07 - Jadi Babu
Feli hanya bisa merutuki takdir yang mempertemukannya dengan lelaki menyebalkan bernama Ardanta hingga dirinya berakhir dijadikan pesuruh oleh pemuda itu.
Harusnya saat ini Feli tengah sibuk melayani para pelanggan salon bukan malah berjalan ke sana ke mari mengikuti langkah dua orang di depannya.
"Tante Feli capek, ya?" tanya Ellen saat menyadari Feli yang terus menghela nafas kasar di belakangnya.
Feli segera mengubah raut kesalnya dengan senyuman lalu menggeleng. "Enggak kok, tante Feli gak capek. Tante Feli justru seneng bisa nemenin El jalan-jalan." Ia melirik Ardan yang tengah menahan tawa ejekannya. Feli bersumpah, andai saja ia tahu kalau orang yang menabraknya di lobi XB. Ent, tempo hari adalah teman dekat Irene, ia akan dengan suka rela meminta maaf dan mengganti sendiri bedak yang hancur itu dari pada dijadikan pesuruh begini.
Salahnya sendiri gegabah saat bertindak, puncaknya adalah dua jam yang lalu saat ia kembali bertemu dengan Ardan di ruangan Ellen.
"Hallo, Felicia Agatha, kenalin saya Ardanta Derren. Photographer yang tertarik buat kerjasama sama kamu."
Feli menatap uluran tangan Ardan lalu menjabatnya ragu. "Saya Feli."
Hanya butuh dua detik sebelum Feli segera melepaskan jabatan tangan mereka. Sudut bibir Ardan terangkat samar. Pemuda itu beralih pada gadis kecil di sampingnya.
"Ellen main sendiri dulu ya, om mau bicara bentar sama tante Feli di sana."
"Oke tapi jangan lama-lama ya, kita 'kan mau pergi."
Ardan tersenyum, mengusap rambut Ellen gemas. "Iya, sayang."
Tadinya Feli sudah membuat rencana untuk mengajak Ardan kerjasama dan merahasiakan soal tabrakan tempo hari yang menyebabkan make up bawaannya pecah berantakan. Tapi semuanya hanya menjadi angan saat Ardan tiba-tiba bicara.
"Oh jadi bedaknya hancur gara-gara ditabrak cowok yang lagi telponan dan gak mau tanggung jawab?" Ardan berujar santai menyindirnya.
Feli gelagapan seketika. Bagaimana bisa Ardan mengetahui kebohongannya? Apa Irene sudah menceritakan kejadian tempo hari padanya lalu pemuda itu membeberkan kebenarannya?
Seolah bisa membaca pikirannya, Ardan kembali buka suara. "Lo tahu, mbak Irene itu sangat benci dibohongi. Selain karena skill yang hebat, kejujuran juga jadi kunci utama buat kerja di salon ini."
Ardan berdecih dengan tatapan meremehkan. "Ditabrak cowok yang lagi telponan? Tcih, jangan bercanda. Yang gak lihat jalan itu elo bukan gue. Dan harus lo tahu, kamera gue juga mati dan harus di-service gara-gara lo! Dan sekarang lo malah jadiin gue kambing hitam?"
Feli buru-buru menggeleng. "Enggak! Gak gitu. Gue ... gue minta maaf soal kamera lo. Gue juga gak niat bohong apa lagi ngejadiin lo kambing hitam buat masalah ini. Tapi waktu itu keadaannya emang gak mendukung buat gue bicara jujur."
"Sekarang minta maaf, seminggu yang lalu ke mana aja lo?"
"Gue bener-bener minta maaf. Please jangan ngadu ke bu Irene gue gak mau kehilangan pekerjaannya. Please maafin gue ... Ardanta."
Tubuh Ardan membatu. Ia mengerjap, melirik Feli yang sudah menatapnya putus asa. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya saat ini. Entah karena tatapan putus asa itu ... atau karena panggilan dari gadis itu yang entah mengapa terdengar familiar.
"Please gue mohon sama lo." Feli kembali memohon. Tak apa, sedikit merendahkan harga diri demi kelangsungan hidupnya. Selain itu Feli juga sudah punya rencana jika nanti Ardan mau memaafkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WGM 3 - (Bukan) Pura-pura Menikah
Teen FictionSelamat datang di We Got Married series! WGM berisi tentang tiga lelaki dewasa yang enggan menjalin hubungan serius. Komitmen tentang berumah tangga adalah omong kosong belaka. Tak ada satupun dari mereka yang tertarik dengan itu. Tapi bagaimana ji...