Pernahkah kamu menjumpai hal tak terduga secara tiba-tiba?
"Stop! Itu kucingnya kasihan!"
"Mana?"
"Itu! Makanya berhenti dulu!"
Adikku yang sedang mengendarai motor langsung melipir ke tepi jalan. Tanpa pikir panjang, bahkan sebelum motor benar-benar mati, aku langsung menghampiri si kucing oranye. Kudekati dia dengan perlahan sembari menatap matanya yang berbinar nanar. Kaki kanan depannya patah... tidak, lebih tepatnya setengah hancur dan mengering. Aku tidak tahu seberapa lama dia menahan rasa pilu dan seberapa sakit yang telah dirasakannya selama ini. Kucing itu seolah mengerti maksudku datang. Dia jalan terpincang-pincang, menyambut tanganku dengan elusan kepalanya yang kasar karena banyak bekas luka dan jamur.
"Sini, ikut sini."
Dengan hati-hati aku menggendongnya sembari membisikkan padanya untuk tetap tenang. Adikku, Daryn, ikut prihatin setelah melihat kondisi kucing digendonganku.
"Kakinya parah," komentarnya. "Ayo kita cari klinik terdekat."
Dan ternyata hal tak terduga tersebut mengantarkanmu ke hal tak terduga lainnya, pernahkah kamu?
"Kami menemukannya sudah seperti itu," ucap Daryn kepada sang dokter hewan. Setelah mencari-cari di internet, kami menemukan satu klinik hewan terdekat dari posisi kami menemukan kucing malang itu. Kami langsung meluncur ke sana, mendaftar, lalu menunggu giliran dipanggil karena ada seseorang yang masih berada dalam ruangan.
Dokter hewan itu melihat ke arahku sekilas, sebelum akhirnya memeriksa seluruh keadaan terutama kaki dan kulit si kucing. Dia menjelaskan kemungkinan besar si kucing korban tabrak lari. Kakinya yang terluka parah dibiarkan hingga mengering tak terurus. Dokter menyarankan untuk operasi sebelum kakinya yang busuk semakin melebar. Itu artinya si kucing akan menginap di klinik ini untuk beberapa waktu. Kami berdua langsung setuju. Untuk kulitnya, dokter akan memberikan obat luar.
Sang dokter kemudian memanggil seseorang di luar untuk membawa si kucing ke ruangan khusus bersama dengan kami. Daryn sudah lebih dulu mengikuti, sedangkan aku berbalik badan menatap sang dokter.
"Maaf jika menyinggung, apa ada yang salah dengan penampilan saya?"
Sang dokter tersenyum, lalu menggeleng pelan.
"Oh." Aku pasti terdengar aneh, tetapi tidak mungkin aku berterus-terang kalau aku merasa diperhatikan olehnya. Bisa saja dia hanya melakukan pekerjaannya dengan baik dan berusaha bersikap ramah kepada siapapun. "Kalau begitu saya permisi, Dok."
"Iya, sampai bertemu lagi."
Pernahkah pada akhirnya kamu sadar bahwa itu bukan sekadar hal tak terduga yang singkat, melainkan menjadi awal dari perubahan di hidupmu?
Aku dan adikku bergantian menjenguk si kucing tak bernama itu. Pokoknya siapa yang tidak sibuk, dia yang akan datang. Tidak jarang juga kami datang berdua karena sama-sama penasaran dengan kondisi si kucing. Walaupun sudah diinfokan melalui WhatsApp beserta foto, kami belum merasa puas jika tidak melihat secara langsung.
Si kucing ditangani oleh dokter yang bernama Abel. Itulah yang kubaca dari pin name tag yang tersemat. Dia terlihat masih muda, mungkin sekitar usiaku. Dia sangat ramah dan sabar. Bahkan ketika menghadapi si kucing malang yang sering mengamuk tiap kali diperiksa. Bagi si kucing, dokter hewan nampak seperti ancaman jahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cincin Kertas
RomanceLyra dikejar-kejar oleh seorang dokter hewan yang sepertinya terlalu percaya pada cinta pada pandangan pertama. Lyra menjauh selangkah, Abel mendekat empat kali lipat. Membuat Lyra kewalahan. Dan... Terjadilah pernikahan. Akankah Lyra membuka diri...