08xxx: I miss you😘
08xxx: kapan bisa ketemu?
Ruri segera menghapus chat yang baru saja masuk ke HP-nya, ia mematikan benda pipih itu dan memasukkannya ke dalam laci meja, matanya kembali fokus ke papan tulis, mencoba mencerna materi yang sedang dijelaskan.
Fokusnya kembali pecah ketika Ago menyenggol pelan tangannya, ia menoleh dan melihat Ago menatap ke arah lacinya. Di sana ponselnya menyala, nomor yang tadi sudah di hapusnya terpampang jelas di layar ponsel. Ruri mendengus kecil, ia segera menggeser ikon telepon berwarna merah dan kali ini benar-benar membuat HP-nya mati total.
"gue kira lo sudah putus sama dia," bisik Ago sambil mencatat materi di papan tulis.
"gue gak mungkin nerima Rumi kalau masih jadian sama dia," jawab Ruri.
Walaupu dikenal sebagai playboy tapi Ruri tidak pernah memacari dua cewek sekaligus. Cowok itu selalu memastikan jika hubungannya dengan kekasih yang lama sudah benar-benar berakhir sebelum akhirnya lanjut ke hubungan lainnya.
"sudah di bilangin tuh cewek obses gila sama lo, masih aja lo terima."
Ruri terkekeh kecil, "obses apaan, ujung-ujungnya selingkuh juga."
Lima menit kemudian bell pulang pun berbunyi, Ruri segera mengemas barang-barangnya dan keluar dari kelas. Cowok itu berniat untuk menghampiri Rumi, tapi langkahnya sedikit memelan ketika dari kejauhan melihat seorang laki-laki yang juga berdiri di depan kelas Rumi, tampak sedang menunggu seseorang.
Melihat itu Ruri langsung memasang senyum kecilnya, ia berjalan tanpa ragu ke arah cowok tersebut.
"hai, Zra!" sapa Ruri.
Cowok bernama Ezra itu menoleh ke arahnya dan ikut tersenyum, "hai, Ru!"
***
Ini terasa aneh, Rumi membenci suasana canggung diantaranya dan Hanum. Mereka tidak ada berbicara sepatah katapun sejak keluar dari ruang guru, jangankan berbicara, Hanum pun tak meliriknya sama sekali.
"Hanum..." panggil Rumi dengan suara kecil tapi masih dapat di dengar oleh cewek di sampingnya.
Mendapat lirikkan sebentar dari Hanum membuat Rumi sedikit senang, setidaknya perempuan itu tak sepenuhnya mengbaikannya.
"lo masih marah? Sampai kapan mau marah? Gue kangen—"
"sampai lo sama Ruri putus," sela Hanum cepat.
Mendengar itu membuat langkah Rumi seketika terhenti, ia tak mengerti kenapa Hanum bisa semarah itu. Padahal selama ini Hanum dan Ruri terlihat seperti tak mengenal satu sama lain, Hanum sendiri tak pernah menyinggung nama Ruri.
"lo sama Ruri ada hubungan apa emangnya?" tanya Rumi terdengar tak suka.
Hanum yang berjalan di depan Rumi lantas berbalik badan, sedikit terkejut dengan pertanyaan yang keluar dari mulut sahabatnya itu.
"gak ada," jawabnya. Hanum lalu menghela nafasnya, "gue cuma gak mau lo dijadiin bahan mainan sama Ruri, satu sekolah, 'kan tau dia anaknya gimana. Lo sudah sibuk sama masalah keluarga lo, jangan nambahin beban lagi."
Jawaban itu membuat hati Rumi menghangat, Hanum memang selalu pengertian terhadap dirinya. Rumi kemudian tersenyum kepada Hanum.
"gue gak papa, Han! Ruri juga kayaknya enggak seburuk yang dibilangin orang-orang."
Hanum refleks mendengus kesal, "gak seburuk yang dibilangin orang-orang?" ulangnya.
"dia ngancam lo, Rumi! Udah lah! Putus aja sama Ruri! Keluarga gue bisa kok biayain kuliah lo!" Hanum berseru kesal, untungnya di koridor saat itu sudah sepi jadi tidak ada yang mendengar pembicaraan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Name, Ruri
Teen Fiction"Kepada Ruri Dhananjaya! Gue suka sama lo! lo mau jadi pacar gue?" akibat memilih dare, Rumi terpaksa menerima tantangan untuk menembak Ruri cowok yang terkenal dengan title 'playboy' dari teman-temannya, tidak sampai disitu saja, ia bahkan diminta...