10 - Menyelesaikan

49 10 0
                                    

Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali

11.23

"Bang, ini kita pesen grab? atau gimana?" tanya Jeva saat mereka sudah berada di salah satu coffee shop terkenal yang berada di bandara itu.

"Gua udah bilang papa, minta jemput." Mahen mengambil ponsel genggamnya yang berada di saku celana.

"Nanti Caca tau dong, bang." Sahut Al.

"Tenang aja, nanti di jemput sopir nya, bukan papa gua langsung." Mahen mengetik beberapa pesan kepada sang ayah.

"Aman berarti, Caca lagi ngga pengen sesuatu bang?" Al meminum caramel macchiato milik nya.

"Ngga kata bokap, semoga aja ntar si Caca kaga marah ngeliat kita bertiga." Mahen takut membayangkan reaksi adik satu-satunya itu.

"Aamiin/Aamin." Ujar Al dan Jeva bersamaan.

"Ini masih lama kaga, bang?" Jeva sedikit lelah, dirinya ingin segera merebahkan diri.

"Bentar." Mahen melihat ponsel genggamnya, ternyata supir yang di kirim sang ayah sudah sampai. "Ayo, udah sampe sopirnya." Ketiganya segera berdiri dan membawa barang-barang mereka, termasuk koper-koper mereka.

"Maaf den, lama. Tadi sedikit macet." Sang supir lalu membantu memasukkan barang-barang mereka, setelah semua barang-barang masuk ke dalam mobil. Mereka masuk ke dalam mobil, Mahen berada di depan, sedangkan Al dan Jeva berada di belakang.

"Kenalin, saya Adi, den." Ujarnya pak Adi sopan.

"Iya, pak. Saya Mahen, yang di belakang itu Jeva sama Al." Mahen mengenalkan keduanya sembari tersenyum ramah. "Bapak udah berapa lama kerja sama papa?" tanya Mahen untuk mencairkan suasana, karena Jeva dan Al sudah tertidur di belakang.

"Saya lumayan lama sih, den. Saya kerja sama bapak sudah sekitar tujuh tahun. Saya juga beberapa hari ini selalu nganterin bapak sama non Caca keliling."

"Lama juga ya, pak. Menurut bapak, papa sama Caca tuh orangnya gimana? soalnya udah lama juga saya ngga ketemu beliau."

"Bapak orangnya baik sekali, tapi kalau lagi marah sama serius serem. Kalau non Caca anaknya ceria sekali terus juga tipikal anak yang mudah akrab dengan sekitarnya."

"Kalau saya, pak? saya gimana orangnya? ganteng?" narsis sekali.

"Iya den, ganteng. Bapak sama Bu Jennifer ganteng sama cantik, jadi anaknya juga ganteng sama cantik." Keduanya terkekeh.

"Kira-kira ini masih lama ngga, pak?" tanya Mahen.

"Sebentar lagi den, sekitar sepuluh menit lagi." Mahen menganggukkan kepalanya, deket juga ya ternyata, pikirnya.

***

"Langsung masuk saja den, ini barang-barang nya nanti di bawain." Ujar pak Adi, kini mereka sudah sampai di rumah.

"Ngga apa-apa, pak?" tanya Mahen tak enak.

"Iya den, ngga apa-apa." Pak Adi menganggukkan kepalanya sembari tersenyum, "Nanti di dalam ada mbok Asti, nanti beliau yang menunjukkan kamar kalian." sambung pak Adi.

"Baik pak, makasih ya. Saya masuk ke dalam dulu." Pamit Mahen sedangkan pak Adi hanya tersenyum.

"Ayo." Ajak Mahen kepada Al dan Jeva. Mahen dan Al sangat deg-deg an, sedangkan Jeva dirinya masih mengantuk.

Alvero AnastashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang