Bab 1

4.7K 188 0
                                    

Rapat kali ini tidak berjalan lancar. Semua orang merasakan panas dingin. Semua, kecuali buat si Boss, Andra Hendarto. Boss dari perusahaan event organizer bernama Victory.

Sesuai namanya, si Boss selalu ambisius. Selalu ingin menjadi pemenang dalam segalanya. Tidak heran, karena ambisi dan tangan besinya. Hanya dalam tempo empat tahun, Victory telah berhasil menjadi event organizer terbesar di Jakarta. Bahkan Indonesia.

Dan sekarang, si Boss ambisius sedang duduk mendengarkan laporan dari salah satu anak buahnya. Dengan kerutan dan wajah dingin di wajahnya. Teddy, yang sedang memberikan laporan dengan terbata-bata. Sudah keluar keringat dingin. Sepertinya bakal semaput sebentar lagi.

Sialan, makinya dalam hati. Kenapa jadi gue yang harus ngasih laporan ke si Boss? Ini harusnya jadi tugas Rico. Sialnya tadi pagi sebelum meeting, Rico dapat telpon bininya mau beranak. Batalah dia buat laporan. Alhasil tugas itu jatuh kepada Teddy.

Dan sekarang Teddy merutuk habis-habisan dalam hati. Entah merutuki Rico, atau bininya yang  melahirkan gak kenal sikon. Atau juga merutuki dirinya sendiri, kalau dari dulu nurut mau dijodohin orangtua. Dia pasti sudah nikah. Dan mungkin nasibnya bakal sama kayak Rico, bisa kabur disaat genting kayak gini dengan alasan bini mau beranak!

Tapi sekarang, dia bisa apa? Dia belum nikah dan harus menghadapi si Boss, yang wajah gantengnya sudah ditekuk berkali-kali lipat saat mendengarkan laporannya. Yang sialnya, sebenarnya merupakan tanggung jawab Rico. Ah, begini banget nasib jadi orang ganteng!Teddy meratapi nasib dengan tidak tahu diri.

Victory ingin mengundang penyanyi wanita kelas dunia dari Amerika. Nicola Watson. Penyanyi wanita yang baru saja memenangkan Grammy award untuk album keduanya, bertajuk Confession. Ini Grammy kedua untuk Nicola.

Dialbum pertama ia menyabet penghargaan sebagai Best new artist dan song of the year untuk album pertamanya. Dan di album kedua ini, selain menyabet penghargaan sebagai Best pop solo performance. Ia juga menyabet trofi untuk kategori album of the year, record of the year, song of the year dan juga best music video.

Bahkan di Amerika album keduanya ini berhasil terjual sebanyak dua juta keping di minggu pertama. Dan berhasil merajai puncak tangga lagu nomor satu billboard selama delapan minggu berturut-turut, dengan lagunya bertajuk Kiss me dan Fire in my soul.

Dengan jutaan penggemar di seluruh dunia dan popularitasnya saat ini, Victory pasti untung besar bila bisa mendatangkan penyanyi itu untuk konser di Indonesia.

Tapi mereka mengalami kegagalan. Nicola saat ini memang sedang sibuk melakukan tour konser keberbagai negara di dunia. Bukan hanya di Amerika. Tapi juga di Eropa dan Asia. Tapi tidak ada jadwal tour konser ke Indonesia. Negara Asia yang akan ia singgahi hanya Jepang dan Korea. Dan si Boss yang ambisius tetap berambisi untuk mendatangkan Nicola Watson.

Apalagi saat ia mendengar selentingan kabar, kalau Singapura juga berusaha untuk mendatangkan Nicola. Andra tidak mau kalah dari negara tetangga itu. Kalau negara tetangga itu bisa, kenapa kita tidak.

Tapi sekarang anak buahnya memberi laporan yang tidak menyenangkan. Mereka gagal mendatangkan penyanyi terkenal itu. Padahal negosiasinya sudah setahun lebih. Ternyata bentrok dengan segala kesibukan Nicola dan jadwal tour konsernya.

