°
°
°
°
°
°
°
°
°
KA
F
K
A
04
—————————————————
Sesuai yang dokter sarankan, Agra akhirnya membawa anaknya itu ke psikiater. Seorang psikiater menyambut kehadiran pasiennya dengan senyum ramah. Melihat Kafka tidak merespon, dokter Katrika mengerti yang terjadi dengan pasiennya itu.
"Apa anda bisa menceritakan apa yang terjadi pada anak anda pak?" tanya nya to the point.
Agra menceritakan akar permasalahan yang terjadi. Tanpa menceritakan dirinya Yang sering melakukan kekerasan pada kedua putranya itu. Dokter Katrika kemudian melakukan hipnoterapi pada Kafka, agar anak tersebut bisa melepaskan semua beban dihatinya.
Awalnya Kafka diam membisu, sampai akhirnya air mata anak itu mengalir dan terisak dengan mata yang terpejam.
"Ka-kakak...hikss.." Agra terkejut, kata yang Kafka ucapkan pertama kali saat dihipnotis adalah sang kakak.
"Ka-kakak jangan pergi! Jangan tinggalkan Kafka sendiri. Kakak jangan pergi hiks.." tangisan Kafka terdengar sangat pilu, hingga Agra pun tak tahan lagi untuk tidak meneteskan air matanya.
"Kafka sangat sayang kakak ya?" tanya dokter muda itu.
"Kenapa sangat sayang kakak?" tanyanya lagi.
Kafka terdiam sejenak. Mungkin dia bingung harus mengungkapkan dari mana tentang sosok Adnan dimatanya.
"Kakak segalanya bagiku. Kakak itu merangkap sebagai ibu dan juga ayahku." Ia mulai mencurahkan isi hatinya.
"Ayah? Bukan kah Kafka punya Ayah? Pak Agra kan ayahmu?"
Agra menelan ludahnya. Seolah pria itu tahu apa yang akan dikatakan Kafka selanjutnya.
"Dia bukan ayahku. Dia itu Hitller dijaman modern. Dan juga bagaikan titisan Fir'aun, aku sangat membencinya. Gara-gara dia kakak mengakhiri hidupnya.hiks.."
Dokter Katrika melirik kearah Agra yang tengah tunduk sembari meneteskan air matanya.
"Kafka. Kalau ayahmu sering memarahi kalian bukan berarti dia tidak sayang. Pasti semua ada alasannya." Dokter muda itu mulai memasukkan kata-kata positif untuk menekan emosional dalam diri Kafka.
"Tidak ada alasan bagi seseorang yang kejam dan selalu mendoktrin anaknya agar menjadi orang hebat, orang pintar dan membanggakan. Tidak semua anak bisa melakukannya, tidak semua anak berotak pintar. Kenapa harus memaksakan kehendak pada anak kalau memang anak tidak mampu."
"Disaat semua anak asyik bermain. Aku dan kakak dipaksa belajar terus-menerus. Tiada hari tanpa belajar. Bahkan aku dan kakak tidak punya teman diluar rumah selain teman yang bertemu disekolah. Saat dirumah kak Adnan lah temanku. Dia sangat baik dan menyayangiku. Tanpa dia, aku tidak punya siapa-siapa. Aku ingin mengakhiri hidupku agar bisa bertemu kakak lagi."
"Tapi surat yang kak Adnan tinggalkan selalu menjadi penghalang untukku bertemu dengannya."
"Surat? Apa isi surat itu?" tanya dokter Katrika lebih dalam.
"Kakak bilang jangan pernah melakukan hal seperti yang dia lakukan. Dia juga bilang cuma pergi sebentar saja dan akan kembali suatu saat nanti. Tapi aku tidak mengerti, kakak memaksaku berjanji agar tidak meninggalkan manusia kejam itu. Apa kakak tidak tahu aku sangat membencinya, bahkan aku ingin sekali membunuhnya."
Dokter Katrika mulai mengambil kendali karena pasiennya itu menunjukkan sisi keemosian yang sulit dialihkan.
"Kafka dengar! Terkadang apa yang kita anggap baik, belum tentu itu baik. Begitu juga sebaliknya. Apa yang kita nilai buruk ternyata tidak buruk sama sekali. Mungkin cara Ayahmu mendidik kalian memang salah tapi percayalah semua yang dia lakukan demi kebaikan kalian."
"Tapi karena kebaikannya itu, aku jadi kehilangan kakakku." ucapnya dengan lirih.
"Sepertinya luka batin yang anak ini alami sangat dalam. Kepribadiannya juga sangat kuat. Bahkan meski dibawah pengaruh hipnoterapi, seolah tidak bisa memasukkan hal positif dalam pikirannya." batin dokter Katrika.
"Baiklah Kafka kita cukupkan disini. Sekarang kamu bisa bangun dari tidurmu!"
Agra bergegas menghapus air matanya. Pria itu juga menyeka air mata Kafka yang masih mengalir di pipinya.
Dokter Katrika memberi kode pada perawat agar membawa Kafka keruang tunggu. Sementara Agra dibiarkan tetap tinggal karena ia ingin berbicara pada pria paru baya itu.
"Sebenarnya apa yang terjadi pak? Kalau apa yang dikatakan Kafka benar, bapak bisa berurusan dengan hukum. Bapak sudah melakukan diskriminasi, ekploitasi dan penganiayaan terhadap anak-anak. Semua itu sudah diatur dalam undang-undang perlindungan anak." jelas Dokter Katrika dengan tegas.
"Aku akui caraku mendidik anak memang keras dok. Tapi aku ingin anak-anakku tidak menjadi bodoh sepertiku. Aku tidak ingin ia diremehkan oleh orang-orang. Apalah dayaku dok, hidup sendiri dengan mengurus dua anak. Ibu mereka pergi entah kemana dan itu karena aku bodoh dan tidak berharta. Aku tidak ingin anakku mengalami nasib serupa."
"Apapun alasannya itu sama sekali tidak dibenarkan pak. Saya mungkin bisa tutup mulut, tapi kalau sampai ini terulang lagi tentu saja saya tidak akan tinggal diam." Ucapnya dengan penuh penekanan.
Ia menghela napas, hampir saja dirinya lepas kendali.
"Saya sarankan lakukan terapi pada Kafka seminggu sebanyak 2 kali. Sebab kalau itu tidak dilakukan dia akan semakin terpuruk dalam luka batinnya." sambung dokter tersebut.
•••••••••••
Sejak saat itu Agra melakukan terapi secara berulang-ulang namun tetap saja tidak membuahkan hasil. Malah Kafka kini melakukan hal-hal yang impulsif dengan menghancurkan semua barang-barang dirumah.
"Dengan berat hati saya harus mengatakan kalau Kafka mengalami gangguan kejiwaan. Pasien tidak bisa berada 1 atap dengan anda, karena di alam bawah sadarnya sudah terdoktrin bahwa anda lah penyebab dari kematian kakaknya. Saya khawatir dia bisa menyakiti anda sewaktu-waktu. Dia harus dirawat dirumah sakit Pak."
"Ja-jadi..."
"Dengan alasan keamanan ia harus dirawat dirumah sakit jiwa. Takutnya ia tidak hanya menyakiti anda tapi juga menyakiti tetangga sekitar. Dan ini sangat berbahaya." ucapnya lebih jelas.
Agra tersadar lemas dikursi. Sangat berat melepas Kafka, dan dia tidak ingin hidup sendiri.
°
°
°
°
°
Minggu,25 September 2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
K A F K A
Random^Tentang penyakit mental yang dialami Kafka Abian Vares^ ••••••••••••• "Dengan berat hati saya harus mengatakan kalau Kafka mengalami gangguan kejiwaan. Dia tidak bisa berada satu atap dengan anda, karena dialam bawah sadarnya sudah terdoktrin bahw...