3. Stand Out

2.1K 185 6
                                    

===

Langit milik jakarta kembali terang di pagi hari, aku suka cuaca seperti ini, matahari tidak terlalu menampakkan diri tapi tidak mendung juga.

Namun semua itu gak cukup bikin aku pengen sekolah hari ini, cuma sayang banget kalo hari ini gak sekolah soalnya ini hari sabtu yang artinya hari akhir pekan. Aku selalu masuk sekolah, jarang tuh aku gak masuk jadi bisa dibilang aku tipikal anak baik disekolah.

Aku selalu masuk sekolah karena itu satu satunya saat dimana aku berada diluar rumah. Kalo aku gak sekolah, mungkin nginjak semen di teras aja gak pernah.

Tapi aku seseorang yang mengerti terkadang kita harus berada diluar rumah agar tidak menjadi orang gila.

Tapi kali ini mau jadi gila saja aku tidak peduli, karena aku sangat tidak mau pergi ke sekolah. Air mengalir membasahi tanganku, aku dari tadi mencuci piring sambil merenung entah mengapa aku suka saja merenung memikirkan suatu hal asal itu bukan fisika, mtk atau sejenisnya.

"Dek kamu ngapain diam diam gitu? piringnya sudah selesai dicuci?" Tanya seseorang yang sangat ku kenali suaranya, kak Anjani namanya, Anjani Anindita. Namanya cantik bukan? kami penghuni rumah ini memanggil nya Dita, karena namaku dan kak Dita mirip mirip.

Kata bunda nama belakang kakak ku sangat cocok untuk orangnya sendiri dan aku setuju, Anindita bermakna sempurna dan unggul tentu itu sangat menggambarkan kakak ku, ya aku tau memang tidak ada yang sempurna di hidup ini tapi kadang aku berpikir kakakku mungkin memang termasuk salah satu species langka di bumi ini.

Bagaimana tidak? aku dan dia sangat berbeda, kalau aku hebat di seni lukis maka kak Dita hebat di seni lukis dan seni musik, kalau aku hebat di IPS maka kak Dita hebat di IPS dan di IPA, kalau aku juara dikelas itu artinya kak Dita juara umum.

Sungguh sekagum kagumnya aku pada kak Dita, aku lebih kagum kepada Ayah dan Bunda ku yang tidak pernah membanding bandingkan aku dengan kak Dita, padahal aku pantas banget buat dibandingkan kalo disandingkan sama kak Dita.

Emangnya Arsyana Rinjani bisa apa? boro boro menangin lomba kaya kakaknya, ikut lomba aja gak pernah. Bahkan saat ada guru yang menawar siapa yang mau jadi petugas upacara dia bakalan nunduk nunduk.

Ya itulah gambaran tentangku yang berbanding terbalik dengan kak Dita, kak Dita dikenal, dia selalu mendominasi dan selalu menonjol diantara yang lain, aku sangat bangga padanya dan aku merasa beruntung punya kakak sehebat dia.

"Ini baru selesai kak" Kak Dita mengangguk angguk dia kemudian memperhatikan arloji nya, dia terlihat sangat dewasa seperti itu padahal umur kami hanya beda 1 tahun, aku mah pake handbody di tangan aja nggak.

Mungkin itulah kenapa kalau ayah bunda bilang aku itu adiknya kak Dita orang orang akan terkejut, karena kami memang gaada mirip miripnya sama sekali, bahkan sebagian dari mereka baru tau ayah dan bunda punya 2 anak sangking aku gak pernah menunjukkan diri, orang orang kebanyakan tau kak Dita itu anak tunggal.

"Ayo Ni, berangkat nanti kamu terlambat, oh ya bunda sama ayah pamit duluan tadi sekitar jam 4 ada urusan tadi." aku hanya mengangguk  orang tua ku selalu begitu, mereka tidak akan pamit kepada ku karena mereka tau kak Dita lebih bisa diandalkan dari pada aku.

Mereka mengira aku masih kecil padahal aku tau setiap mereka pamit mereka akan berpesan ke kak Dita "Jaga adikmu ya" gitu.

Mereka semua, dirumah ini, mereka alasan kenapa diriku yang biasa biasa saja bisa merasa spesial, karena mereka orang orang hebat ...bunda, ayah, kak Di. Menjadi alasan kenapa aku enggan berubah, setiap aku menginjak tanah disini rumah ini seakan berbisik padaku "Cukup jadi dirimu saja." dan tentu aku mematuhinya.

NOO!TICEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang