Idul Fitri di Keluarga Badjuri

44 4 2
                                    

Author Pov

Setelah sungkeman di rumah orang tua Arul sebentar, mereka semua tiba di rumah orang tua Laila di jam 8 pagi, berbarengan dengan Madjid yang pulang genduri di Mushola keluarganya. Mereka melakukan sungkem bersama lalu makan berkat bersama, suasana akrab penuh kekeluargaan tercipta diantara mereka. Tiga dari empat bersaudara itu sesekali berebut lauk.

Lebih semarak lagi ketika Bara, Shaka dan si bungsu Candra dapat angpao, mereka bersorak gembira tentu Shaka tak ikut bersorak. Zian juga tak ketinggalan memberi mereka jatah angpao tentunya.

"Ayo buruan kerumah Nenek, nanti ketinggalan yang lain" Rifa mengingatkan semuanya. Dan semua langsung mengakhiri sesi makan, cuci tangan lalu segera menuju kerumah Ibu dari Madjid.

Agenda rutin setiap Idul Fitri di keluarga Badjuri dari dulu, setelah makan berkat di rumah masing-masing, semua keluarga, anak cucu dan menantu akan kumpul di rumah Utama keluarga, sungkeman dengan orang paling sepuh di keluarga itu Mbah Sri, Ibu dari Madjid, sedang sang suami H.Badjuri telah berpulang 4tahun yang lalu. Setelah acara sungkeman dan bagi-bagi angpao selesai, baru para orang tua akan pulang kerumah masing-masing untuk menyambut semua tamu yang akan datang bersilatur rahmi, sedang yang muda-muda dan anak-anak akan berkeliling silaturrahmi ke rumah semua tetangga.

Mereka beristirahat tidur siang sebentar, lalu tepat di jam 2 siang mereka akan berkumpul di rumah Madjid lalu melanjutkan silaturrahmi kerumah tetangga yang belum mereka datangi. Suasana bahagia dan ceria terpancar dari wajah mereka. Adzan ashar mengakhiri perjalanan mereka, untuk pulang, mandi sholat, dan akan melanjutkan nya lagi setelah sholat maghrib.

Belum sampai jam 9 malam mereka sudah pulang, Shaka sudah tertidur nyenyak dalam gendongan sang bunda. Bara yang tampak lelah kembali ceria ketika bertemu dengan Rifa kemudian ia memamerkan uang angpao nya. Uang pecahan 5000, 10.000 serta 20.000 berjumlah 285
.000  itu ditukar kan kepada kakungnya menjadi genap 300.000 karna kakungnya juga butuh untuk mengisi angpao yang akan di berikan untuk anak-anak yang datang kerumahnya. Uang Shaka pun di tukar oleh Madjid.

Arul yang duduk di samping Laila pun terlihat sumringah dengan uang yang diterima kedua anaknya. Dalam pikirannya sudah terancang apa-apa yang akan di beli dengan uang-uang tersebut.

"Mas Bara kok enak dapat uang banyak, bagi ya sama Mas Awan, tadi kan Mas Awan yang gendong" kata Awan, adik bungsu Laila protes. Dia sudah kelas 1 Aliyah setingkat SMA, jadi sudah tidak dapat uang angpao lagi, dia hanya dapat dari Bapak, kakak-kakak, nenek dan juga adik-adik Madjid.

"No...no...no...no, duit Mas Bala mau di kacih Bunda aja, Mas Awan ndak boleh minta" jawab Bara

"Ayah yang minta boleh?" tanya Arul

"Noooooo...tuma bunda" jerit Bara.

"Iya...iya...nanti uang Mas Bara buat beli sepatu dan seragam sekolah ya, Mas Bara kan sebentar lagi masuk sekolah" jawab Laila.

"Holllleee....aku tekolah..." sorak bocah kecil itu.

"Ya sudah, Mas Bara bobo' dulu sama ayah gih...sama Dek Shaka juga, Bunda mau bantu-bantu Ibu' bersih-bersih dapur sama isiin toples jajan yang udah tinggal dikit" kata Laila.

"Siap Bunda..."

"Jangan lupa pipis dulu, wudhu baru bobo' ya Nak" Bara mengacungkan jempol lalu buru-buru ke kamar mandi.

Sedang Bara dan Arul ke kamar mandi, Laila menidurkan Shaka di dalam kamarnya, lalu mengganti bajunya dengan daster rumahan serta mengganti hijabnya dengan kerudung instan. Tak lupa ia juga meminum parasetamol serta obat anti nyeri untuk mengurangi rasa sakit di sekujur tubuhnya. Sebenarnya Laila merasa suhu tubuhnya naik, badannya demam, tapi dia selalu mencoba menyembunyikan dan bersikap seolah semua baik-baik saja, pucat di wajahnya pun sukses dia samarkan dalam make up wajahnya. Padahal biasanya Laila tidak pernah memakai make up selain bedak dan liptint aja, tapi hari itu dia terpaksai memakai lipstik agar tetlihat cerah.

