ɢᴏʀᴇsᴀɴ ʙᴏᴍ ᴡᴀᴋᴛᴜ
"𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑛𝑡𝑜𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑟𝑎𝒉 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑑𝑖𝑔𝑎𝑛𝑡𝑖 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝑎𝑠𝑖, 𝑎𝑘𝑢 𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑘𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑎𝒉𝑘𝑢 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑖 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑎𝑑𝑖𝑘 𝑘𝑢" 𝑅𝑎𝑦𝑎𝑛𝑧𝑎 𝐷𝑒 𝑀𝑎𝑙𝑖𝑘
✶⊶⊷⊶❍ 𝐌𝐄𝐒𝐈𝐍 𝐖𝐀𝐊𝐓𝐔 ❍⊶⊶⊷✶
***
Pagi Rabu adalah waktu yang sangat disukai Ray, iya karena ini adalah waktu paling tepat untuknya merasakan kembali suntikan jarum dan membenamkannya beberapa saat sembari menunggu 1-2 kantong darah terkumpul.
Ray memang rutin melakukan donor darah persatu bulan sekali atau dua bulan sekali disalah satu rumah sakit yang tidak jauh dari kampusnya,
"Terima kasih mas" ujar salah satu relawan
Ray melemparkan senyuman dan kembali memasang jaketnya sembari keluar ruangan. Melewati lorong anggrek, Ray melihat sosok wanita yang tengah menangis tersedu-sedu didepan pintu kamar jenazah.
Ntah bagaimana bisa, wanita ini memikat perhatiannya dan membuat Ray penasaran.
"Kenapa sekarang"
"Mala masih butuh mama sama papa"
Suara kicau wanita ini dapat didengar Ray, dan dia paham kenapa wanita ini menangis. Tanpa bertanya apapun Ray menyodorkan sapu tangannya dan meninggalkan wanita itu begitu saja.
Sedangkan disisi lain, Reza terkejut karena mengetahui Ray terdaftar menjadi salah satu pendonor darah rutin dirumah sakit yang sering dia jalani praktik.
"Hampir 2 tahun ini sih dok"
"Tapi beberapa bulan lalu, kita sempat stop karena hb nya rendah sekali dan kita mencoba menyarankan untuk melakukan pengecekan"
"Trombositnya bagaimana?" Seru reza
"Kita tidak melakukan pengecekan lebih dalam dok, karena beliau menolak untuk dilakukan pengecekan. Beliau cuman bilang katanya mungkin ini karena jam istirahatnya saja yang kurang"
Reza sebenarnya bingung dengan pernyataan tersebut namun biarlah dia mencoba mencari tahu sendiri mengenai apa yang sebenarnya terjadi.
Siang ini ada tiga lelaki remaja yang melawan hukum alam, eril kembali berulah dengan tingkahnya, kedua sirkel pertemanan nya dibuat bingung dengan tingkah eril.
"Ril?"
"Hm" serunya terus menikmati semangkok seblak
"Lo sekte mana sih? Sejak kapan makan seblak pakai nasi bego!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mesin Waktu
Teen FictionPekenalkan dia adalah adik ku, pria hebat dengan senyuman termanis di dunia. Raganya terlihat begitu indah namun tidak dengan jiwanya. Aku membaca kisahnya didalam buku yang bertulis mesin waktu, "Sejak 15 tahun lalu, aku sudah lupa bagaimana rasany...