Happy reading 😊
Recommended Song :
Justin Bieber — AnyoneJaemin semakin frustasi, ditambah Mark memarahinya habis-habisan tadi. Sepupu Winter itu sempat ingin membawa Winter pulang karena muak dengannya. Tapi untung Giselle sama Karina berhasil membujuk. Jaemin disidang oleh semua orang. Karena yang tahu perihal Ryujin cuma Giselle, yang lain tidak. Mulut pedas Renjun bahkan sudah mengeluarkan banyak kalimat mutiara. Haechan juga sudah menghujat dan mengomeli Jaemin sampai mampus. Kekesalan mereka sudah diubun-ubun. Belum lagi omelan Karina dan Jeno.
Sudah Jaemin bilang kalau pacaran sama Winter itu agak ribet karena pawangnya banyak.
"Kita kesini mau liburan, seneng-seneng, lo malah gini." Giselle menghembuskan nafas lelah. Melihat Jaemin tertekan ia juga kasihan.
"Minjeong gimana? Masih ngurung di kamar?"
"Dia ditemenin Karina. Lo tau kan Winter tuh agak nekat? Takutnya dia berbuat yang enggak-enggak kayak dulu."
Tubuh Jaemin menegang. Ia paham apa yang dimaksud dari berbuat yang enggak-enggak disini. Ingatan Jaemin langsung berkelana ke beberapa tahun lalu. Di rumah sakit saat orang tua Winter meninggal. Jaemin panik dan berlari secepat mungkin memasuki villa. Mengabaikan teriakan Giselle yang memanggilnya. Bagaimana ia bisa melupakan fakta itu? Winter bisa nekat kalau sudah kalut.
Winter tidak mungkin berbuat begitu lagi, kan?
"Minjeong?"
Saat membuka pintu kamarnya, keadaan sunyi senyap dan keadaan cahaya juga remang-remang. Winter berdiri disana. Didepan jendela yang tertutup dan menatap pemandangan diluar. Winter memakai hoodie miliknya yang kebesaran. Rasanya kaki Jaemin mau copot saking lemasnya. Ia luar biasa lega. Winter tidak bertindak gegabah. Sungguh, tadi Jaemin benar-benar takut.
"Karina mana?"
"Ke kamar mandi."
"Kamu gak makan?" dipeluknya tubuh Winter dari belakang. Jaemin menyandarkan kepalanya ke bahu Winter. Merasa sangat bersalah karena membuat Winter kecewa. Entah ini yang keberapa kali ia membuat kekasihnya begini.
"Bagaimana aku bisa makan kalau aku selalu takut kalau kamu pergi? Aku kepikiran..."
Pelukan Jaemin makin mengerat. Hatinya ikut sakit mendengar ucapan melas itu. "Aku gak pergi, sayang. Aku bersumpah. Berhentilah berpikir yang tidak-tidak. Aku harus apa agar kamu percaya? Apa perlu aku sujud lagi?"
Winter tidak menjawab. Ia menunduk. Membiarkan air matanya terjatuh menuju lantai. Ia sudah berusaha percaya. Winter selama ini selalu percaya. Tapi disaat kepercayaannya sudah meninggi, penghambat selalu muncul. Membuatnya harus berpikir dua kali.
"Kenapa kamu gak pernah cerita?"
"Aku pikir kamu gak perlu tahu karena dia cuma masa lalu. Dia pergi ke luar negeri dan aku berpikir dia tidak akan kembali makanya aku tidak cerita. Dia minta nomorku ke Bunda. Aku juga gak tau kenapa Ryujin bilang seperti itu. Aku tidak pernah menyukainya."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours
Fanfiction[DIMOHON FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ⚠️DILARANG PLAGIAT!!!!!!❌ "Orang-orang tahunya, hanya kamu yang cinta padaku. Hanya kamu yang punya rasa cinta paling besar. Tapi itu salah. Justru cintaku yang lebih besar darimu. I love you more." Winter yang bucin...