Daublee upp yeayy!! 🎉🎉💕💕
Happy reading alll 💃💃
***
Setelah proses kegiatan belajar mengajar selama beberapa jam. Bel pulangpun akhirnya berkumandang.
Daffa nampak buru-buru keluar kelas tidak tahu kenapa. Sedangkan Sesil baru saja memasukkan buku catatannya, setelahnya dia menyelempangkan tote bagnya.
Namun, saat hendak keluar kelas langkahnya terhenti setelah mendengar panggilan dari seseorang dari arah belakangnya.
"Sil"
"Iya Ka?" Sahut Sesil sambil membalikkan badannya hingga kini dia berhadapan dengan Raka. Orang yang memanggilnya.
"Ehm. Habis ini, lo ada acara nggak?" Tanya Raka dengan tersenyum ramah.
"Em. Nggak ada sih tap-" belum selesai Sesil bicara ponselnya tiba-tiba berdering. Setelah melihat si penelpon Sesilpun meminta waktu pada Raka untuk mengangkatnya di tempat yang sedikit jauh dari Raka.
"Hallo po?"
"Hallo Li, sorry ya kita nggak bisa pulang bareng. Nyokap gue curiga masalah gue makan bareng lo di Secret Cafe"
"Hah? Terus gimana dong? Kamu mau ngasih tau sebenarnya sama tante Rara?" Shock Sesil namun masih menjaga intonasi suaranya agar serendah mungkin.
"Soal itu biar jadi urusan gue! Gue cuma mau ngasih kabar biar lo nggak nungguin gue. Dah dulu ya. Gue mau mikirin cara buat ngasih alesan ke mamah. Bye"
"Bye" Dengan lesu Sesil menutup obrolannya kemudian kembali mengantongi ponselnya.
Lalu dia kembali menghampiri Raka yang tengah duduk di sebuah bangku.
"Kok lesu? Ada masalah?" Tanya Raka khawatir.
"Nggak ada kok" Jawab Sesil kalem.
"Ehm. Syukurlah. Jadi? Lo ada acara atau nggak?" Tanya Raka kembali ke inti pembicaraan.
"Kayaknya nggak ada"
"Kalo gitu, lo mau temenin gue nggak ke toko buku buat cari buku bacaan yang bisa perbaikin mood?" Pinta Raka dengan raut tak terbacanya.
"Emang mood kamu lagi nggak baik ya?"
"Baik kok. Bukunya buat abang gue, kebetulan dia suka baca, dan besok lusa dia ultah" Tepis Raka dengan tersenyum hangat.
"Oh. Kirain. Hehehe. Kalo gitu bentar dulu ya aku mau izin mamih dulu" Sahut Sesil sambil kembali mengambil ponselnya.
Namun, saat jemarinya hendak mendial nomor mamihnya. Dia teringat perkataan Daffa yang melarangnya untuk berdekatan dengan Raka. Tak ingin membuat Daffa marah, Sesilpun memilih jalan tengah dengan 'pura-pura' menelpon mamihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DaffaLia
Teen Fiction"backstreet and hurt in one side" *** Sebagian kisah, mungkin menganggap 'backstreet' adalah kisah yang tenang dan meminimalisir kehebohan publik. Tapi, berbeda halnya dengan Sesil. Dia harus memendam beribu luka, dikala dia harus menjalin kisah dia...