"Jadi pacarku ya? Jadi pacarku ya? Yamayama, jadi pacarku ya?"
Bibir dan kening Tobio mengerut akibat Hinata yang terus merengek bak bayi besar di sampingnya. Citra anggota timnas dan perawakan kekar itu membuat seluruh mahasiswa yang ada di lorong menatapi mereka berdua.
"Hinata! Berhentilah mengikutiku!" Tobio mendongak dengan ketus, membuat sang alpha yang meski ukuran tubuhnya dua kali lebih besar, jadi menciut.
"Aku mau jadi pacarmu, Kageyama.."
"Kau itu bicara ngawur sejak tadi. Kembalilah latihan sana, jangan buang-buang waktu." Tobio melepas tangan Shoyo dan kembali melangkah terburu.
"Waaa ada Hinata Shoyo!!" Belum ada sepuluh detik, Hinata sudah dikerubungi oleh fans-fansnya.
Di sisi lain, Tobio memandang lantai dengan bibir melengkung ke bawah. Sudah banyak kekecewaan yang ia rasakan sejak kecil, bukannya tidak suka, hanya saja dia tidak ingin kembali menelan pahitnya kecewa jika berharap pada Hinata.
Lihat pria itu, dia adalah matahari dan semua bintang-bintang mengelilinginya. Seonggok bulan kecil seperti dia, rasanya tidak berarti apa-apa.
Dari para merusak pertemanan mereka dengan angan-angan berpacaran, Tobio lebih memilih untuk menjauhi lelaki tan itu.
.
.
."Mau apa lagi?" tangan Tobio bersedekap di dada. Jalan pulangnya di halangi oleh pria ginger yang tengah menggenggam sebuah entah itu jurnal atau kliping.
"Aku tahu kau sibuk, tapi bacalah saat ada waktu." ujar yang lebih tinggi.
Tobio melirik pada tumpukan kertas yang terjilid rapih jadi satu dengan sampul warna oranye. "Tentang apa isinya?"
"Baca sendiri. Aku mengerjakannya semalaman tanpa tidur.."
Tobio mempoutkan bibir. Menambah kerjaan saja, batinnya. Tanpa mengatakan apapun lagi, si biru meraih jilidan kertas dan berlalu melewati sang alpha.
Tiba di rumah, ia disibukkan dengan laporan praktikum. Tidak menumpuk karena sejak mengetahui dia omega dan tidak dapat bermain voli lagi, Tobio berusaha menjadi anak rajin.
Selesai dengan laprak, si biru pun meregangkan otot-otot. Jam menunjukkan pukul tujuh malam, belum terlalu larut ditambah besok adalah hari sabtu yang artinya libur. Terbesit paper bersampul oranye pemberian Hinata, Tobio mengambil dari dalam tas dan membukanya.
Seketika bibirnya menganga sengan semburat merah tipis yang menghiasi pipinya. Pada lembar pertama tercantum sususan pembuka seperti skirpsi, hanya saja judulnya
"Analisis Kelayakan Hinata Shoyo untuk Menjadi Alpha dari Kageyama Tobio.. Idiot itu.. Apa-apaan.." Tobio tertawa namun tak dapat dipungkiri hatinya berbunga-bunga.
Karya tulis itu lengkap dengan abstrak, latar belakang, rumusan masalah, pembahasan, metode, analisa, dan kesimpulan.
Bibir Tobio tak dapat berhenti tersenyum membaca setiap kalimat lugu yang tertera dalam proposal itu. Tak menyangka Hinata akan melakukan ini semua dan jujur membuatnya terkesan.
Tok tok tok
"Tobio, ada temanmu yang datang." ujar Miwa dari balik pintu.
"Ha'i ha'i.." Mengira itu Yachi atau teman kuliahnya yang lain, Tobio lekas bangkit berdiri dan turun menuju pintu utama.
Cklak
"Hei.."
"Hinata.." Tobio sedikit terperangah. "Bagaimana kau tahu tempat tinggalku?"
Yang lebih tinggi menggaruk belakang ramhutnya. "Ano.. Etoo.. Kau kenal Atsumu-san.. Yah dari dia.."
Tobio menghela napas, meski begitu raut wajahnya tidak terlihat kesal sama sekali. Ia justru tampak bersemangat dan senyumnya muncul tipis-tipis.
"Jadi, kedatanganku ke sini, aku mau mengajakmu keluar.. Jalan-jalan.. Apa kau mau? Dan ini.." Hinata menunjukkan tangannya yang sejak tadi bersembunyi di balik punggung. "Kau sudah lama tidak main voli kan.. Ayo.."
Tobio melihat ke arah bola kemudian melihat ke dalam rumah. Berpikir sejenak sebelum mengangguk. "Oke. Tapi aku tidak bisa lama-lama."
