35. THAT BOY

775 119 33
                                    

Tujuh tahun lalu...

Seorang anak laki-laki yang baru berumur sepuluh tahun terbaring di aspal. Tepat di tengah jalanan kota. Anak laki-laki itu menangis kencang karena luka yang terasa pedih pada lutut dan sikunya.

Sedangkan, dua anak lainnya yang berada di pinggir jalan tampak beradu. Anak laki-laki yang berdiri di pinggir jalan itu tampak marah, meninggikan intonasi suaranya pada anak perempuan yang merupakan adik kembarnya.

"Kita pergi aja! Aku mau cari Mama sama Papa—"

BRAKK

Detik itu juga, sebuah mobil yang melaju begitu kencang menabrak kuat-kuat anak laki-laki yang berusaha berdiri itu.

Sena dan Jeno, dua anak kecil yang tengah berdebat itu mendadak terdiam kaku. Tubuh keduanya tegang. Tubuh Sena bergetar hebat memandang tubuh anak laki-laki terbaring di tengah jalanan dengan genangan darah yang menggenang begitu banyak.

Sena menutup mulutnya. Mendadak matanya terasa panas. Bibirnya bergetar hebat. Pikirannya mendadak kosong. Tubuhnya kaku. Sangat kaku, tak dapat ia gerakkan barang sedikitpun.

Kemudian, pandangannya memburam, menatap kerumunan orang yang mulai mengerumuni anak laki-laki itu. Pendengarannya seperti teredam dan akhirnya ia tidak dapat mendengarkan apapun saking shock nya ia.

Sampai akhirnya, suara teriakan menyeruak ke telinganya. Memecah lamunannya.

Dan detik itu juga, ia melihat Jeno yang sudah menangis memeluk sang mama yang berlari ke arah mereka.

•••

Seorang perempuan keluar dari salah satu bilik toilet. Mencuci tangannya dengan raut wajah datar sembari sesekali memandangi wajahnya yang cantik di cermin toilet. Sesekali pandangannya turun pada lehernya yang terdapat bekas luka karena ulahnya sendiri tadi malam.

Luka itu tidak terlalu terlihat, kecuali jika diperhatikan baik-baik.

Tidak ada seorang pun disana, terkecuali Sena. Hanya gadis itu seorang diri di dalam toilet, ditemani oleh suara keran wastafel yang mengalir.

Keheningan itu seketika lenyap ketika seseorang masuk ke dalam kamar mandi. Berhenti tepat di depan pintu kamar mandi, sebelum akhirnya berteriak kepada Sena, membuat gadis itu spontan menoleh dengan sorot mata tajam.

Sena yang melihat kehadiran Karina pun memutar bola matanya malas. Niatnya yang ingin memaki karena sudah berani meneriakinya pun tak jadi ketika melihat ternyata Karina yang meneriakinya.

Sena merotasikan bola matanya malas, kembali sibuk mencuci tangannya. "Ck, cewek sinting!"

Sedangkan Karina, gadis itu menatap Sena tajam. Mengepalkan tangannya dengan napas yang tak beraturan. Bahu gadis itu naik-turun menatap Sena yang tidak memedulikannya.

"LO KAN YANG BILANG KE JAEMIN! LO KAN YANG CERITA KE JAEMIN!" teriak Karina kuat-kuat sampai wajahnya merah padam. Saking kuatnya gadis itu berteriak, matanya terpejam.

Sena, gadis itu masih tak memedulikan Karina. Gadis itu masih sibuk mencuci tangannya. Membuat Karina, kekasih Jeno itu semakin geram.

"BUDEG LO—"

"Lo gak liat gue lagi cuci tangan?" sela Sena ketika sudah selesai mencuci tangannya.

Brother Sissy | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang