Setelah kurang lebih selama setengah jam berbincang-bincang dengan Papi dan juga Kakaknya, Marvin akhirnya kembali ke ruang tamu untuk langsung mengajak Gianna pergi dari rumah orang tuanya.
"Tadi Mami nggak ada nanya aneh-aneh kan, Gi?" tanyanya begitu mobil Rolls Royce Wraith warna Jubilee Silver yang ia kendarai sudah keluar meninggalkan hunian yang menjadi tempatnya dibesarkan.
"Nggak ada," jawab Gianna seraya menggeleng tanpa tenaga.
Marvin pun menolehkan kepalanya sekilas. Tangan kirinya yang tidak memegang kemudi kemudian bergerak untuk mengelus surai kecoklatan Gianna dengan pelan. "Lemes banget. Kenapa?"
"Bisa-bisanya lo masih nanya kenapa."
Pria itu tertawa mendengar jawaban sewot yang ditujukan untuknya. Dia punya satu dugaan kuat kenapa Gianna bersikap seperti ini. "Pasti lo nggak pernah diajak ketemu sama keluarga cowok lo ya sebelumnya?"
"Sok tau."
"Keliatan kali. Ekspresi lo tegang banget tadi. Mana pas gue pegang tangan lo dingin banget kaya orang lagi sakit," ujar Marvin sambil tertawa mengejek yang terdengar amat sangat menjengkelkan di telinga Gianna.
"Ya kan dari awal udah gue bilang kalo gua takut. Tapi lo masih aja ngajakin gue."
"Tapi tadi lo sendiri yang suka rela mau nemenin gue asal guenya nggak marah. Masa udah lupa?" Marvin kembali mengungkit ucapan Gianna beberapa jam yang lalu saat setuju untuk menemaninya mampir ke rumah orang tuanya.
"Ya iya, tapi kan tetep aja. Gue setuju karena nggak kepikiran bakal lo tinggal sendirian kaya tadi. Kalo dari awal tau gitu udah pasti gue nggak akan mau lah."
Marvin yang merasa bersalah pun kembali mengelus puncak kepala wanita di sampingnya dengan gerakan pelan. "Maaf ya, sayang."
Gianna melotot tajam, lalu dia menepis tangan Marvin di puncak kepalanya dengan kasar. "Nggak usah sayang-sayang. Gue geli banget dengernya."
"Kalo salting bilang aja."
"Nggak ada ceritanya gue salting gara-gara lo."
Bukannya merasa tersinggung, Marvin malah semakin mengeraskan tawanya hingga menggelegar di dalam mobil. Dia jadi gemas sendiri ketika sedang menggoda Gianna seperti yang sekarang dia lakukan.
Apalagi sejak dia sadar jika wanita itu memiliki ketertarikan padanya, Marvin jadi semakin gencar menggoda Gianna hingga membuatnya cemberut kesal.
Sementara Gianna kini kembali teringat akan satu hal yang cukup mengganggunya sejak tadi. Hal yang ingin sekali dia sampaikan secara langsung pada Marvin karena menyangkut status hubungan mereka.
"Kak."
"Hmm?"
"Tadi itu kayanya Kakak lo sama Mami lo udah salah paham deh. Masa mereka ngiranya kita lagi pacaran," ujar Gianna lirih sambil menunduk dan memainkan kukunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends With Benefits [✓]
FanfictionMarvin dan Gianna memang telah sepakat untuk menjalin hubungan yang cukup rumit tanpa melibatkan perasaan di dalamnya. Namun mereka bisa apa jika takdir malah berkata sebaliknya? ©️zrstly, 2022