Indus

205 21 11
                                    

🌠🌠🌠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌠🌠🌠

"Neon!"

Napas Luna keluar masuk dengan cepat. Ia melompat ke depan Neon yang menengok kebingungan. Sebelum menyampaikan tujuannya, Luna menyapa Rachel yang datang bersama Neon.

"Gue ke kelas dulu ya," pamit Rachel.

"Ati-ati By!"

Luna mengulum senyum kala menyadari sesuatu. Neon dan Rachel mungkin saja sudah resmi menjadi sepasang kekasih.

"Kenapa?" Neon memperhatikan Luna yang mengacak-acak isi tas. Cowok dengan lesung pipi itu mengerutkan kening kala cewek itu menyodorkan sebuah pin berlogo naga. Berwarna merah tua.

"Punya lo kan?"

"Lah iya. Kenapa ada di lo? Puyeng gue nyarinya dulu. Mana besoknya dihukum lagi," kata Neon. Sedikit berbinar dan terkejut. Ia membolak-balik benda itu. Menemukan tidak ada yang berubah sejak terakhir kali ia memegangnya.

Luna tidak menjawab. Ia menundukkan kepala sejenak. Setelah memastikan perasaannya lebih baik, cewek itu mengumbar senyum. "Makasih ya, malam itu lo udah nolongin gue."

Neon ternganga tidak paham. Saat ingin meminta penjelasan lebih lanjut, Luna sudah keburu pergi. "Aneh banget sih."

Cowok itu kembali beralih pada benda di tangannya. Pandangannya berubah penuh dendam. "Awas lo Orion! Gara-gara lo ngilangin pin ini, gue jadi dihukum," gumamnya. Teringat kejadian saat itu dimana Orion entah sengaja atau tidak menghilangkan pin-nya.

"WOI OREO!"

Orion mengangkat satu tangannya dan mematikan mesin motor. Ia menunggu Rigel turun terlebih dahulu dan menerima helm yang dipakai adiknya.

Sekarang Orion tidak menurunkan Rigel di depan rumah kosong lagi. Sebagai gantinya, orang-orang yang belum tahu status mereka sebenarnya apa terus bertanya-tanya.

Cowok itu melepaskan helmnya, tersenyum tipis, merasa tenang bisa melihat salah satu teman dekatnya dalam keadaan baik-baik saja. Entahlah, setelah kejadian beberapa hari yang lalu, Orion seringkali merasa gelisah. Ia takut satu persatu orang yang ia sayangi akan celaka.

"Kenapa ini bisa ada di Luna?"

"Maksud lo?" tanya Orion dengan alis mengerut.

"Pin yang lo hilangin waktu kelas sepuluh!"

"Ya mana gue tau!"

Mereka lalu berjalan beriringan. Meskipun populer dan tampan, siswi-siswi yang kebetulan berpapasan dengan keduanya tidaklah bertindak heboh layaknya di novel dan drama. Mereka sudah biasa melihat Orion dan teman-temannya. Kalaupun kagum, mereka sekedar kagum saja, tidak sampai menguras energi untuk berteriak menyapa.

"Lo nggak bareng Genta?"

Neon menggeleng. "Gue bareng ayang."

Orion mencibir.

Semesta Bercerita (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang