Dan di atas segalanya, hal itu juga memberinya minat serta rasa kemandirian─sesuatu untuk dibicarakan pada malam hari dengan pria penuh sensualitas yang dinikahinya sehingga tidak berkisar pada urusan ranjang mereka.
Semua berjalan dengan baik selama beberapa minggu menyenangkan itu. Andai, jika 1 atau 2 kali peringatan Lisa muncul di kepalanya, mencoba memperingatkannya bahwa bulan madu yang panjang itu tidak dapat berlangsung selamanya, Rosé mengabaikannya.
Sayangnya, takdir berkata lain. Takdir kejam memutuskan untuk meraih dan mengoyak sesuatu dalam diri Rosé. Dan fakta bahwa itu terjadi dijalanan Seoul yang sibuk adalah kekejaman lebih lanjut, karena hal tersebut membuatnya terekspos pada apa yang terpaksa dilihatnya saat ini.
Jimin seharusnya pergi perjalanan bisnis 2 hari ke Paris, katanya kepada Rosé sebelum wanita itu bertemu Lisa. Baru kali ini mereka berpisah sejak mereka menikah, dan Rosé amat sangat merindukan suaminya untuk berada disampingnya.
Akan tetapi, Jimin meneleponnya. Setiap malam sebelum tidur, Jimin menghubungi untuk mengucapkan selamat malam dengan suaranya yang hangat dan lembut, sangat tulus ketika mengatakan betapa ia merindukan Rosé. Faktanya sekarang, seluruh sikapnya beberapa minggu terakhir membuat hati Rosé melunak menjadi sesuatu yang nyaris mendekati cinta. Namun, ternyata itu hanyalah ilusi yang diputuskan takdir untuk dihancurkan.
Jadi, betapa beruntungnya Rosé ketika Lisa memutuskan untuk mengantarkannya pulang setelah sesaat pertemuan mereka di resto. Sebelumnya, Rosé memang berkata pada Lisa bahwa ia harus segera pulang karena suaminya akan kembali hari ini dari Paris. Hal tersebut membuatnya tenggelam dalam pikirannya sendiri sembari berjalan ke parkiran mobil, memikirkan kepulangan sang suami serta semua rencana yang ia buat untuk mengejutkan Jimin.
Rosé berencana memasak makan malam sangat istimewa untuk mereka, dan ia telah membeli gaun baru sebelumnya yang nyaris seksi jika Rosé mengenakannya. Singkatnya, Rosé berencana merayu sang suami tepat saat pria itu memasuki pintu.
Namun, tiba-tiba matanya bersinar oleh antisipasi gelap ketika hendak membuka pintu mobil. Segala sesuatu yang hidup dalam dirinya sontak berhenti.
Rosé melihat suaminya bersama seorang wanita berpakaian seksi yang sedang keluar dari pintu masuk hotel di seberang jalan. Dan ia tidak mengenali wajah wanita tersebut. Keduanya berhenti di undakan hotel. Jimin berbalik tepat ketika wanita itu berbalik ke arahnya. Wanita berambut panjang lurus hitam legam itu harus mendongakkan kepalanya agar bisa menatap wajah Jimin yang tersenyum lebar kepadanya. Tangan wanita itu terangkat, menyentuh lengan Jimin ketika menggumamkan sesuatu yang mendesak.
"Tidak." Bisik Rosé, masih mencoba menyangkal.
Inilah dia, sebuah desakan takdir sehingga waktunya harus menerima kenyataan. Rosé melihat semuanya. Melihat sang suami menyeringai puas saat pipinya dicium oleh wanita itu.
Jimin, pria yang dinikahinya dan Rosé menyerahkan dirinya malam demi malam. Seorang pria yang mulai Rosé yakini serta dipercayainya. Pria yang membuat Rosé jatuh cinta setengah mati dengan bodohnya, menanti kedatangannya malam ini bersama rencana-rencana manisnya. Sementara suaminya itu bersama wanita lain.
Rosé sempoyongan, meskipun tidak menyadarinya tapi Lisa memperhatikannya.
"Rosé?" Tanya Lisa tajam. "Mengapa kau─?" Kemudian, "Ya Tuhan." Ia terkesiap setelah mengikuti arah pandangan mata sahabatnya. "Bukankah itu Mr. Jimin yang sedang bersama wanita...?"
Rosé tidak mendengar lagi karena ia tiba-tiba berlari membabi buta dalam upaya mengejar Jimin dan wanita yang tengah masuk ke dalam mobil.
"Rosé!"
Rosé mengabaikan teriakan Lisa. Ia juga mengabaikan gerutuan orang-orang yang ditabraknya, mengabaikan segalanya saat ia berlari, berbelok di sudut kemudian menyebrangi jalanan yang ramai tanpa melihat. Namun, sayangnya usahanya sia-sia tatkala mobil yang ditumpangi Jimin bersama wanita, melaju cepat meninggalkan tempat tersebut.
"Rosé!" Tangan Lisa lah yang meraih dan menariknya keras-keras sehingga ia tidak tertabrak mobil. "Demi Tuhan!" Lisa terkesiap marah. "Apa kau mau bunuh diri, hah?!"
"Aku harus mengejarnya." Rosé terengah, mulai gemetar hebat.
"Kau harus tenang." Balas Lisa tegas. Dan sambil memegang lengan Rosé erat-erat, ia mengedarkan pandangan dengan tidak sabar. "Ayo." Katanya. "Di sana ada cafe. Ayo kita ke sana dan minum. Setelah itu kau dapat menceritakan semuanya."
Dengan muram Lisa membimbing Rosé sepanjang jalan dan melewati pintu cafe yang lokasinya tidak jauh dari hotel tersebut. "Nah." Katanya begitu sudah duduk dimeja sudut ruangan. "Siapa wanita itu? Kau mengenalnya?"
"Aku tidak tahu." Bisik Rosé lemah.
"Astaga..." Ia menggelengkan kepala tak percaya. "Katamu dia akan pulang malam ini?" Tanyanya sambil mengernyit. "Lantas, mengapa dia sudah tiba di Seoul siang ini bersama seorang wanita lain? Apa yang mereka lakukan di hotel itu?" Serunya. "Ini benar-benar gila, Rosé."
"Aku tidak tahu, Lis..." Seru Rosé sambil menahan terbitnya air mata.
Lisa menghela napas sebelum ia memberikan sebotol air mineral yang sudah dipesannya. Sekarang, ia terlalu khawatir dengan keadaan sahabatnya. "Kau membutuhkannya. Ini minumlah."
Nyaris putus asa, Rosé menenggaknya hingga tandas.
"Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang?" Lisa bertanya dengan tenang.
Rosé mengatupkan bibirnya, tetapi ia memejamkan mata. Ia sebenarnya tidak ingin melakukannya ketika ekspresi Jimin tepat sebelum dia dicium oleh seorang wanita asing muncul dalam benaknya.
Ekspresinya tersiksa. Terguncang frustasi penuh amarah, tak berdaya, dan tidak berguna sehingga mematahkan hati Rosé. "Oh, Tuhan... Tolong aku!" Batinnya berteriak.
"Apa kau akan meninggalkannya?" Pertanyaan itu lolos dari bibir Lisa sebab Rosé tak kunjung menjawab.
"Meninggalkannya?" Kepanikan melanda Rosé. Kepanikan buruk yang memenuhi dirinya dengan rasa ngeri memualkan yang membekukan dagingnya. "Aku tidak bisa berpikir sekarang, Lisa." Lirihnya, menekankan jemarinya yang gemetar ke matanya yang perih. "Aku butuh waktu untuk─"
"Yang kau butuhkan, Rosé─" Lisa menyelanya tidak sabar. "Adalah melepas penutup mata sialanmu! Bukankah sudah cukup buruk kau terus memakainya di sekitar Jaehyun dulu? Dan sekarang kau melakukan hal yang sama dengan saudaranya yang tidak tahu terima kasih?"
Kepala Rosé tersentak. "Ap-apa maksudmu?" Ia terkesiap dalam ledakan amarah.
Lisa mengalihkan pandangan, matanya berkilat oleh rasa muak getir yang mengguncang Rosé sampai ke intinya. "Jaehyun menjadikanmu boneka mainannya sejak awal." Katanya dibalik gigi terkatup rapat. "Semua orang bisa melihatnya─melihat senyum menawan dan sikap santainya itu hanya sandiwara. Tapi kau..." Jedanya untuk menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara kasar. "Kau termakan bujuk rayuannya dan jatuh cinta seperti orang bodoh, kemudian benar-benar terluka karenanya! Sekarang, kau melakukan hal yang sama dengan saudaranya! Jadi, bantulah dirimu sendiri, Rosé." Lisa mengakhiri dengan suara serak. "Keluarlah dari semua itu sebelum Kim bersaudara terkutuk itu benar-benar menghancurkanmu."
"Terlambat, Lisa..." Kata Rosé muram.
"Mereka sudah menghancurkanku."~𝐁𝐄𝐑𝐒𝐀𝐌𝐁𝐔𝐍𝐆~
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCHING YOUR HEART
Ficção Adolescente[ END ] Roséanne Park, di tinggalkan sang mempelai pria disaat tinggal hitungan menit acara janji suci pernikahan segera berlangsung! Ia pernah mendengar hal itu terjadi pada orang lain. Namun, tak pernah menyangka ia sendiri akan mengalaminya. Wani...