"Assalamu'alaikum" terdengar orang mengucap salam ketika Laila dan Rifa sedang di dapur,Laila melirik jam menunjuk angka 10.

"Wa'alaikum salam" jawab Rifa. "Siapa ya La...kok jam segini?" tanya Rifa.

"Cinta paling Bu'...tapi kok nggak denger suara mobilnya ya?" tebak Laila. Buru-buru mereka keluar dan ternyata benar, Berlian, suami serta anaknya yang datang.

"Alhamdulillah sampai juga kalian, gimana kabarnya?" sambut Rifa

"Minal 'aidin wal faizin Bu'..." Berlian sungkem kepada Ibunya, di susul Halimy dan Adya. Laku mereka juga menyalami Laila "kamu sakit kah Ay...kok kaya'nya anget" tanya Berlian sesaat setelah cipika-cipiki sama Laila

"Capek aja kaya'nya Cin, tadi kan seharian keliling-keliling" jawab Laila beralasan

"Jaga kesehatan ya... busui jangan terlalu capek" pesen Berlian.

"Assalamu'alaikum" Madjid yang mendengar kedatangan keluarga anak ke duanya setelah sholat isya' keluar menemui mereka. Berlian dan Halimy pun langsung sungkem menghaturkan ma'af. "Jam berapa berangkat dari Jembef?" tanya Madjid

"Ba'dha Dzuhur tadi Pak, cuma di jalan kita agak santai, makanya malam baru sampai" jawab Halimy.

"Mbak Dya capek?, itu kamarnya udah di bersihkan sama Tante Aya" kata Rifa.

"Mbak Dya di jalan tidur thok dari tadi..." kata Halimy. Gadis kecil berusia 5tahun itu tersipu malu-malu.

"Mas Awan...Mas..." panggil berlian kepada Awan. Awan buru-buru datang lalu menyalami mereka. "Tolong keluarin barang-barang Mbak dari mobil ke kamar ya" kata Berlian.

"Nggeh Mbak" jawab Awan dengan sopan, begitulah adab anak pondok pesantren, meskipun dengan saudara kandung, tapi tetap lebih sopan karna sang kakak menikah dengan putra dari kyai di pondoknya. Halimy turut ke mobil bersama Awan.

"Papper bag yang warna biru bawa sini Mas" kata Berlian, Awan segera mengantar barang yang di maksud Berlian. "Ini aku ada baju buat Bara, si kecil Shaka, buat Aya, Ibu' juga Mbak Inun" kata Berlian membagi-bagikan bingkisannya.

"Lha....cewek-cewek aja yang dapat bagian" protes Zian.

"Soalnya, cowok itu model bajunya cuma gitu-gitu doang Mas...lain sama cewek" jawab Berlian. "Lagian kan cowok kan bisa cari uang sendiri, jadi harap beli sendiri-sendiri ya hehehe"

"Tenang, cowok-cowoknya dapat sarung dari saya..." jawab Halimy yang baru datang setelah memindah barang-barang ke kamar, sambil membawa tas masuk keruang tamu. "Dek Arul mana Ay??nggak ikut nginep?" tanya Halimy

"Ada kok Mas, tadi ngelonin Bara, ndak tau sekarang ikut ketiduran apa nggak, coba tak lihat dulu" jawab Laila

Laila berjalan ke kamarnya melihat Arul yang ternyata sedang asyik ber chat ria dengan selingkuhan-selingkuhannya. "Di cari Mas Halimy, suruh keluar" kata Laila dingin.

Arul yang mendengar nama Halimy di sebut oleh Laila langsung sigap bangun dari leyeh-leyehnya. Pertama, Arul pasti dapat paling nggak sebungkus rokok, ke dua...ketika Halimy baru datang dan memanggil pasti ada sesuatu yang mau di berikan. Lumyan kan? rejeki tak boleh di tolak. Arul pun segera keluar kamar menemui Halimy, sedang Laila memastikan kalau Bara dan Shaka tidurnya aman untuk di tinggalkan mengobrol di depan.

$%$%$%$%

NB: Terima kasih sudah mampir ke cerita saya, semoga menghibur. Dan terima kasih sebesar-besarnya Kepada Pembaca yang berkenan meninggalkan jejak (klik bintang) untuk cerita saya. Sungguh suatu kebahagiaan tersendiri bagi kami penulis cerita mendapat bintang dari Pembaca

Terima kasih🙏🙏🙏🙏🙏

Suamiku Super PelitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang