Kerinduan Memuncak

693 130 71
                                    

"Kau sedang apa, Infante?"

Merasa terpanggil, pangeran bungsu lantas menoleh. Dapati ketua medis kerajaan tengah berjalan menuju kearahnya sambil membawa semangkuk salep ramuan herbal untuk mengobati luka Raja Heeseung.

Bibir Infante sunggingkan senyum tipis. Kepala nya lantas menggeleng, "Tidak ada, Jungwon. Aku tak lakukan apapun."

Jungwon sempat berhenti melangkah karena ada tenaga medis lain yang datang meminta salep obat yang dirinya bawa. "Sebelum salep ini dioleskan, basahi dulu luka nya dengan sedikit air, ya?"

"Baik!"

Saat tenaga medis nya sudah berlalu, Jungwon kembali melangkah dekati Pangeran kemudian meminta izin untuk duduk di sebelahnya.

Mata Jungwon sontak bergerak menatap benda kecil yang ada di tangan Infante. Sebuah mutiara berwarna biru di dalam nya dan putih diluar nya. Mutiara itu berkilauan walaupun tidak tersentuh cahaya sedikitpun. Sangat indah.

"Indah sekali." Kagum Jungwon yang langsung direspon dengan anggukan kepala oleh Pangeran.

"Mutiara ini ingin aku simpan dengan aman. Tapi untuk barang sekecil ini, aku takut akan hilang dan tidak kusadari nantinya."

"Begitu ya..." Jungwon langsung berdiri, menoleh kearah Infante, "Tunggu disini dulu. Aku akan segera kembali."

Selepas memerintah sang Pangeran untuk menunggu, Jungwon lantas berlalu keluar dari ruangan yang menjadi kamar rawat Raja Heeseung beserta Tuan Jake. Pangeran bungsu hanya menatap kepergian Jungwon hingga punggungnya tak lagi terlihat.

Pandangan nya kini kembali terarah pada sebuah mutiara kecil yang sedari tadi ia genggam. Banyak yang tengah ia pikirkan, rasa cemas mendera nya, takut dirasakan, bagaimana kalau sang Ibunda melihat barang ini lalu dirinya akan semakin jatuh ke dalam pusar kegelapan dan kembali terpuruk. Tapi Riki kira, ini akan jadi kabar membahagiakan bagi kedua orang tua nya yang sudah lama mengharapkan secercah keajaiban untuk kabar keberadaan putra sulungnya.

Tanpa sadar Pangeran Riki telah larut dalam lamunan, menggenggam erat mutiara yang bisa jadi petunjuk. Setitik harapan yang suatu saat nanti akan terpupuk nyata.

"Kau dimana? Dimana telapak kaki mu kini berpijak? Bagaimana rupa dan kabar mu?"

Tak tak tak tak!

Suara langkah kaki yang cepat sadarkan Pangeran bungsu dari lamunan nya. Kepala nya spontan menoleh disaat Jungwon sudah kembali mengambil tempat duduk disebelahnya.

"Boleh ku pinjam mutiara mu sebentar?" Izin Jungwon sopan yang tanpa ragu langsung dituruti oleh sang Pangeran.

Mutiara nya sudah berpindah tangan, Jungwon yang menjadi penerima nya langsung memulai rencana yang ia pikir tadi. Ia tadi pergi untuk mengambil beberapa alat dan bahan yang ada di kamar nya kemudian secepat kilat kembali kesini. Tak ingin buat sang Pangeran terlalu lama menunggu.

"Akan aku buatkan kalung, dengan begitu kau bisa memakainya dan tidak akan takut hilang."

Jungwon terkekeh ketika melihat reaksi Pangeran yang sedikit linglung. Tapi langsung terpecah sedikit tawa ketika dengan polosnya si Pangeran malah ucapkan kata terima kasih padanya.

Dengan teliti Jungwon rakit satu demi satu barang yang ada di tangan nya agar jadi sebuah karya indah, khusus untuk si Pangeran bungsu. Wajah serius nya pun jadi pusat perhatian sang pangeran yang mulai pasang wajah sendu nya perlahan.

Teringat akan kenangan lama.

Sang Ibunda juga sering lakukan hal serupa, bahkan sampai sekarang masih begitu. Merakit, membuat, ciptakan lalu kumpulkan barang-barang indah. Bukan untuk suami nya, bukan untuk dirinya sendiri, bukan juga untuk Pangeran bungsu, melainkan untuk sosok lain yang jiwa raga nya tak bersama mereka.

Heaven Of White || Sunsun (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang