Come Back to Me, Please!

117 24 7
                                    

Tzuyu memasukkan kertas sketsanya ke dalam sebuah map, menyimpannya di atas meja kemudian mendesah kencang. Ia menatap ruang tamunya yang kini berantakan, berubah menjadi ruang kerja. Beberapa maneken yang berjejer di sisi ruangan dan sisi lain ada gantungan-gantungan gaun tanpa lemari.

"Kita akan melanjutkannya besok." Mi-Ran bertepuk tangan dan mematikan laptop. "Ternyata toko online bukan pilihan buruk." Gadis itu tersenyum senang. Mereka tidak punya tempat display dan kini menjadikan situs yang telah ada sebelumnya sebagai tempat pemasaran produk. 

Mi-Ran yang bersemangat memasarkan dan Eun-Jung yang bersemangat membuat pola-pola gaun membuat Tzuyu kembali memiliki harapan.

"Kami pulang, Eonni." Eun-Jung dan Mi-Ran melambaikan tangan, lalu keluar dan daun pintu tertutup.

Tzuyu menghempaskan punggungnya pada sandaran kursi. Ia kembali sendirian, setelah malam kemarin Dae-Won dan Eomma pergi tanpa sepengetahuannya. Ia pikir, perkataannya sore itu pada Dae-Won tidak akan ditanggapi serius, tidak berarti apa-apa. Ia pikir Dae-Won akan memahami sikapnya yang masih sensitif dan meledak-ledak karena kehilangan Chou's Boutique. Tetapi... Dae-Won malah benar-benar pergi, membawa Eomma-nya.

Tzuyu menghampiri meja makan, duduk di sana untuk menatap dapur yang biasanya terasa hangat karena uap masakan, wangi makanan, dan suara berisik beradunya alat masak. Kali ini tidak. Kitchen set hari ini sangat rapi, tidak tersentuh. Kembali seperti semula, saat ia hidup sendirian dan merasa baik-baik saja.

Ah, benar. Ia hidup dengan baik sebelum Dae-Won dan Eomma-nya datang. Malah, ia sangat nyaman dengan kesunyian dan kesendirian di rumahnya. Tapi ternyata, setelah dua orang itu sempat hadir di hidupnya, ia tidak bisa kembali hidup baik-baik saja.

Ia menatap layar ponselnya. Mencari nomor Dae-Won dan mencoba menghubungi bocah itu. Terdengar nada sambung telepon yang panjang dan berakhir suara operator yang mengatakan kalau pemilik telepon tidak menjawab—selalu berakhir seperti itu sejak siang tadi ia melakukannya.

Saat akan membaringkan tubuh ke sofa di ruang tamu, suara ketukan pintu tiba-tiba terdengar dari arah luar. "Masuklah!" Ia berteriak, sangat yakin bahwa itu adalah Eun-Jung dan Mi-Ran. "Ada yang tertinggal?" tanya Tzuyu seraya bangkit dari sofa dan melangkah menuju pintu.

Pintu terbuka. "Kau benar-benar mengizinkanku masuk? Dengan mudah?" Seorang pria dengan coat hitamnya, memasuki rumah dengan sebuket bunga di tangannya.

 "Kau benar-benar mengizinkanku masuk? Dengan mudah?" Seorang pria dengan coat hitamnya, memasuki rumah dengan sebuket bunga di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tzuyu mengerutkan kening seraya menghampiri pria itu. "Kau...Keluar," titahnya dengan suara ringan.

Pria itu, Kim Taehyung mendecih. "Kau menyuruhku masuk dan sekarang seenaknya menyuruhku lagi untuk keluar?" Taehyung masih di tempatnya, tangannya terulur untuk memberikan buket bunga mawar merah pada Tzuyu. "Untuk merayakan Rose's Day. Ini bulan November, kan?"

Tzuyu menyipitkan matanya. "Untukku?" tangannya terulur, hendak meraih bunga itu.

"Untuk Nam Ahjumma, di mana dia?" Taehyung melongokkan wajahnya, menatap Tzuyu yang sudah mendelikkan matanya. "Jelas saja untukmu." Ia meraih tangan Tzuyu untuk menerimanya.

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang