mark menatap Patricia dan tersenyum, "ah i sama my girlfriend tapi kayaknya ke toilet."

"Ohhh." balas Patricia ber-oh ria karena merasa ngga heran kalo adik tingkat nya ini memiliki kekasih.

Sebelum ia mengecek smartphone nya setelah itu pamit buru-buru, "oke deh i duluan ya udah di tungguin nih."

Mark mengangguk canggung.

"enjoy your dinner ya!" kata Patricia sambil melambai-lambaikan tangan pergi.

Sedangkan Mark membalas lambaian tangan, sebelum duduk dan mengambil smartphone nya untuk menelpon Chanisa.

Tapi belum saja ia menelpon, Chanisa sudah menghubungi nya duluan.

sunshine
babe sorry
I go to first
bcs, kyknya tadi mencret ku kumat
hahaha














TBC

sudah gk glw

— Teh Jasmine

Pwretty Insecuriety. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang