Sahabat Fisabilillah (eps. 7)

3 0 0
                                    

Di Lapangan Basket

Deven: Put, gue senang banget. Akhirnya kita bisa bertemu, setelah beberapa tahun kita berpisah.

Reyna: Nggak! Ini pasti salah! Nggak mungkin, pangeran basket itu dia! Nggak mungkin! Iya, nggak mungkin! Ini, pasti, salah!

Deven: Put, lo ternyata masih menyimpan gatungan kunci bola basket yang pernah gue kasih yah?

Reyna: Apa? Dia tahu tentang gantungan kunci bola basket? Berarti, benar, dia, pangeran basket yang selama ini gue tunggu kehadirannya untuk kembali?

Deven: Gue senang banget, asli! Ternyata lo masih menyimpannya baik-baik! Gue nggak menyangka, lo sampai posting fotonya di instagram, dengan caption kata-kata yang begitu indah!

Reyna: Gue harus pergi sekarang! Karena dia nggak boleh tahu kalau ternyata gue adalah... (Deven menepuk bahu Reyna pelan)

Deven: Put, kok lo nggak balik badan sih? Gue itu kangen sama lo! (Reyna menoleh)

Reyna: Lo? Ada urusan apa lo ke sini? (Deven cepat-cepat menggeleng cepat)

Deven: Nggak benar nih! Ini pasti salah! Nggak mungkin, dia...

Reyna: Maksud ucapan lo tadi, apa yah? Hah? Lo kangen sama Put? Maksud, lo, Putra? Asli, gue mau muntah dengarnya! Ternyata, diam-diam lo suka sesama jenis?

Deven: Ck, lo benaran jadi cewek, rese banget yah! Selain rese, lo juga nyebelin! Gue jadi semakin yakin buat pindah dari sekolah ini.

Reyna: Bagus! Keputusan yang lo ambil, benar-benar bagus!

Deven: Of course!

Reyna: Setelah lo membuat hubungan persahabatan gue sama Sherly hancur, lo justru memilih pergi? (Deven terdiam)

Reyna: Lo tahu? Lo adalah cowok paling pengecut yang pernah gue temui! Sikap lo berbeda jauh sama pangeran...

Reyna: Nggak! Gue nggak boleh sebut nama itu lagi!

Reyna berniat untuk melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan lapangan basket. Tetapi tiba-tiba, tangan dia di cekal oleh Deven.

Deven: Tunggu! Lo nggak boleh pergi! Lo harus lanjutin perkataan lo dulu! Lo mau bilang apa? Hah? Lo mau bilang, pangeran basket?

Reyna: Nggak penting, kelanjutan ucapan gue apa!

Deven: Tapi... (Reyna menginjak kaki Deven dan berlalu pergi)

Di Ruang Musik

Gilang: Ck, kenapa gue bisa lupa sih! Jadi gini kan. Gue harus ke ruang musik dulu, ambil gitar!

Suara piano tiba-tiba terdengar di telinga Gilang. Niat dia untuk masuk, dia urungkan. Dia lebih memilih untuk mendengarkan alunan nada yang sedang menyanyikan lagu berjudul Cinta, ciptaan Melly Goeslaw.

Gilang: Cinta..., tegarkan hatiku. Tak mau sesuatu merenggut engkau. Naluriku berkata. Tak ingin terulang lagi. Kehilangan cinta hati. Bagai raga tak bernyawa

Gilang: Dengarin lagu ini, gue jadi teringat dengan...

Gilang: Sudah, Lang, sudah! Nggak seharusnya lo ingat-ingat dia lagi!

Tring

Gilang: Eh, astaghfirullahal'adzim. Kok gue jadi melamun sih!

Tring

Tring

Gilang: Nih Hp, bunyi terus. Ada notifikasi apa sih!

Tangan kanan Gilang mengambil handphone dan membuka aplikasi berwarna hijau yang ternyata memuat chat dari grup .

Fantastic Three

Si paling rajin
Assalamualaikum. Deven, Gilang, kalau lihat Sherly, tolong di ajak bicara yah. Kasian sahabat-sahabatnya, khawatir, cari-cari dia. Tolongin yah.

Si paling jagoan
Sejak kapan lo peduli sama mereka?

Si paling rajin
Ven, jawab salam! Lupa yah?

Tahu, lo, Ven. Jawab salam kok lupa terus!

Si paling jagoan
Lo juga, Lang! Lupa yah?

Wa'alaikumussalam. Iya Zam, kalau gue ketemu. Insya Allah, gue bilangin.

Itu, gue sudah dong!

Si paling jagoan
Wa'alaikumussalam. Ya sudah, iya, Zam. Tapi kalau ketemu yah.



Short Stories Of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang