5. Pregnant

1.1K 138 26
                                    

A/N : pembaca yang baik adalah pembaca yang meninggalkan jejak. Entah itu komen, vote dan follow. Thanks_

.

.

"Dokter itu pasti keliru? Mana mungkin aku h-hamil?"

"Kau pikir Dokter Sunny salah memeriksamu?" Irene balik bertanya saat menghantarkan Jennie ke rumahnya tanpa Jisoo karena harus menggantikan urusan Jennie di kantor. Membuat Jennie mengangguk yakin.

"Kalau begitu coba kau periksa sendiri? Barang kali kau yang mungkin keliru? Atau mungkin kau juga tak ingat kapan terakhir kali telat datang bulan saking sibuknya berpesta." Ucap Irene sambil memberikan sebuah alat tes untuk memeriksa kehamilan. Tanpa ragu Jennie menerima alat itu dan memasuki kamar mandinya. Ingin segera menyangkal jika pernyataan mereka salah. Namun, Jennie mendadak lemas. Ia terduduk di closet kamar mandinya beberapa saat kemudian ketika menatap dua garis biru di alat itu. Positif.

Hamil. Satu kata yang tak pernah Jennie pikirkan sebelumnya. Padahal Ia baru saja mendapati kepercayaan dari banyak orang. Dan kini harus'kah Ia mengecewakan orang-orang itu lagi? Orang-orang yang sejak awal memang tidak pernah mempercayainya sebagai pimpinan perusahaan. Jika kabar ini tersebar sudah pasti mereka akan sangat marah dan mungkin kecewa padanya. Ia bahkan akan kehilangan segalanya.
Bodoh. Kenapa selama ini Ia tak pernah berpikir jika akan berakhir seperti ini. Ia sendiri bahkan tak yakin siapa saja yang sudah tidur bersamanya saat mabuk? Karena yang ada dipikirannya saat itu hanya'lah bersenang-senang. Hingga muncul beberapa nama yang ada dipikirannya. Membuatnya prustasi sendiri. Terlebih Irene dan Jisoo yang terus bertanya dengan pertanyaan yang sama tentang dengan siapa saja dirinya sudah tidur hampir setiap hari.

"Masa kau tak ingat dengan siapa saja kau sudah tidur Jennie-ya?! Setidaknya satu nama saja." Irene benar-benar marah saat menatap Jennie yang hanya diam seolah tidak pernah terjadi sesuatu. Padahal Jennie juga tak tahu harus berbuat apa. Jika Ia menyebutkan beberapa nama teman prianya lebih dari satu, artinya betapa murahannya dirinya hingga tak terpikirkan akan berakhir seperti ini.

"Entah. Aku tak ingat. Bahkan tak ingin mengingatnya."

"Kau harus mengingatnya agar kami bisa membantumu menemukan ayah biologisnya."

"Untuk apa? Aku tak akan melahirkannya." Ucap Jennie tegas. Membuat Irene terkejut begitu juga dengan Jisoo yang baru saja datang.

"Yak! Apa yang kau katakan tadi?! Jisoo bertanya sedikit marah. Tetapi lagi-lagi Jennie tidak peduli dengan ucapannya.

"Aku akan menggugurkannya sebelum perutku semakin membesar dan ketahuan orang-orang sialan itu?"

"Kau yang sialan. Kau yang melakukannya kenapa harus calon anakmu yang kau salahkan!" Ucap Jisoo dengan nada tinggi. Membuat para suami yang mendengar keributan itu cukup khawatir. Takut mereka stress dan berakibat pada kehamilan mereka. Segera membawa Irene dan Jisoo dari sana sebelum mereka semakin emosi karena Jennie.

Sejak saat itu pertengkaran terus terjadi setiap hari. Dan hanya saat dihadapan karyawannya saja mereka terlihat rukun dan baik-baik saja. Setelahnya tak ada kehangatan diantara mereka karena Suho dan Haein sangat menjaga istrinya. Karena mereka akan berakhir di Rumah Sakit setelah bertengkar dengan Jennie. Hal itu tentu saja membahayakan kandungan mereka. Membuat Jennie merasa bersalah hingga menunda untuk menggugurkan kandungannya agar Jisoo dan Irene baik-baik saja, sampai Ia tak sadar jika kini usia kandungannya sudah memasuki 3 bulan. Membuatnya serba salah dan khawatir. Terlebih rasa mual yang sangat Ia tak sukai setiap harinya yang membuatnya ingin marah. Tetapi Irene dan Jisoo sangat bahagia karena Jennie masih mempertahankan kandungannya. Mereka bahkan bahagia saat tahu Jennie mengandung anak perempuan seperti mereka. Dan Jisoo dengan setia menemani Jennie melakukan cek kandungannya.

I Still Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang