Aku Alaangi Andrea Hirata, aku biasa dipanggil pelangi.
Katanya sih,hidupku akan secerah pelangi,namun aku rasa tidak.Hari ini, hari pengumuman hasil nilai ulangan harian kemarin,aku belajar dengan sangat keras kemarin, karna katanya usaha tak akan pernah mengkhianati hasil.
Yang Remedi Hari ini adalah, Reno,Fika, Aroya Lestari,Mahendra Yunata dan terakhir"ucap guruku membuatku menggigit kukuku, berharap bukan aku yang remedi.
Alangi Andrea"tambah Guruku membuatku ingin merosot seketika.
Percuma rasanya aku belajar, begitu keras saat itu, namun hasilnya selalu nihil.Aku menghela nafas panjang, inilah aku, sibodoh yang punya harapan besar,
.......
Setelah pulang sekolah, dengan suasana hati yang kurang menyenangkan, aku berjalan menuju Halte bus, namun tiba tiba rintik hujan mulai berjatuhan.
Seketika aku tersenyum, bukankah tuhan baik? Tuhan tau aku suka hujan, dan ketika kecewa menghampiriku, hujan selalu datang menemaniku.
Alih alih, berteduh dihalte, aku memilih berjalan menuju rumahku, dengan tetesan air yang menerpa wajahku begitu saja.
Banyak orang yang heran melihatku, bahkan tak banyak dari mereka yang menyuruhku berteduh dihalte, namun aku menolak,
Setelah perjalanan singkat, aku melanjutkan langkahku dengan berlari, diiringi oleh Teriakanku dan menari ditengah hujan berputar putar dengan begitu menyenangkannya.
Akh!! Kenapa aku Remedi?!
Padahal aku sudah belajar dengan keras!! Tuhan tidakah kau adil?!"teriakku seraya mengeluarkan unek unekku.Tampa sadar, aku telah sampai didepan rumah, rumah yang sederhana, dan terlihat sangat hidup,aku tersenyum saat itu, namun bersamaan dengan air mataku yang luruh.
Apa aku semengecewakan ini?
Memantapkan hatiku, aku mulai masuk kedalam rumah,aku menghapus derai air mataku dan mulai membuka pintu.
Kulihat seseorang wanita berumur renta, menghampiriku dengan wajah yang khawatir.
Dia nenekku, yang sedang tergopoh menghampiriku, dengan ribuan kekhawatiran yang tercetak jelas diwajahnya.
Tampa permisi, aku langsung memeluknya, aku berkata lirih dalam hati.
Nenek aku gagal lagi, lagi setelah ribuan kali"namun itu hanya kuucap dalam batinkuPelangi kenapa kehujanan?"tanya nenek dengan khawatir.
Tidak apa apa nek, sudah terlanjur basah tadi, jadi aku langsung lari aja"jawabku menenangkan nenek.
Ya sudah, kamu naik saja diatas, ganti baju, lalu mandi"ucap nenek dan aku menganggukinya.
Aku tak langsung naik kekamarku diatas, karna aku sadar bahwa nenekku kedatangan tamu, aku sedikit penasaran, lalu aku mengintip sedikit diujung pintu.
"Oh ternyata yang datang adalah omku". Saudara ibu.
Aku melanjutkan kembali langkahku, namun aku seketika berhenti kala mendengar ucapan samar dari omku.Ngapain sih bu,maksa diri buat ngurusin Pelangi? Diakan punya ibu sama ayah, suruh aja dia ikut sama ayah dan ibunya"ucap omku membuat air mataku seketika luruh.
Aku berlari naik ke kamarku,
Inilah hal yang paling kubenci dari semuanya, aku memang memiliki ayah dan ibu, namun mereka sama sekali tak peduli denganku.
Hanya nenek yang kupunya didunia ini.
Hanya dia, satu satunya manusia, yang punya hati baik untuk merawatkuEsok harinya.
Aku berangkat menuju sekolah, namun baru satu langkah keluar dari rumah.
Aku mendengar suara jatuh dari dalam.
Aku langsung panik,Nenek!
Aku masuk kedalam rumah, dan kulihat neneku yang sedang berbaring tak berdaya diruang tamu.
Air mataku kembali luruh, aku panik, aku segera menelfon omku dan memanggil tetangga untuk membantuku.Nenekku dilarikan kerumah sakit, dan aku selalu setia menggenggam tangannya.
Tangan yang sudah keriput dan sangat tipis.Aku merasa kehilangan banyak waktu dengan sia sia.
Aku tak marah ketika omku menyalahkanku atas apa yang dialami nenek. Aku sadar bahwa aku terlahir hanya untuk menjadi pengacau.Aku berlalu menuju masjid rumah sakit, aku sholat dengan sangat khusyuk.
Sesekali air mataku jatuh saat aku bersujud diatas sajadah.
Aku berdoa, dan memohon kepada tuhan, untuk memberikan nenekku kesembuhan.
Berharap tuhan memberiku banyak waktu, agar aku bisa membahagiakan nenek disisa hidupnya.
Aku sangat takut, nenek kenapa napa.
Karna aku merasa tidak layak hidup jika aku hanya terus mengecewakan nenek.Aku kembali keruang rawat nenek.
Aku kembali menggenggap tangannya.
Dan berucap lirih.
"Nenek harus kuat untuk pelangi"Aku menghapus air mataku kala mendengar suara dering ponselku.
Halo?"
Ini siapa?"tanyaku heran karna aku memang tak mengenal siapa orang yang menelfon saat ini.
Saya, Admin Gramedia pustaka Raya,saya ingin meminta persetujuan anda untuk menerbitkan buku anda yang berjudul" The world Life"ucap seseorang dari seberang telfon.
Tentu saja aku kaget mendengarnya.
Oh iya aku memang hobi menulis sejak SMA. Tapi aku tak pernah berfikir bahwa Novelku akan dilirik oleh Penerbit.Tampa menunggu lama,aku langsung menyetujui penerbit itu, kalau hal ini yang akan jadi jalanku menuju kesuksesan, maka aku akan mengikutinya.