Senyum Hinata merekah lebar. "Sou!! Tidak masalah!!" Ia terlalu bersemangat dan andai ia memiliki ekor, sudah dipastikan benda panjang itu tengah mengibas kesenangan.
Tobio mengikuti Hinata ke pekarangan, ternyata lelaki jingga itu kemari dengan naik sepeda.
"Kau bercanda, sepeda itu tidak ada boncengannya."
"Iya, duduk depan saja, di sini, lagi pula lapangannya dekat." ujar Hinata seraya menepuk-nepuk frame sepeda.
Tobio pun naik, saat Hinata menyentuh stang dan mulai mengayuh pedal, posisi mereka kelewat rekat.
"Woah kau sangat ringan, rasanya lebih berat membawa tas latihanku dari pada kau."
"Hah?!" Kening Tobio merengut, ia mendongak ke atas mengakibatkan kepalanya menempel di dada Hinata. "Tuh kan kau mengejekku!!"
Hinata melirik ke bawah sekilas dan terkekeh. "Ahh gomen gomenn.." Wajahnya perlahan memerah. "Yamayama.. Saranku kau jangan sering-sering mengerucutkan bibir begitu.."
"Kenapa?!"
"Aku ingin menciummu."
"Dasar jeruk cabul!!" Tobio mendengus dan kembali melihat lurus ke depan. Walau kedengarannya marah, sebenarnya ia tengah merona hebat saat Hinata bilang mau menciumnya.
"Ahh maaf maaf.."
.
Tiba di lapangan Shoyo dan Tobio mengerjap keheranan. Malam ini lapangan penuh dengan orang berpacaran.
"Apa-apaan.. Sudahlah pulang saja." Tobio berbalik hendak pergi namun Hinata menahan pergelangan tangannya.
"Ada tempat lain.. Ikutlah aku.."
Mereka berdua berjalan melewati lapangan dan taman. Tempat khusus yang di maksud Hinata adalah jalan setapak di pinggir danau. Sang alpha membantu Tobio turun dengan hati-hati.
Bintang-bintang membentang di sejauh mata memandang pada angkasa. Bola terus melambung bergiliran. Keduanya yang memang sangat mencintai voli merasa senang dan terus tertawa saat akhirnya bisa bermain bersama lagi, meski tidak di lapangan ataupun kejuaraan.
"Kau memang jenius voli, kemampuanmu masih sama seperti dulu, hebat.." puji Hinata di ujung permainan mereka. Telunjuknya menyisir, menepikan poni Tobio ke samping agar tidak menutupi mata indahnya. "Tobio.." Hinata menghela napas.
Yang dipanggil mendongak dengan mata bulatnya. Hinata menatap teduh kearahnya, begitu tulus, dan penuh puja.
"Kau harus lebih sering tersenyum.. Kau terlihat sangat cantik saat kau tersenyum.."
Ranum Tobio terangkat perlahan, menampilkan senyum paling manis diantara semua senyum yang pernah Hinata lihat. Rasanya, hatinya dibuat meleleh saat Tobio tersenyum begitu.
"Kalau kau izinkan.. Aku ingin jadi alasan untuk senyum kecilmu.. Selalu.."
"Shoyo.. Sudah kukatakan berulang kali.. Jangan mengucap hal yang tidak-tidak.."
Hinata ikut menatap ke tanah di bawah mereka. "Kenapa? Apa kau sudah memiliki seseorang? Sakusa Kiyoomi?"
"Bukan.. Aku merasa tidak pantas untukmu."
"Bukankah berulang kali juga, sudah kukatakan.." Hinata mencupit dagu Tobio, membuatnya mendongak seraya kepalanya mendekat. "-kau itu lebih dari pantas buatku.. Kau itu segalanya.." Hinata menempelkan kening mereka. "Kau belahan jiwaku, Tobio.. Aku tidak ingin yang lain.."
Tobio terdiam, ia tidak merasakan kupu-kupu di perut yang berarti dekat dengan Hinata membuatnya merasa aman dan nyaman. Perlahan tangan rampingnya pun mengitari punggung lebar sang alpha, memeluk, dan menyandarkan kepala di dadanya.
Hinata balas memeluk dengan lembut dan dalam. Menyalurkan afeksi yang tidak dapat terucap lewat lidah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mini Book Series (Kageyama Bottom)
Short Storykumpulan mini book (1-3 part per series) pair: Kageyama bottom x everyone top disclaimer: this book will contain mature thing, fluff, angst, incest, agegaps, nsfw, bxb, mpreg, etc pair & tag berbeda setiap series. 18+, harap bijak memilih bacaan. ...