Ah, seharusnya dia tidak menyerahkan misi sepenting ini pada anak buahnya. Harusnya dari awal, dia sendiri yang maju. Terbukti mereka gagal.

Kau sebenarnya ragu untuk bertemu dengannya lagi kan, ndra? Karena itu kau memberikan tugas ini pada anak buahmu. Kau hanya menggunakan alasan tidak masuk akal untuk menutupi rasa ragu dan takutmu. Mau tidak mau, Andra mencela dirinya sendiri.

Ia yang paling mengerti dengan dirinya sendiri, kenapa sampai menyerahkan tugas itu pada anak buahnya. Padahal ia sendiri bisa melakukannya. Ia masih memiliki nomor telpon Jones dan juga Carmen, yang kini menjadi manager artis Nicola. Ia tinggal mengangkat telpon. Maka semua beres.

Ah, benarkah semudah itu? Kenyataannya tidak segampang itu. Saat ia menelpon Carmen, ternyata tidak tersambung. Dan karena itu ia menghubungi Jones. Teman karibnya saat di Fordham dulu.

"Tahukah kau jam berapa sekarang?" Amuk Jones saat Andra menelpon. Andra melirik jam tangannya. Jam dua siang, itu artinya jam dua malam di Amerika. Pantas saja Jones mengamuk. Sedang enak-enak tidur dibangunkan dering telpon. Dan yang menelpon hanya ingin minta nomor telpon istrinya! " Carmen sudah tidak menggunakan nomornya yang lama, sudah bertahun-tahun ganti nomor telpon! Untuk apa kau minta nomor telpon istriku? Kau tidak ingin menggodanya kan?"

"Apa kau sinting? Berikan aku nomor Carmen. Aku ada perlu dengannya."

"Perlu apa?" tanya Jones curiga. Kalau tidak diingatnya dengan baik, Andra itu teman baiknya sudah ditutupnya telpon. Besok dia harus pergi bekerja. Ada rapat penting dengan klien. Tapi pagi-pagi buta begini, Andra malah mengganggunya. Namun meski hatinya mengkal, masih diladeninya juga panggilan telpon itu.

"Ini soal Nicola..."

Jones tercengang. "Kenapa dengan Nicola?"

"Berikan saja nomor telpon Carmen, Jones. Aku benar-benar ada perlu dengannya."

"Apa kau ingin mengejar Nicola kembali, Ndra?" tanya Jones. Lalu ia menghela napas. "Apa kau tahu, sekarang ini Nicola tidak sama dengan Nicola lima tahun lalu? Ia seorang superstar sekarang. Dan yang kudengar, ia sedang dekat dengan aktor Bradley Simpson. Kau tahu siapa dia kan? Kau pasti sudah menonton filmnya."

"Tidak bisakah kau diam? Aku hanya ingin nomor telpon Carmen. Bukan urusanmu soal niatku yang mau mengejar atau tidak mengejar Nicola."

"Sorry, aku cuma takut Carmen bakal marah kalau aku memberikan nomor telponnya padamu."

"Jones, please..." Andra memijat pelipisnya. "Tolong aku, demi persahabatan kita. Aku benar-benar butuh nomor telpon Carmen. Toh yang aku pinta nomor Carmen, bukan Nicola."

Sebenarnya Jones enggan memberikan nomor telpon Carmen. Ia tahu istrinya itu bakal mengamuk jika tahu ia memberikan nomornya pada Andra. Carmen sudah terlanjur menganggap Andra public enemy no.1.

Namun mendengar suara Andra yang memelas dan putus asa, ia tidak tega. Apalagi Andra dulu sahabat karibnya dan sampai sekarang mereka berteman baik. Maka tanpa ragu lagi ia memberikan nomor telpon Carmen pada Andra. Kalau Carmen ngamuk, itu urusan belakangan.

Bitter sweet love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang