Anin datang

93 11 23
                                    

Luna dan Tika masih asik memandangi gemerlapnya langit dengan hiasan bulan. Pelukan Tika tak kunjung melonggar, ia bahkan mengeratkan pelukannya kepada Luna, membuat teman-teman mereka yang hanya bisa menyaksikan dari bawah sana menatap iri.

Maklum lah mereka pada jomblo kecuali Sonya yang sudah mempunyai pacar, sisanya adalah para jomblo semua, untung saja adegan tersebut tidak disaksikan oleh Teh Mia, bisa berabe kalau dia liat, ketauan dong kalau Luna belum waras.

"Heh Anak monyet! Turun!" teriak Dedew.

Luna dan Tika kaget karena tidak mengira ternyata kegiatan mereka berdua ada yang memperhatikan. Mereka berdua akhirnya turun, tanpa basa-basi lagi Tika langsung di serbu oleh gerombolan anak dodol.

"Gimana? Official?" tanya Julian penasaran.

"Di terima lu mesum?" Gwen ikutan menyerbu pertanyaan.

"Nggak sih, status gue masih tetep temen tapi rasa pacar," jawab Tika.

"Lah, mana enak kaya gitu? Pacar bukan temen juga bukan, siap-siap sakit hati," ceramah Dedew.

"Nggak apa-apa, segini dulu aja cukup kok buat gue, kedepan gue bisa ambil seluruh hati Luna." Jawaban Tika sangat PD sekali, dia nggak tau aja bentar lagi bakal gosong itu hati.

&&&

Esok harinya, seperti biasa Luna jalan pagi dan tidak lupa mampir ke rumah bestienya, Alia. Siapa tau kan, dapet nasi goreng gratis.

Dengan ramah dan gembira Luna mengetuk pintu, tidak lama terdengar langkah kaki dan pintu pun terbuka.

OMG!

Mata Luna terbelalak kaget. Bagaimana tidak, niat hati ingin mencari gratisan malah yang muncul sesosok manusia menyebalkan yang selalu ingin Luna hindari dan kini sosok itu berada di depan matanya lagi. OH MY!

"Eh, loh bocil nyasar." Lihatkan, belum apa-apa saja sudah membuat Luna kesal setengah mampus.

"Loh kok Kakak ada disini? Bukannya udah pulang?" tanya Luna sedikit kesal nadanya pun terdengar tidak ramah bintang satu.

"Lah? Suka-suka saya lah Cil, mau balik kek, mau pulang kek, mau jungkir balik guling-guling salto depan Kang bakso kek, mau joget geboy muzair kek, nggak ada masalah kan?"

Mulai nih anak satu memancing keributan alias membuat emosi Luna jelek.

"Alianya ada Kak?" tanya Luna cuek tanpa menatap Anin sembari celingukan menelusuri keberadaan Alia di dalam rumah.

"Kalo ngajak ngomong itu orangnya di liat ya Adik-adik, itu tidak sopan tahu. Paham?" Tuh kan, bukannya ngasih tau Alia ada apa ngga malah ngajak ribut beneran sama Luna. Mata Luna mendelik tajam. Mukanya cemberut lucu, rahangnya mengeras menahan esmosi yang ingin ia keluarkan.

"Apaan sih Cil liat-liat? Ntar naksir lagi, repot gue."

"Amit-amit naksir sama ini orang," batin Luna ingin berkata-kata.

"Diem lagi nahan pup apa gimana nih? Atau malu gara-gara naksir beneran? Salting kah? Bener deh kayaknya. Kalo naksir bilang aja Cil, tapi maaf-maaf nih, aku udah punya pacar," cerocos Anin lagi.

"Dih, emang pentingnya apa sih pake pengumuman segala," gumam Luna dalam hati.

"Hadeuh kayaknya ini bocil kebelet pup beneran deh, Alianya nggak ada cil, kalo mau main PONY besok aja," ujar Anin menekan kata "pony" dengan senyum meledek. Dalam hati Luna makin sebal liat senyuman Anin kalo tidak ingat lebih tua, udah Luna cabik-cabik, smackdown kalik, mungil gitu.

SianinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang