01

1.9K 195 2
                                    


"Akira-chan, kapan papa mu datang?"

Anak laki-laki bersurai hitam yang dipanggil Akira menoleh, "Mungkin sebentar lagi. Papa pasti sedang mengurus Tobio dulu." Jawabnya.

"Iwa-san sendiri kenapa tidak pulang?" Tanya Akira.

Lelaki yang dipanggil Iwa-san tersebut mengelus surai milik Akira. "Iwa-san akan menemani kamu lagi, daripada nanti kamu diculik orang yang menakutkan." Ucap Iwaizumi.

"Iwa-san, jangan menakut-nakuti." Mulut cemberut milik Akira benar-benar menggemaskan.

Iwaizumi tertawa, mereka cukup dekat untuk hubungan guru dan murid. Iwaizumi sendiri sudah menganggap Akira anak kandungnya, apalagi Akira tidak memiliki mama.

Dia dengar, mama dan papa Akira bercerai ketika anak kedua sekaligus adik Akira lahir. Beruntung hak asuh kedua anak tersebut berada ditangan papa nya, tak bisa dibayangkan ketika hak asuh anak jatuh pada sang mama yang sangat membenci anak sendiri.

Tak beberapa lama, terlihat mobil hitam yang berhenti disana. Lalu keluarlah lelaki bersurai coklat yang memakai jas kantornya dan kacamata yang bertengger di hidungnya. Menambah kesan menawan untuknya.

"PAPAA!!" Seru Akira saat melihat papa nya menjemput dirinya.

Papa nya tersenyum, lalu merentangkan kedua tangannya. Akira menghampiri sang papa dan berhamburan memeluknya.

"Iwaizumi-san, maaf merepotkanmu lagi" Sesal papa Akira.

"Tak perlu meminta maaf Oikawa-san. Lagipula anda menjemput Akira lebih cepat dari biasanya" Ucap Iwaizumi.

Yes, papa Akira alias Oikawa Tooru. Menjemput si sulung lebih awal, dan juga tidak menggendong Tobio.

"Kebetulan kuliah adikku sedang libur. Jadi si bungsu diurusnya, itulah mengapa saya lebih cepat menjemput Akira" Jelas Oikawa.

Iwaizumi mengangguk paham, dia beralih pada Akira yang berada digendongan Oikawa.

"Baiklah, Akira-chan. Sampai jumpa besok, berjanjilah untuk membantu papa mu mengurus adikmu" Pesan Iwaizumi.

Akira mengangguk senang, melambaikan tangan mungilnya untuk mengucapkan sampai jumpa.

Iwaizumi juga melakukan hal yang sama. Saat dirinya akan menuju ke mobilnya, sebuah pergelangan tangan mencegahnya.

Iwaizumi menoleh, dia tau tangan itu milik Oikawa.

"Maaf jika mengganggu, tapi bisakah besok kau mengantarkan Akira kerumah? Tak apa jika anda menolak." Ucap Oikawa.

"Memangnya kau besok tidak bisa menjemputnya?" Tanya Iwaizumi.

"Jika aku bisa, tidak perlu repot-repot meminta bantuanmu, Iwaizumi-san."

"Baiklah, bisa kirim alamat rumahmu?"

"Ini, tulis nomormu. Nanti aku akan mengirimkannya" Ucap Oikawa sembari memberikan ponselnya.

Iwaizumi dengan cepat mengetik nomornya di ponsel Oikawa. Lalu memberikannya kepada sang pemilik.

"Urusanku besok tidak lama. Akan ku antar Akira-chan ke rumah lebih awal. Pulanglah sekarang, anakmu sudah tertidur." Ucap Iwaizumi sembari meninggalkan papa dan anak tersebut.

.
.
.
.

"Aku pulang"

"Kok lama kak? Biasanya sekejap langsung datang" Ucap lelaki yang berada di sofa, dia adik Oikawa Tooru, panggil saja Kenma.

Oikawa melirik jam yang menunjukkan pukul 12.20 dan dia berangkat menyusul Akira sekitar jam 11.50.

"Kau mencari istri baru ya?" Canda Kenma.

"Gila saja, aku tidak punya waktu untuk itu" Ketus Oikawa.

"Baiklah-baiklah. Kemarikan Akira, aku akan menidurkannya di kamar. Kau tunggu Tobio, dia tidak tidur" Ucap Kenma, dia mengambil alih Akira dan pergi ke lantai 2.

Oikawa menghampiri si bungsu yang berada di ayunan bayi, "Tobio-chan, kenapa tidak tidur hum?" Ucapnya.

Tobio yang menyadari kehadiran sang papa, segera merentangkan kedua tangannya. Inilah yang dilakukan Tobio saat bertemu papanya.

Bahkan Oikawa harus menidurkan Tobio sebelum berangkat bekerja. Karena jika tidak, Tobio akan terus menangis dan tak bisa diambil dari gendongan Oikawa.

Oikawa tersenyum tipis, mengangkat tubuh mungil si bungsu dan memangku nya. Tobio memeluk erat papanya.

Oikawa menatap pilu sang anak. Dimana anak-anak lain yang baru lahir akan dipeluk oleh ibunya, namun Tobio ditolak olehnya. Tobio lahir tanpa merasakan pelukan ibunya.

"Keputusanmu untuk menceraikannya sudah benar. Kau juga bisa membuktikan jika kau bisa merawat kedua anakmu dengan baik" Ucap Kenma yang baru saja turun.

Oikawa hanya diam tak berkutik, terus memandang wajah si bungsu yang mulai tertidur dalam pelukannya.

"Lagipula, sudah pasti kau memikirkan bagaimana keadaan Akira dan Tobio waktu kau tidak melihatnya selingkuh dengan pria lain"

"Tenang, walaupun sudah bercerai dengan wanita jalang itu, aku siap mengurus dua keponakan kesayanganku." Ucap bangga Kenma.

"Lulus kuliah dulu, lalu menikah sana." Sindir Oikawa.

"Cih, kuliah sudah membuatku ingin mati saja"

"Aku akan menemani Akira tidur, kau temani Tobio. Sudah dipastikan dia akan menangis seperti biasanya saat kau tidak bersamanya." Kenma berdiri dan berjalan menuju kamar Akira.

Oikawa tersenyum, adiknya berubah saat dirinya menikah. Walaupun mereka sering tidak akur, namun hubungan mereka paling dekat.

Dari awal Kenma sudah tidak menyukai wanita yang dinikahinya. Dia selalu berkata ; "Aku membenci wanita itu, terlihat tidak baik" Dan benar saja, wanita yang dicintainya selama 5 tahun berselingkuh saat mengandung anak bungsu nya.

Mereka bercerai 3 bulan yang lalu, tepat kelahiran Tobio. Oikawa tak peduli hal tersebut, dia sekarang hanya fokus untuk mengurus Akira dan Tobio.

"Hahh, baru lahir sudah berat untukmu ya, nak." Gumam Oikawa.

Oikawa menidurkan Tobio dengan perlahan, lalu dirinya ikut menidurkan diri disamping si bungsu. Memeluk erat seperti tak ingin kehilangan sang anak. Tak beberapa lama, dirinya ikut memasuki alam mimpi seperti Tobio.

.
.
.
.
.
.

Random nya isi otak, kalau buanyak draft yang mengode buat dilanjutin. Tapi sayangnya, otaknya udah ga nyampe lagi :)

See u next chapter~

new mom [ OiIwa ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang