Akhirnya senja juga.
Aku langsung pergi ke pantai untuk melihat dua pandangan favoritku. Sunset dan perempuan itu.
Semoga dia ada di sana.
Aku pun tiba di pintu pembatas area pantai. Kulihat pemandangan yang menyenangkan, perempuan itu.
Yes.
Aku sudah siap untuk berkenalan dengannya. Tapi aku takut ceming, kupikirkan cara lain.
Ya, cara kuno, surat.
Aku pun menulis kalimat di atas secarik kertas.
Hai, aku Rio. Boleh kita kenalan? Aku kemarin mau kenalan tapi kamu udah keburu pergi. Aku suka sunset.
Kalimat yang buruk sekaligus lebay.
Entah kenapa benakku seperti memaksa untuk menulis kalimat terakhir itu.
Semoga dia gak jijik deh.
"Bli, boleh tolong kasih ini ke perempuan itu?"pintaku pada seorang lelaki yang lewat.
"Ya, yang itu?"
"Ya, terimakasih, bli"
"Sama-sama"
Kulihat dari kejauhan, lelaki itu telah memberi suratku. Lalu mereka seperti berbincang. Dan lelaki itu menunjuk ke arahku. Sontak aku langsung mengalihkan tubuh. Kuintip lagi. Huh, syukurlah dia baca. Lalu dia melirikku dan tersenyum.
Dia seperti menulis sesuatu di kertasku. Memang perempuan rajin, ke pantai saja bawa pulpen.
Kemudian dia memanggil seseorang.
"Nesta"serunya.
Kemudian mereka berbincang dan dia memberi kertasku kepadanya. Dan seorang bocah lelaki, Nesta, menghampiriku dan memberi suratnya.
"Ini dari kakakku"
"Oh, terima kasih"
Ternyata dia adiknya.
"Ya "
Dia pun berlari ke arena bermainnya.
Lalu dengan jantung yang berdegup kencang, aku membaca isi suratnya.
Hai juga, aku Putu Allura. Panggil saja Lura. Maaf kemarin aku tak melihatmu. Aku juga penggemar sunset, setiap hari aku melihatnya.
Tulisan yang indah, membuatku ingin terus membacanya, agar selalu terngiang di pikiranku.
Ternyata perempuan itu telah lenyap dari pandanganku.
Mungkin dia sudah pulang.
Tak apa, usahaku tak sia-sia. Aku pulang membawa secarik kertas berisi tulisan tangan belahan hatiku[ceilah, lebay].
Setelah semua sudah berada di atas kasur, semua lampu sudah dimatikan, dan sepertinya hanya aku saja yang belum tidur.
Aku kembali teringat isi surat Lura. Lalu kuambil secarik kertas penuh arti itu dari saku celanaku. Kubaca dengan penuh perhatian. Lalu ketika aku membaca kalimat terakhirnya, aku baru sadar, dia melihat sunset setiap hari.
Oke, besok aku akan datang lebih cepat agar dapat memandangnya lebih lama, benakku.
--
a/n : Terlalu dramatis sekaligus berlebihan. Stay terus ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunset
Randomukiran oranye, matahari dan persamaan yang mendominasi sisanya. ©2015, yemima